Parenting

Top 5 Problem Parenting yang Dialami Mama (dan Solusinya)

By  | 

Our children teach us what life is all about.
Anak – anak memang bagaikan kanvas putih yang siap untuk kita bina menjadi pribadi yang berkarakter dan tangguh ya, Mams. Dan dalam perjalanannya, justru kita yang seringkali belajar dan memahami banyak hal dari mereka, terutama saat mencoba untuk bertahan dari problem parenting yang dihadapi. Nah, bagaimana dengan Anda? Apa saja parenting problems yang paling sering Anda alami dalam proses membesarkan Si Kecil? Smart Mama mengklasifikasikannya ke dalam top 5 problems.

1. Picky Eater
Kekhawatiran berat badan Si Kecil tidak juga naik karena picky eater dan masalah kesulitan makan lainnya memang mengkhawatirkan. Tapi sebetulnya hal ini bisa dicegah, kok.

Solusi:
1. Hindari ‘memaksa’ Si Kecil untuk mengonsumsi jenis makanan apapun.
2. Berikan variasi menu sesering mungkin untuk terus menumbuhkan keingintahuan Si Kecil tentang makanan.
3. Siapkan healthy food dan kreasikan cara penyajian.
4. Libatkan Si Kecil dalam proses memasak/mempersiapkan menu makanan sehari – hari.
5. Bangun kebiasaan makan bersama keluarga dan sisipkan cerita keseharian yang menarik perhatiannya.

Terrible two's
2. Tantrum
Anak – anak pada rentang usia 0 – 4 tahun seringkali menunjukkan emosi marahnya dengan menangis, menjerit, memukul, atau bahkan melempar barang. Sekalipun wajar terjadi karena pada usia tersebut mereka sedang berada dalam proses mengenal dan belajar menghadapi kekecewaan, tetapi kita sebagai orang tua juga harus sebaiknya dapat mencegah dan menghadapinya.

Solusi:
1. Saat sedang tantrum (menendang, memukul, dll), pegang Si Kecil erat – erat agar mereka tidak dapat melakukan hal – hal yang membahayakan orang lain, hindari berkomunikasi dengannya termasuk memintanya untuk berhenti menangis.
2. Biasanya, masa tantrum akan bertahan selama kurun waktu maksimal 20 menit. Mereka akan mulai lelah dengan usahanya untuk menendang dan berteriak.
3. Peluk tubuhnya, berikan penjelasan mengapa kita tidak dapat memenuhi permintaannya.
4. Ajarkan cara menunjukkan kemarahan dengan cara yang benar, misalnya boleh menangis tapi tidak berteriak, atau jika ingin berteriak maka perlu menutup mulut dengan bantal. Berikan mereka kesempatan untuk merasakan kekecewaannya.


3. Tidak Mendengarkan
Every parents’ problem! Apalagi yang berhubungan dengan kebaikan mereka, kok rasanya sulit sekali untuk membuat mereka mengerti?

Solusi:
1. Berteriak justru akan membuat mereka merasa cemas, lebih agresif, dan cenderung keras kepala dalam menanggapi sebuah pernyataan. Ungkapkan dengan tenang dan lebih ekspresif.
2. Sederhanakan kalimat nasihat menjadi lebih sederhana dan berhenti membandingkan mereka dengan teman – temannya. Mereka juga bisa malas lho, mendengarkan Anda.
3. Berikan contoh nyata untuk mengajarkan sesuatu. Langkah ini akan lebih mudah dipahami oleh anak – anak.
4. Berakting seperti mereka, karena anak – anak suka saat diajak berbicara dengan teman – temannya. Usahakan Anda memposisikan diri sama seperti dirinya.

4. Agresif
Memukul, mengganggu teman – temannya, atau menghardik dan mengejek. Sifat – sifat dasar yang menjadi kebiasaan mulai dari pemarah atau agresif pada balita sebenarnya sudah mulai muncul sejak usianya 2 tahun. Bagaimana cara menghadapinya?

Solusi:
1. Cari tahu hal utama yang menyebabkan kekesalan pada dirinya, ajak ia bicara dari hati ke hati. Berikan pemahaman bahwa yang ia lakukan itu tidak baik karena dapat mencelakakan orang lain.
2. Jika Si Kecil mulai menyerang orang lain, berikan perhatian pada temannya yang disakiti, acuhkan Si Kecil sejenak sebagai bentuk hukuman. Lalu pindahkan Si Kecil ke tempat lain.
3. Hindari menghukumnya dengan kekerasan fisik, karena secara tidak langsung akan mengajarkan kepada mereka bahwa berbuat kasar itu diperbolehkan.
4. Ajarkan kebaikan melalui ungkapan kasih sayang, misalnya “peluk mama/papa” sehingga ia terbiasa dengan kalimat – kalimat positif yang membangun.

Little boy resting his feet on the wall looking at a tablet
5. Gadget Freak
Mengontrol waktu bermain gadget pada anak memang membutuhkan disiplin yang tinggi, dan melibatkan kita sebagai orang tuanya untuk ikut aktif melakukan aktivitas positif lainnya.

Solusi:
1. Tetapkan batas waktu Si Kecil bisa mengonsumsi gadget dalam 1 hari, tetapkan sebagai peraturan bersama di rumah yang juga harus dipatuhi oleh kita, orang tuanya.
2. Manfaatkan aplikasi screentime atau parental control pada gadget dan PC di rumah.
3. Pastikan gadget selalu berada dalam jangkauan Anda, sebagai kontroler utama terhadap penggunaan yang berlebihan.
4. Buat jadwal aktivitas bersama yang menyenangkan, seperti art & crafts, melukis, mewarna, atau belajar spelling dan bermain di playground bersama teman – teman baru.
5. Berikan rewards jika Si Kecil dapat menahan keinginannya untuk tidak bermain gadget.

Always remember that children are great imitators. Mari berikan contoh & panduan positif terhadap anak – anak, sedini mungkin. Enjoy motherhood, Mamas! (Nathalie Indry/KR/Photo: Istockphoto.com)

Shares