Parenting

9 Cara Hadapi Anak yang Mudah Marah

By  | 

Tak hanya Si Terrible Two saja yang harus jadi perhatian Anda. Ternyata anak-anak di atas usia dua tahun pun mudah marah. Hal sekecil apapun bisa dengan mudah memicu kemarahan anak di usia 2-5 tahun. Saat marah, ia akan menunjukkan berbagai sikap mulai dari berteriak-teriak, memukul hingga menangis dengan heboh.

Penyebab kemarahan anak di usia balita ini biasanya disebabkan karena mereka belum dapat mengungkapkan apa yang ada di pikiran atau keinginan mereka. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan Si Kecil yang sebenarnya merupakan anak yang kalem dan manis bisa berubah menjadi mudah emosi karena frustasi keinginannya tak mampu ia ungkapkan.

Menghadapi anak yang marah-marah seperti ini, terkadang Anda dan suami pun bisa ikut terpancing emosinya. Padahal, emosi bukanlah solusi untuk menghadapi anak yang sedang marah. Sabar dan konsisten untuk mencoba berbagai trik menenangkan Si Kecil-lah yang seharusnya Anda lakukan.

Nah, berikut ini merupakan beberapa trik yang bisa dilakukan untuk menenangkan anak saat ia sedang marah-marah:

1. Cari tahu penyebabnya. Lapar dan kelelahan merupakan penyebab paling umum anak menjadi mudah emosi. Entah itu karena waktu tidur siangnya sudah lewat atau tidak cukup tidur di malah hari, kondisi ini bisa jadi penyebab ia mengalami tantrum saat sedang bermain. Selain kelelahan, lapar juga jadi pemicu kemarahannya. Ingat ya Mams, anak belum bisa memahami rasa lapar atau juga lelah. Saat ia lapar, yang ia tahu hanya merasa kalau perutnya sakit. Jadi sebaiknya Anda selalu memberinya makan secara teratur. Memberinya camilan sehat di sela-sela waktu makan juga sangat disarankan.

2. Pahami rutinitasnya. Jika tanpa sebab tiba-tiba saja ia marah, jangan kemudian Anda juga ikut terpancing emosi. Pelajari dulu rutinitasnya hari itu. Apakah hari itu ia diasuh oleh pengasuh baru? Apakah ia protes karena Anda atau suami tak menepati janji? Atau menurutnya Anda dan suami terlalu sering meninggalkannya? Tak hanya Anda, balita juga membagi kehidupannya dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Jadi, jika beberapa hal dari kesehariannya berubah atau orang yang dicintainya menghilang, hal yang paling umum untuk menggambarkan perasaannya adalah dengan marah.

3. Hindari ikut berteriak. Saat anak sedang marah, akan sangat mudah bagi orang tua, terpancing emosinya. Hingga kemudian Anda pun turut membalas kemarahan anak dengan memarahinya sambil berteriak. Jika Anda meakukan ini, justru akan semakin memicu anak berteriak lebih keras lho, Mamas. Ketika Anda melakukan hal ini, memang sih, bisa saja akhirnya ia menurut. Tapi tentunya ini bukan cara yang tepat untuk mengatasi kemarahan anak.

4. Pilih cara yang terbaik untuknya. Saat akan menenangkan Si kecil yang sedang marah-marah, pilihlah cara terbaik. Sebenarnya, ada berbagai cara untuk meredakan emosinya. Anda bisa memeluknya, membujuknya, sedikit memberinya ‘ancaman’, dan sebagainya. Namun cara-cara tersebut belum tentu bisa diterapkan di setiap kesempatan lho, Mamas. Trik yang biasanya berhasil Anda gunakan untuk menenangkan anak saat ia marah di rumah, belum tentu bisa dilakukan ketika anak marah di mall.

5. Alihkan perhatiannya. Ketika Si kecil sedang marah karena suatu hal, langsung gendong anak dan alihkan perhatiannya pada hal lain ya, Mamas. Anda bisa memberinya mainan yang lain, makanan atau minuman yang ia sukai. Terkadang Si Kecil butuh bantuan Anda untuk melupakan kemarahannya.

6. Diamkan sejenak. Sebelum Anda memutuskan untuk mendiamkannya, pastikan anak dalam kondisi aman, dan tidak ada benda membahayakan di dekatnya. Baru setelah itu, Anda bisa meninggalkannya sesaat di ruangan tempat ia marah. Ketika ia menyadari kalau tidak ada lagi orang yang menonton, biasanya perlahan-lahan anak akan berhenti tantrum. Pastikan Anda dan suami konsisten menerapkan cara ini sehingga anak paham kalau dia marah-marah, dirinya akan didiamkan saja oleh orangtuanya.

7. Gunakan sistem time out. Pilih sudut di rumah yang tak menyenangkan baginya. Lalu taruh kursi di pojok ruangan tersebut. Saat anak sedang marah-marah, dengan nada tenang katakan padanya kalau dia perlu mendapat time out di ruangan itu. Jelaskan juga padanya kalau ia bisa keluar dari area time out tersebut dan mendapat pelukan dari Anda jika ia sudah selesai marah-marah. Taktik ini memberikan anak kesempatan untuk meredakan emosinya. Tujuan Anda melakukan ini adalah untuk mengajarkan padanya bagaimana mengungkapkan perasaan atau pikirannya dengan kata-kata, daripada mengungkapnya dengan emosi.

8. Hindari memberinya hadiah. Orangtua biasanya memilih cara yang mudah untuk menenangkan anak dengan memberinya hafiah. Misalnya ketika anak marah-marah saat diajak berbelanja di supermarket, Anda akan berusaha mengatasinya dengan membelikannya ice cream. Cara ini umum dilakukan orangtua untuk menghindari malu karena anaknya marah dan berteriak-teriak. Jika ini terus dilakukan, Anda bisa memberi pemahaman yang keliru pada anak. Ia akan merasa bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dengan marah-marah. Saat anak sedang marah di tempat umum, langsung tinggalkan tempat tersebut, meski anak masih berteriak-teriak. Cari tempat lain yang lebih tenang untuk memberinya pemahaman apa yang dilakukannya itu tidak akan menyelesaikan masalah.

9. Sabar dan konsisten. Dibutuhkan kesabaran dan konsistensi dalam menerapkan langkah-langkah di atas. Ingatlah, anak di usia balita belum memiliki perbendaharaan kata yang cukup untuk menjelaskan penyebab kemarahannya. Sehingga baginya lebih mudah untuk berteriak atau memukul daripada menemukan kata yang bisa menjelaskan penyebab emosinya. (Tammy Febriani/KR/Photo: Istockphoto.com)

Shares