Parenting

Tips Bonding dengan Si Pre-Teen

By  | 

Bonding dengan Si Kecil sudah pasti memiliki manfaat yang luar biasa bagi Si Kecil dan juga kita, orangtuanya. Bagi Si Kecil, bonding erat dengan orangtua dapat mendukung tumbuh kembangnya dengan optimal hingga menurunkan risiko gangguan sosial emosional saat ia dewasa nanti.

Di usia bayi – balita, menjalin bonding dengan Si Kecil tentu tak sulit karena mereka cenderung masih sangat tergantung dengan mama-papanya. Namun berbeda ketika Si Kecil sudah memasuki usia pra remaja (pre-teenager/pre-teen).  

Anak usia pre-teen mencakup usia 9 – 12 tahun. Sudah bukan anak kecil lagi, namun juga belum remaja. Hal ini mulai terlihat ketika ia menunjukan kemandirian, cenderung mulai tertutup, mulai beradu argumen, berani mengkritik, hingga serius menjalani hobinya.

Bila sudah begini, jangankan dicium, dipeluk atau diajak bermanja-manja sudah pasti mereka akan menolak atau segera menjauh dari Anda. Sedih, sudah tentu. Namun bukan berarti kemudian kita menyerah ya, Mams.

Bangun Koneksi dengan Si Kecil

Educational Psychologist Orissa Anggita Rinjani, M.Psi, menyarankan agar kita kembali membangun intimacy-nya dulu. Karena sampai kita dewasa pun sebenarnya kita tetap membutuhkan koneksi dengan orangtua. Namun seiring semakin besar Si Kecil, akan mulai tumbuh rasa tidak nyaman saat disentuh, bahkan dengan keluarga sendiri.

“Saat Si Kecil sudah memasuki usia SD-SMP, Mama bisa mulai membangun koneksi lagi dengan Si Kecil yang bisa dimulai dengan berbincang, jangan gunakan sentuhan dulu sampai ia merasa nyaman,” saran Orissa.

“Ajak ia berbincang tentang kesehariannya. Si Kecil bisa jadi tidak langsung terbuka, karena semakin besar mereka sudah mulai merasa memiliki privacy, mulai pendek-pendek jawabnya. Jangan kaget  bila jawabnya, ‘ya gitu’, ‘ok’, ‘tidak ada yang spesial’, dan jawaban super singkat lainnya,” lanjutnya.

Orissa mengatakan bahwa bonding dengan Si Pre-teen bisa dimulai dari kitanya dulu. Hal ini agar dapat terbangun koneksi dua arah. Mamas bisa mulai dengan menceritakan terlebih dahulu keseharian Anda. Seperti misalnya, ‘Mama tadi siang tuh ada masalah di kantor, rasanya bikin kesal dan tidak nyaman, tapi ya mau tidak mau tetap harus diselesaikan’, dan sebagainya.  

“Alternatif lainnya, Mams bisa mengajak Si Kecil melihat-lihat foto atau video saat liburan atau kegiatan lainnya. Mams bisa bertanya padanya, ‘Kakak ingat tidak ini kapan ya?’ atau ‘Ini waktu kita pergi kemana ya?’,” contohnya.

Cara ini akan memunculkan memori mereka akan pengalaman tersebut sehingga kemudian muncul-lah koneksi. Si Kecil yang tadinya menjauh, lama-lama akan mulai mendekati Mams. Di saat ini lah Mams bisa mulai menyentuh, mengusap atau bahkan memeluk Si Kecil. Kuncinya sabar ya, Mamas! (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. Freepik)

Shares