Health

Menyambut Hari Susu Sedunia: Cegah Stunting Lewat Pemahaman Gizi Calon Mama

By  | 

Hingga saat ini, stunting masih menjadi salah satu hal yang belum terselesaikan. Karena itu, pemahaman akan pentingnya memenuhi kebutuhan gizi Si Kecil jadi hal utama yang harus dimiliki oleh setiap mama guna mencegah stunting.

Stunting adalah kondisi kurang gizi kronis, bukan sekadar gangguan pertumbuhan. Selain anak menjadi pendek, fungsi kognitif otaknya pun ikut terdampak, dan ini sulit dipulihkan lagi.

Nah, upaya pencegahan stunting ini hendaknya perlu dilakukan oleh calon mama sejak dini, bahkan sejak calon mama berusia remaja. Karena itu, para remaja perlu paham dan sadar pentingnya mengonsumsi makanan bergizi, agar status nutrisinya baik saat hamil nanti.

Memperingati Hari Susu Sedunia yang jatuh pada 1 Juni 2022, ada baiknya kita berefleksi sejenak mengenai permasalahan stunting di Indonesia. “Penyebab stunting ada dua. Pertama karena malnutrisi berkelanjutan, dan kedua karena sakit kronis,” ungkap dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc. Sp.A.

Ia melanjutkan, protein hewani sangat penting diberikan dalam upaya mencegah stunting. Sayangnya, konsumsi protein hewani di Indonesia masih rendah. “Berdasarkan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2021, konsumsi protein hewani hanya 21,5 gr/kapita/hari,” ujar Dwi Listyawardani (Dani), Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN. Ini berarti hanya sekitar 1/3 dari konsumsi protein keseluruhan yang mencapai 62,28 gr/kapita/hari.

Protein hewani tidak harus mahal. “Konsumsilah bahan pangan lokal seperti telur dan ikan. Apalagi, ini bisa diproduksi lokal. Misalnya dengan membuat kolam-kolam lele dan memelihara ayam petelur di desa setempat,” terang Dani.

Selain itu, susu juga merupakan salah satu sumber protein hewani yang penting. Susu dibutuhkan sepanjang usia. Dalam pencegahan stunting, susu menjadi bagian penting dalam pencegahan stunting di hulu, yaitu dalam pemenuhan nutrisi remaja putri dan calon pengantin.

Susu juga bisa dikonsumsi sebagai salah satu sumber protein hewani. Dari masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa, susu bisa menjadi bagian dari pemenuhan zat gizi. “Susu sangat diperlukan oleh remaja (putri) dan calon mama. Kalau mama mau sukses memberi ASI, harus minum susu,” imbuh Dani.

Protein Hewani untuk Tumbuh Kembang Anak

Rendahnya asupan protein hewani menjadi masalah besar bila terjadi pada masa kanak-kanak, khususnya 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Baik protein hewani maupun nabati, sama-sama dibutuhkan oleh Si Kecil. Namun dalam hal tumbuh kembang, protein hewani lebih utama ketimbang protein nabati. “Protein hewani mengandung asam amino esensial lengkap,” jelas Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, Guru Besar Tetap FKM UI Bidang ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.

Tubuh sendiri memerlukan sekitar 20 jenis asam amino. Dari jumlah tersebut, 9 di antaranya adalah asam amino esensial, yang hanya bisa didapatkan dari makanan. Asam amino esensial inilah yang berperan penting dalam mendukung pertumbuhan anak, serta perkembangan sel-sel otaknya. Protein nabati sebenarnya juga memiliki asam amino esensial Mams, tapi tidak lengkap. Hanya protein hewani yang mengandung kesembilan asam amino lengkap.

Bila Si Kecil terus menerus kekurangan asam amino, lambat laun pertumbuhannya terganggu, dan sel-sel otaknya kekurangan nutrisi sehingga perkembangannya pun terhambat. Akhirnya, risiko stunting mengintai. Memang, penyebab stunting tidaklah tunggal. Banyak sekali faktor yang berperan dalam munculnya stunting. “Namun, kurangnya protein hewani merupakan salah satu penyebab stunting. Anak harus cukup mendapat protein hewani,” tegas Prof. Fika.

Bayi baru lahir pun bisa stunting ya Mams. Hal ini dapat terjadi apabila sejak dalam kandungan tidak mendapat asupan gizi yang baik, lantaran calon mama kurang gizi selama hamil. Bila asupan gizi mama selama hamil baik, tentu bayi akan terhindar dari stunting. Apalagi jika bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan.

Selepas masa ASI eksklusif 6 bulan, bayi perlu mendapat MPASI. “Nah, di tahap ini bisanya terjadi masa kritis, atau risiko kekurangan gizi,” ucap dr. Denta. Sebabnya, kebutuhan nutrisi di usia 6 bulan selepas ASI ekslusif meningkat pesat. Ada celah yang lebar antara kebutuhan nutrisi dan kalori, yang tidak bisa dipenuhi dengan ASI saja. “Kalau celah ini tidak terpenuhi, maka tentu akan terjadi gangguan pertumbuhan, gangguan status gizi, dan bila dibiarkan saja tanpa intervensi, terjadilah stunting,” imbuhnya.

Ia melanjutkan, MPASI adalah waktu yang tepat untuk memperkenalkan protein, baik hewani maupun nabati. Tentunya, prinsip pemberian MPASI adalah makanan dengan gizi lengkap dan seimbang. Artinya, juga harus mengandung juga karbohidrat, lemak dan vitamin serta mineral. Yang pasti, “MPASI tidak bisa menu tunggal, misalnya hanya sayur atau buah saja.

Pentingnya Edukasi untuk Calon Mama

Usaha pencegahan stunting harus dimulai dari hulu, jauh sejak sebelum masa konsepsi. Yaitu sejak masa calon pengantin, bahkan remaja. “Bila calon pengantin menikah dalam kondisi anemia dan kurang gizi lalu hamil, ini akan menjadi awal dari masalah kurang gizi pada bayi dan baduta (Anak usia di bawah dua tahun) kita,” tandas Dani.

Ia menjelaskan, 40% calon pengantin perempuan mengalami anemia. Ini sejalan dengan data RISKESDAS 2018 yang menyatakan, angka anemia pada wanita usia subur (WUS) mencapai 48,9%. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, 35% calon pengantin perempuan mengalami kurang energi kronis (KEK) alias sangat kurus. Sementara itu, intervensi untuk mengatasi KEK membutuhkan waktu lebih lama. “Kalau anemia, bisa membaik dalam beberapa bulan setelah diberi tablet penambah darah. Sedangkan untuk membuat tubuh lebih berisi, akan lebih lama,” imbuhnya.

Ia menyayangkan, banyak remaja putri yang mengikuti tren gaya hidup yang kurang sehat. Misalnya diet sembarangan karena ingin bertubuh kurus seperti bintang film. BKKBN memiliki program Generasi Berencana, yang sasarannya adalah kalangan remaja. “Kami mulai membangun opini bahwa tubuh terlalu kurus tidaklah sehat, dan menyampaikan opini seperti apa remaja yang sehat,” tutur Dani. Kriteria sehat dan cukup gizi antara lain: indeks massa tubuh (IMT) >18,5 – 24,9; lingkar lengan atas >23,5 cm, dan Hb 12 – 13 g/dL.

Dani melanjutkan, calon pengantin diharapkan untuk mendaftarkan pernikahan tiga bulan sebelumnya. Sebabnya, calon pengantin perlu diukur IMT dan lingkar lengan atas, serta diperiksa kadar Hb-nya. “Dengan demikian seandainya kurang masih ada waktu untuk perbaikan,” ujar Dani.

Bagaimana bila calon pengantin perempuan ternyata mengalami anemia dan KEK? “Kita sarankan untuk menunda dulu kehamilan pertama. Tentunya dengan edukasi, sehingga ia paham bahwa kondisinya belum siap untuk hamil. Karena bila Mams mengandung dalam kondisi tidak prima, tumbuh kembang janin tidak optimal, dan bayi yang dilahirkan berisiko stunting,” papar Dani.

Belum lagi setelah bayi lahir. Mama yang kekurangan gizi dan anemia, akan sulit memberikan ASI eksklusif, padahal ASI eksklusif adalah salah satu upaya utama pencegahan stunting setelah bayi lahir.

Cukup menyesakkan, faktanya ada sekitar 30-40% bayi yang tidak bisa mendapat ASI. Ini adalah persoalan utama sehingga banyak anak stunting. Masalahnya tak berhenti di sana; MPASI pun banyak yang bermasalah. “Anak yang mendapat ASI, setelah 6 bulan tidak mendapat MPASI yang baik. Akhirnya yang tadinya normal, bisa menjadi stunting,” ungkap Dani.

Menilik berbagai persoalan di atas, edukasi gizi untuk calon mama pun menjadi hal yang mutlak, bila kita ingin mencegah stunting, dan memutus mata rantainya. Remaja putri harus sadar dan paham untuk mengasup zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan mikro (vitamin, mineral) dalam jumlah yang cukup setiap hari.

Selain itu, beberapa mitos di masyarakat juga perlu diluruskan. Misalnya saja, tabu terhadap beberapa protein hewani. “Calon mama tidak boleh makan telur, udang, ikan, susu. Memang ada yang alergi, tapi itu kan kasus tertentu, dan bisa diganti dengan sumber protein yang lain,” ujar Dani. Hanya calon mama yang alergi terhadap telur, seafood, dan makanan lain yang perlu menghindari makanan tersebut. Bila tidak alergi dan tidak ada kondisi lain yang perlu menghindari makanan tertentu, tidak perlu memantang makanan ini ya, Mams. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. iStockphoto)

Shares