Parenting

Lebih Jauh Tentang Attachment Parenting

By  | 

Mamas, beberapa tahun terakhir ini, istilah attachment parenting cukup sering kita dengar kan ya? Secara sederhana attachment parenting adalah pola pengasuhan yang menerapkan pola kedekatan fisik dan emosi dalam mengasuh Si Kecil. Ingin tahu lebih jauh? Yuk simak pembahasan Smart Mama berikut.

Apa itu Attachment Parenting?

Attachment parenting adalah metode pengasuhan yang pertama kali dicetuskan oleh seorang dokter anak terkenal William Sears. Metode ini mengajak orangtua untuk lebih mempercayai insting mereka dalam pengasuhan anak. Dokter Sears mengatakan, seorang anak dapat berkembang maksimal jika memiliki kedekatan dengan orangtaunya. Pada prinsipnya, attachment parenting mengajarkan para orangtua untuk berinteraksi baik secara fisik maupun emosional dengan Sang Anak. Dan attachment atau kedekatan tersebut sudah harus terjalin sejak ia newborn. Attachment parenting mengambil prinsip pendekatan pada anak daripada mengembangkan banyak aturan.

Bagaimana Cara Melakukan Attachment Parenting?

Pada dasarnya, ada 7 cara dalam menerapkan attachment parenting:

  1. Birth bonding. Sejak awal kelahiran Si Kecil, sebaiknya Anda mulai mengakrabkan diri padanya, dengan cara berbaring di dekatnya, memeluknya, atau mengajaknya ngobrol. Tetapi, ingat ya Mams, hubungan Anda dan newborn tidak langsung terjadi begitu saja, namun sebuah proses saat Anda dan Si Kecil tumbuh bersama.
  2. Breastfeeding. Menyusui dapat membuat Anda memahami kebiasaan, serta body language Si Kecil. Menurut dr. Sears, hubungan antara ibu dan bayi yang terjalin melalui proses menyusui adalah chemistry yang tepat. Saat menyusui tubuh Anda akan menghasilkan prolaktin dan oxytocin, yakni meningkatnya hormon keibuan.
  3. Baby wearing. Saat seorang bayi digendong orangtuanya, ia akan banyak belajar mengenai lingkungannya. Sementara itu, orangtua juga akan merasa lebih dekat dengan bayi dalam dekapannya.
  4. Tidur dengan Si Kecil. Hal ini akan menambah kedekatan Si Kecil dengan Anda. Ia pun akan merasa nyaman dan aman jika merasa Anda di dekatnya. Jadi Mams, meskipun Anda ingin melatih anak mandiri dengan tidur sendiri, mungkin ada baiknya jika Anda menyediakan satu hari dalam seminggu untuk tidur bersama.
  5. Kenali tangisan bayi. Setiap bentuk tangisan Si Kecil pasti menandakan sesuatu yang ia inginkan. Jika Anda segera merespons tangisannya, ia akan merasa nyaman dan tumbuh kepercayaannya pada Anda.
  6. Perhatikan nasihat orang. Saat Anda memiliki bayi , kerabat seperti orangtua, teman, saudara pasti akan menjejali Anda dengan berbagai nasihat yang tentunya bermaksud baik. Namun ada kalanya nasihat mereka berisi segudang aturan dan jadwal untuk Si Bayi, hal tersebut justru akan menciptakan jarak antara Anda dan Si Kecil. Lebih baik Anda ikuti naluri Anda.
  7. Balance. Mamas, meskipun Anda fokus pada kedekatan dengan Si Kecil, pikirkan juga diri Anda sendiri dan kehidupan pernikahan Anda. Ada baiknya Anda mengetahui kapan harus meminta bantuan untuk menjaga Si Kecil saat harus beristirahat atau date night dengan pasangan.

Manfaat Attachment Parenting

Menurut penelitian, anak-anak yang dibesarkan dengan metode attachment parenting akan tumbuh seperti ini:

  • Caring kids. Karena sejak kecil ia tumbuh dengan kasih sayang dan kedekatan maksimal dengan Anda, maka saat ia dewasa, ia menjadi anak penyayang dan siap memberi bantuan pada orang lain.
  • Compassionate kids. Dibesarkan dengan sensitivitas oleh orangtuanya membuat anak menjadi lebih peka terhadap sesuatu. Ia juga akan tumbuh menjadi anak yang suka berbagi. Tapi hati-hati Mamas, ia juga akan peka dengan mood Anda. Bersiaplah menjawab pertanyaanya dengan bijak jika ia bertanya saat Anda sedih atau kecewa.
  • Connected kids. Attachment parenting juga membuat Si Kecil mudah bersosialisasi dan dekat dengan orang lain.
  • Careful kids. Anak yang diasuh dengan metode ini juga memiliki kecenderungan untuk lebih berhati-hati dan menjauhi perbuatan bodoh.
  • Confident kids. Rasa percaya yang tumbuh pada dirinya membuat ia menjadi anak yang percaya pada dirinya sendiri. (Karmenita Ridwan/LD/Photo: istockphoto.com)

Shares