Relationship
Bila Anda dan Pasangan Berbeda…
Ada yang bilang jodoh tak lari ke mana. Begitu pula dengan Anda dan pasangan ya, Mams. Meskipun mungkin banyak perbedaan di antara Anda berdua, misalnya berbeda negara, berbeda suku, hingga berbeda agama, namun ternyata dipertemukan dalam ikatan pernikahan. Bagaimana ya Para Smart Mama ini menyikapi perbedaan tersebut?
“Meskipun sudah menetap lebih dari 10 tahun di Amerika, ternyata jodoh saya bukan bule tetapi sesama orang Asia juga, haha. Setelah berpacaran 2 tahun, saya yang asli batak Indonesia menikah dengan Chris Chanthalakeo, yang keturunan Laos-China. Dari sejak berpacaran, kami sadar ada perbedaan, tapi di masa penjajakan itu, kami jadi saling menyesuaikan diri termasuk dalam urusan makanan. Chris menyukai makanan bercitarasa asam, maka saya pun mulai menyukai makanan itu perlahan-lahan. Demikian juga hubungan saya dengan keluarga suami, karena saya tidak mengerti bahasa mereka, setiap percakapan, Chris selalu jadi penerjermah saya. Puji Tuhan, sejauh ini semua berjalan lancar. Tip lain adalah saling mengalah, saling mendengarkan, dan mau belajar kebudayaan negara pasangan dan bersedia menerima perbedaan tersebut dengan baik.”
Artha Samosir Chanthalakeo, 34 tahun
“Saya dan suami berpacaran tak lama, hanya sekitar satu tahun dan itu pun kami menjalani long distance relationship. Jadi, karena kami tak jarang bertemu, setelah menikah, saya cukup kaget juga dengan keseharian dan watak kami yang berbeda, karena saya orang Jawa, sementara suami keturunan Sumatra. Jujur saja, kami sering berdebat di rumah karena ada beberapa perbedaan kebiasaan dari kecil. Salah satu aturan yang kami juga menjadi kesepakatan adalah, saya Si Jawa tidak bisa memasak makanan Sumatra, jadi suami saya yang akan lebih banyak masak di rumah karena saya masih bisa toleran dengan masakan Sumatra, sementara suami saya tidak bisa makan manis khas Jawa, haha. Selain itu kami juga berusaha saling mengingatkan bahwa memang kita berdua berbeda suku. Banyak pasangan yang satu suku pun, masih tetap memiliki perbedaan. Walau terdengar klise, but it works.”
Thalia, 29 tahun, mama dari Sheryl, 3,5 tahun
“Tahun ini, pernikahan saya dan Thomas memasuki angka 7 dengan kehadiran 2 jagoan dalam keluarga kami. Awalnya, memang sulit untuk meyakinkan keluarga masing-masing karena kami berdua memiliki kepercayaan yang berbeda. Namun, seiring waktu, mungkin karena melihat tekad kami, keluarga mengizinkan. Suami selalu mengantarkan saya ke gereja dan saya pun selalu memasak serta menyiapkan sahur saat Ramadan. Kami selalu excited ketika Natal dan Lebaran tiba karena bisa merayakan keduanya. Kuncinya adalah saling menghargai kepercayaan masing-masing. Karena saya yang lebih banyak mengasuh anak-anak, hingga saat ini mereka masih belajar dan mengenal agama Kristen. Namun kami sepakat, anak-anak boleh mengenal agama apa pun nantinya dan memilih yang sesuai dengan hati nuraninya. Kami selalu berpesan kepada mereka untuk selalu menjadi orang baik, apapun agamanya.”
Ayu, 31 tahun, mama dari Khail, 6 tahun, dan Tora, 1 tahun
“Jika kebanyakan pasangan memiliki suami yang berusia lebih tua, saya justru memiliki suami yang lebih muda dari saya. Perbedaan usia kami hampir 5 tahun. Walau usia saya lebih tua, tapi Michael, suami saya bisa lebih dewasa untuk menyikapi beberapa hal. Semasa pacaran dulu, ia juga sangat serius meyakinkan saya hingga akhirnya kami menikah Desember 2013 lalu. Sejauh ini, kendala yang muncul sesekali jika saya terlalu dominan karena saya memang anak tunggal dan cukup dimanja oleh orangtua. Tapi sejauh ini, Michael bisa maklum karena kami berusaha untuk saling mengerti dan selalu berkomunikasi mengenai segala hal. Satu lagi, kami percaya cinta harus dipupuk dengan banyak tertawa, sehingga bagi saya perbedaan usia sama sekali bukan masalah.”
Sonya Kumala Dewi, 35 tahun
Nah, Mamas, berbeda itu indah bukan? Intinya selama Anda bisa saling menghargai dan menghormati, maka hubungan Anda berdua pun akan harmonis dan tetap manis. (Lenny Delima/Photo: Istockphoto.com)