Health

Gangguan Sosial Emosi dan Perilaku Pada Anak Disleksia

By  | 

Perkembangan setiap anak memang berbeda, namun bila Anda mendapati Si Kecil sudah sangat kesulitan dalam belajar, coba cari tahu lebih dalam penyebabnya. Bisa jadi ia mengalami disleksia.

Apa itu Disleksia

Disleksia merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar spesifik yang tersering. Disleksia terjadi pada anak dengan potensi kecerdasan normal, bahkan mungkin ia mempunyai tingkat kecerdasan yang jauh di atas rata-rata.  Itulah sebabnya disleksia disebut sebagai kesulitan belajar spesifik, karena kesulitan belajar yang dihadapinya hanya terjadi pada satu atau beberapa area akademis yang spesifik saja. Pada disleksia, kesulitan yang terjadi adalah pada area membaca.

 

Little boy playing with digital tablet

 

Mengenali Anak Disleksia

Mamas bisa mengenali apakah Si Kecil mengalami disleksia atau tidak dengan mengenali perilakunya. Berikut adalah perilaku yang sering muncul pada anak penyandang disleksia menurut  dr Kristiantini Dewi, SpA selaku Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia:

– Menghindari sekolah. Sebagian anak disleksia menikmati kegiatan belajar di sekolah, tapi sebagian besar dari mereka merasa enggan bahkan sangat malas untuk pergi ke sekolah karena merasa sekolah adalah tempat yang mengerikan.

– Menghindari pekerjaan rumah (PR). Menghindari pekerjaan rumah termasuk perilaku yang sering kita temui pada anak-anak disleksia, namun seperti halnya menghindari sekolah, maka kita juga harus menelusuri dengan cermat mengapa seorang anak menghindari untuk menuntaskan pekerjaan rumahnya.

– Game and TV addictBanyak sekali orang tua mengeluhkan kebiasaan anaknya yang dianggap sudah sangat mengakhawatirkan yakni tidak ada waktu yang tidak dipergunakan untuk menonton TV atau nongkrong depan komputer untuk mengakses media sosial via internet, main game online, atau main game di perangkat lainnya seperti PSP, Nintendo, dan lain sebagainya.

– Berbohong. Bentuk perilaku lain yang anak tampilkan karena dia harus menutupi kegagalannya adalah perilaku berbohong.

– Agresif. Perilaku agresif termasuk perilaku yang juga sangat dikhawatirkan oleh orang tua, karena biasanya anak ini sudah mendapat label sosial sebagai anak yang “tukang ngamuk”, “tukang pukul”, “provokator”, atau bahkan guru-guru sudah melabelnya sebagai anak yang merusak jalannya kelas.

– Cenderung mengatur dan mengendalikan orang lain. Perilaku ini timbul pada anak yang berusaha mengatasi kesulitannya dengan cara mengatur orang lain dan mendominasi situasi. Anak kerap menyuruh-nyuruh anak lain, menentang bahkan menantang orang yang lebih dewasa.

– Mudah menyerah. Sebagian anak mempunyai kebiasaan untuk menyerah sebelum pekerjaannya tuntas.

– Menarik diri. Pada sebagian kasus anak disleksia, mereka cenderung bersikap menarik diri dari lingkungannya, baik itu lingkungan sekolahnya maupun lingkungan keluarganya. Anak menolak terlibat dengan kegiatan-kegiatan sekolah, enggan bersilaturahmi dengan saudara-saudara dekatnya. Mereka lebih senang menyendiri sekalipun kita lihat tidak banyak aktivitas menarik yang anak lakukan saat dia menyendiri.

 

Border

 

Yang Bisa Anda Lakukan

Orang tua dari anak-anak disleksia membutuhkan informasi tentang bagaimana mereka harus mengajarkan berbagai aturan sosial (selain kesulitan akademis) yang berlaku umum dan juga mengajarkan anaknya membangun kepercayaan dan kebanggaan diri yang baik dan proporsional. Tak hanya memerhatikan keperluan Si Kecil penyandang disleksia, Mamas juga perlu memerhatikan bagaimana perasaan anak yang lain yang merupakan saudara kandung Si Kecil.

Dan tak hanya itu saja, sebagai orang tua Anda juga membutuhkan bantuan dan dukungan untuk dapat mengatasi perasaan Anda sendiri sebagai orang tua dengan anak penyandang disleksia.

Selain berkonsultasi dengan praktisi yang ahli di bidang ini, hal lain yang bisa Mamas lakukan untuk mengenal lebih jauh mengenai seluk beluk disleksia adalah dengan mengikuti ‘Dyslexia Speaks Up 3’. Acara yang diadakan pada 14 Oktober 2017 ini, berisi rangkaian workshop bagi para orang tua, guru, dan juga anak-anak penyandang disleksia. Dihadiri oleh banyak narasumber ahli di bidangnya, selain Mamas dapat memperdalam pengetahuan mengenai disleksia, Mamas juga akan bertemu dengan para orang tua yang memiliki anak disleksia. Sharing pengalaman para Mamas ini tentunya bisa menjadi penyemangat Anda.

Mamas yang berminat mengetahui lebih lanjut mengenai disleksia, dapat mengikuti mengikuti ‘Dyslexia Speaks Up 3’ ini pada Sabtu, 14 Oktober 2017 di Graha Mahakam, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jl. Pulo Kambing Raya No. 4, Jakarta Timur.

Mamas juga bisa lho mengikuti acara ini secara free, silahkan jawab pertanyaan berikut di kolom komen ya: “Apa alasan Anda mengikuti seminar disleksia ini?“ 2 Mamas yang beruntung akan diumumkan hari Senin, 2 Oktober 2017, di sosial media Instagram @thesmartmamas. (dr Kristiantini Dewi, SpA/Tammy Febriani/KR/Photo: iStockphoto.com)

Shares