Parenting

Yang Bisa Dilakukan Orangtua untuk Mencegah Bullying pada Si Kecil

By  | 

Bullying atau perundungan menjadi kata yang tak asing didengar akhir-akhir ini. Banyak ditemukannya kasus perundungan di berbagai wilayah di Indonesia yang menyebabkan kematian korbannya membuat Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan bahkan Presiden Republik Indonesia menaruh perhatian serius mengenai pentingnya edukasi mengenai pencegahan bullying ini.

Lalu, apa yang dimaksud dengan bullying/perundungan? Menurut psikolog Andrew Mellor, perundungan adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Perundungan tidak lepas dari adanya kesenjangan kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan perilaku).

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima aduan dari 480 anak yang menjadi korban bullying di sekolah pada periode 2016 hingga 2020. Sulitnya memutus mata rantai kasus perundungan ini menjadi pokok permasalahan. Sebab, Si Kecil yang menjadi korban bisa menjadi pelaku dan sebaliknya, pelaku dapat pula menjadi korban. Diperlukan peran serta banyak pihak untuk memutus bersama mata rantai yang sudah mengakar kuat ini. Salah satunya peran serta dari keluarga dan lingkungan sekitar.

Jenis perundungan
Ada berbagai jenis perundungan, tak hanya fisik saja yang lebih mudah diidentifikasi karena terlihat lukanya, tetapi ada pula perundungan yang sifatnya merusak relasi sosial seseorang, antara lain:

● Perundungan fisik
Perundungan ini melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain: memukul, menendang, meludahi, mendorong, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dan lain-lain.Perundungan fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan perundungan jenis lainnya.

● Perundungan verbal
Perundungan ini melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati seseorang. Perilaku yang termasuk, antara lain: mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dan lain-lain. Kasus perundungan verbal termasuk jenis perundungan yang sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari

● Perundungan relasi sosial
Jenis perundungan ini bertujuan menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Contoh perundungan sosial antara lain: menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang di depan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang, menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan, dan lain-lain

● Perundungan elektronik
Merupakan bentuk perilaku perundungan yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, ponsel, internet, situs, chatting room, e-mail, SMS, dan lain-lain. Perilaku yang termasuk perundungan elektronik antara lain menggunakan tulisan, gambar, dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban. Contohnya cyberbullying, yaitu perundungan melalui internet.

Tips Cegah Perundungan
Berikut beberapa hal sederhana yang bisa Mams ajarkan pada Si Kecil untuk mencegah terjadinya perundungan di lingkungannya, dari dr. Anggia Hapsari, Sp. K. J, Subsp. A. R. (K), Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Subspesialis Anak dan Remaja (Psikiatri) RS Pondok Indah – Bintaro Jaya:

1.Ambil tindakan dengan segera
●Tatap mata Si Perundung dan minta agar dia menghentikan tindakannya. Jika Si Perundung menggoda dengan cara yang tidak Si Kecil sukai, mengejek, atau mengancam secara fisik, terkadang kontak mata dan ketenangan, serta mengatakan “tidak” dengan jelas adalah cara yang tepat untuk meredakan ketegangan. Katakan kepada Si Perundung bahwa Si Kecil tidak suka dengan perlakuan yang ia terima, dan tegaskan bahwa hal itu harus segera dihentikan. Jika keadaannya tepat, cobalah tertawa untuk mengurangi ketegangan. Si Perundung biasanya berusaha untuk mengalahkan orang yang mereka bully, jadi jika Si Kecil tampak tidak takut, dia akan menyerah dan meninggalkan Si Kecil. Jangan meminta Si Perundung menghentikan tindakannya dengan cara Anda berteriak kepadanya. Hal ini akan memprovokasi Si Perundung untuk terus menggoda Si Kecil untuk mendapatkan reaksi yang lebih keras.

●Hindari membuat situasi bertambah panas. Menantang Si Perundung dengan menjulukinya atau mengancam bahwa Si Kecil akan melawan balik hanya akan memperburuk situasi. Jangan berteriak atau melangkah maju saat mendapatkan kekerasan fisik. Si Perundung cenderung menanggapi dengan melakukan perundungan lebih lanjut, dan Si Kecil akan berisiko menghadapi masalah yang lebih banyak atau dia semakin mem-bully jika Si Kecil terlibat dalam situasi tersebut

●Ketahui kapan Si Kecil bisa pergi meninggalkannya. Jika situasi sepertinya mengancam atau berbahaya, sebaiknya Si Kecil segera pergi. Berbalik dan pergilah dari Si Perundung. Pada suatu titik, adu pendapat dengannya tidak ada gunanya. Jika Anda mengkhawatirkan keselamatan Si Kecil, temui guru atau pembimbing yang Anda dan Si Kecil percayai untuk membantu mengatasi situasi tersebut. Hindari melakukan kontak lebih jauh dengan Si Perundung sampai Anda melakukan langkah-langkah lain untuk menghentikan perundungan

●Jangan menanggapi serangan perundungan yang dilancarkan lewat media komunikasi digital
Jika Si Kecil mendapat perundungan dari seseorang lewat pesan pendek (SMS), media sosial, laman pribadi Anda, surel, atau media daring lainnya, jangan ditanggapi. Jika Si Perundung anonim, provokasi hanya akan memperburuk situasi.

Alih-alih menanggapi Si Perundung, lakukan tindakan-tindakan berikut:
●Simpan bukti. Jangan menghapus email atau pesan pendek yang berisi ancaman. Anda mungkin akan membutuhkan bukti-bukti itu jika keadaan menjadi lebih buruk.
●Blok Si Perundung. Jika Si Kecil kenal dengan pelakunya, blok orang itu dari media sosial Si Kecil, hapus dia dari kontak telepon, dan jangan melakukan korespondensi dengan orang itu melalui cara apa pun. Hal ini seringkali cukup untuk menghalangi Si Perundung melakukan tindakan yang lebih jauh. Jika orang itu anonim, tandai email-nya dan golongkan sebagai surel sampah (spam).
●Ubah pengaturan akun. Lakukan ini pada akun media sosial Si Kecil agar sulit dicari secara daring. Mulailah memakai nama berbeda untuk ditampilkan (screen name) atau mengetatkan pengaturan privasi di akun sosial media Si Kecil.

2.Cari bantuan dari luar
●Jangan menunggu terlalu lama. Jika Si Perundung sudah membuat Si Kecil merasa cemas saat berangkat ke sekolah, terjaga pada malam hari, atau mencampuri kehidupan Si Kecil secara negatif, berilah pertolongan. Pertolongan tentunya secara penuh harus kita berikan sebagai orangtua. Namun selain kita, Si Kecil juga bisa meminta pertolongan dari orang dewasa lain yang bisa dipercaya, seperti guru atau psikolog.
●Berbicaralah dengan petugas sekolah. Saat hal itu terjadi, minta Si Kecil untuk segera berbicara dengan kepala sekolah atau pembimbing yang ada di sekolah mengenai situasi tersebut sehingga perundungan itu dapat dihentikan sesegera mungkin. Langkah-langkah yang diambil oleh pihak sekolah dapat berupa menghukum Si Perundung atau mengadakan mediasi untuk mengatasi masalah tersebut. Ketahui bahwa ada anak-anak lain di sekolah Si Kecil yang kemungkinan juga mengalami masalah yang sama, maka peraturan dan protokol ditempatkan untuk alasan yang baik. Jika Anda orangtua, rencanakan pertemuan dengan pengurus sekolah alih-alih mengatasi sendiri situasi tersebut.
●Laporkan perundungan di dunia maya kepada penyedia layanan internet.
●Ambil langkah hokum.
●Kontak penegak hukum setempat.

3.Berikan Contoh Baik Pada Anak
dr. Anggia juga menyarankan agar kita sebagai orangtua dapat memberikan contoh yang baik pada Si Kecil. Seperti misalnya, ajarkan Si Kecil agar tidak terus-menerus menghidupkan perilaku perundungan di sekolahnya. Cara ini bisa dilakukan dengan tidak meninggalkan orang lain atau mengabaikannya, tidak segan untuk membela orang lain, sera menyebarkan informasi bahwa perundungan harus dihentikan.

4.Bela Diri Secara Mental dan Emosional
●Ajari Si Kecil untuk memiliki titik kontrol dalam diri.
●Ajari Si Kecil bahwa apa yang mereka pilih untuk dipikirkan adalah hal yang akan terjadi, dan apa yang orang lain katakan serta lakukan merupakan hal yang benar-benar menentukan bagaimana perasaan mereka. Setiap orang berhak menentukan secara kognitif bahwa kita sendirilah yang sebenarnya menentukan bagaimana perasaan kita, dan bukan orang lain yang menentukan hal itu. Kecuali jika kita membiarkan orang lain melakukan itu terhadap kita
●Ajari Si Kecil untuk mengenali dan memperbaiki pemikiran mereka yang tidak rasional. Hal ini untuk menghindari kebingungan yang terjadi akibat terpaku pada empat jenis pemikiran yang tidak rasional, yaitu sering menuntut, melebih-lebihkan, tidak tahan, serta suka memberi label dan menjelek-jelekkan
●Ajari Si Kecil untuk menerima diri apa adanya. Rasa malu dapat menjadi latar belakang seseorang mengalami perundungan. Anak-anak sering menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mampu menangani perundungan atas dirinya. Selain itu, rasa malu juga muncul ketika anak tidak mampu melakukan usaha yang lebih baik dari yang sudah mereka lakukan. Rasa malu juga membuat mereka menyimpan rahasia dan tidak mencari serta menerima pertolongan yang diberikan kepada mereka. Menyimpan rahasia membuat mereka mengulangi pemikiran-pemikiran yang tidak rasional hingga pada titik menganggap pemikiran tersebut merupakan kenyataan, bukannya pendapat. Pemikiran-pemikiran ini kerap kali berujung pada logika tidak rasional berupa bunuh diri yang timbul karena perundungan. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. Freepik)

Shares