Health

Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta

By  | 

Infeksi dengue atau sebelumnya sering dikenal dengan DBD (Demam Berdarah Dengue), hingga saat ini masih memiliki jumlah kasus yang tinggi dan terus meningkat di dunia, termasuk juga di Indonesia.

Walaupun berbagai langkah telah dijalankan untuk menekan kasus dengue, namun data Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa sampai dengan 22 September 2025, terdapat 115.138 kasus dengue secara nasional dengan 479 kematian. Dari jumlah tersebut, 57 persen terjadi di Pulau Jawa, yang menunjukkan tingginya konsentrasi beban penyakit di wilayah dengan populasi padat. Dalam hal ini, DKI Jakarta sebagai provinsi dengan mobilitas penduduk yang tinggi membutuhkan strategi berlapis agar perlindungan terhadap masyarakat dapat lebih diperkuat.

Dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh virus (DENV), yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina yang terinfeksi. Penyakit ini lebih umum di daerah beriklim tropis dan subtropis. Pada sebagian orang yang mengalaminya, gejala dengue sering kali tidak tampak atau hanya berupa gejala ringan. Namun, bagi yang mengalaminya, gejala paling umum adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri badan, nyeri sendi, mual, muntah dan ruam kulit. Virus dengue terdiri dari empat jenis/serotipe, oleh karena itu seseorang dapat terinfeksi virus dengue lebih dari satu kali, dan infeksi kedua kali dapat meningkatkan risiko terjadinya gejala yang lebih parah lho, Mams.

Sebagai negara endemis dengue, Indonesia telah melakukan berbagai upaya penanggulangan dengue melalui fogging, Gerakan 3MPlus, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J), teknologi Wolbachia, hingga inovasi terbaru untuk mencegah dengue, yaitu dengan melakukan vaksinasi dengue.

Dalam sambutannya pada acara Peresmian Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di Kantor Walikota Jakarta Selatan, drg. Ani Ruspitawati, M.M., Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang diwakili oleh dr. Ovi Norfiana, M.K.M., Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, menyampaikan, “Strategi berbasis sains dapat melengkapi upaya konvensional yang sudah berjalan. Tapi kami menyadari bahwa pengendalian dengue membutuhkan strategi yang terintegrasi. Untuk memberikan perlindungan yang lebih optimal bagi masyarakat, diperlukan pendekatan lain yang juga inovatif. Karena itu, kami bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melaksanakan vaksinasi dengue di wilayah Jakarta Selatan, yang disertai dengan pemantauan aktif sebagai langkah pelengkap. Kami percaya bahwa kolaborasi lintas sektor ini akan semakin memperkuat upaya perlindungan, sekaligus membuka jalan bagi masyarakat Jakarta untuk mendapatkan manfaat dari berbagai bentuk inovasi kesehatan.”

Peresmian Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di Kantor Walikota Jakarta Selatan.

Pentingnya kewaspadaan terhadap dengue sangat penting karena dengue adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, di mana seseorang tinggal, maupun gaya hidup; dan bukan hanya saat musim hujan, tetapi juga mengancam sepanjang tahun.

“Itulah sebabnya masyarakat perlu selalu waspada, karena setiap keluarga berisiko terpapar dengue. Pencegahan sangat penting, melalui pemantauan aktif vaksinasi dengue pada anak Sekolah Dasar di Jakarta Selatan ini. FKUI bersama Dinkes Provinsi DKI Jakarta dengan dukungan Takeda berupaya menghadirkan mekanisme pemantauan efektifitas vaksin yang lebih sistematis,” jelas Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K), Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Namun tak hanya di Jakarta saja, kegiatan ini juga akan dilakukan bersama di beberapa daerah lain seperti Palembang dan Banjarmasin. Di Indonesia, kelompok yang termasuk dalam pemantauan aktif ada 30.000 anak yang terbagi dalam tiga wilayah. Di Jakarta Selatan sebanyak 15.000 anak, dengan 10.000 anak yang mendapatkan vaksinasi. Di Palembang sebanyak 7.500 anak, dengan 5.000 anak yang mendapatkan vaksinasi. Dan di Banjarmasin juga sebanyak 7.500 anak, dengan 5.000 anak yang mendapatkan vaksinasi. Anak-anak ini nantinya akan dipantau selama 3 tahun untuk mengetahui dampak dari vaksinasi tersebut terhadap dengue.

Selain FKUI, dua fakultas lain yang turut serta dalam kegiatan ini adalah Fakultas Kedokteran Sriwijaya-Palembang dan Fakultas Lambung Mangkurat-Banjarmasin. Fakultas-fakultas ini turut mendukung kolaborasi antara Dinas Kesehatan dan Takeda dalam pemantauan aktif vaksinasi dengue.

Harapannya, kolaborasi beberapa pihak ini dapat selaras dengan strategi global WHO untuk Neglected Tropical Diseases 2020–2030 dengan target “Zero dengue death in 2030” (nol kematian akibat dengue pada tahun 2030).

“Kami percaya bahwa kolaborasi lintas sektor dan peningkatan kesadaran publik tentang bahaya dengue dapat memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat, membantu melindungi lebih banyak keluarga, dan membantu Indonesia semakin siap menghadapi tantangan penyakit menular di masa depan,” tutup dr. Arif Abdillah, Head of Medical Affairs PT Takeda Innovative Medicines. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. Takeda)

Comments are closed.

Shares