Health

Mengenal Intermittent Fasting

By  | 

Saat mencoba menurunkan berat badan, bisa jadi Mamas sudah mencoba berbagai macam diet. Namun sudahkah Mamas mencoba intermittent fasting?

Intermittent fasting bukan lagi menjadi hal baru bahkan cukup menjadi favorit bagi para Mamas yang memang sedang berusaha menjalani diet untuk menurunkan berat badan. Diet ini cukup diminati karena diyakini pola makan tersebut bisa meningkatkan kesehatan jantung dan menurunkan risiko kanker.

Faktanya, ada beberapa jenis intermittent fasting dan masing-masing jenisnya memiliki ‘manfaat’ yang berbeda. Lalu seperti apakah diet intermittent fasting ini, dan berapa lama kita harus menjalankan puasa ketika menerapkan intermittent fasting?

Berikut penjelasannya:

1.Sehari penuh: pola diet ini juga dikenal dengan jendela 5:2, di mana Mamas akan mengonsumsi sekitar 500 kalori selama dua hari dalam seminggu. Sementara pada lima hari lainnya Mamas tidak memiliki batasan makanan apa pun.

2.Selang-seling: Mamas yang menjalani intermittent fasting dengan jadwal ini akan melakukan puasa secara selang-seling, dimana pada hari puasa Mamas hanya mengonsumsi sekitar 25 persen dari kebutuhan kalori harian. Contohnya, Mamas hanya makan sekitar 700 kalori di hari ini dan akan menjalani pola makan normal di hari esok.

3.Pembatasan waktu: intermittent fasting dengan pembatasan waktu menganut format 16:8, dimana Mamas hanya makan selama delapan jam dan sisanya berpuasa. Contohnya, dari jam 12.00 siang hingga pukul 20.00, Mamas dapat makan siang dan malam, selebihnya berpuasa.

Meski setiap orang bisa memilih pola berpuasanya masing-masing, namun Dr. Alexandra Sowa, M.D., dokter Penyakit Dalam bersertifikat, yang mengkhususkan diri dalam pencegahan penyakit, nutrisi, dan pengobatan obesitas, mengatakan bahwa pemula lebih baik memulainya dengan berpuasa selama 12 jam. Namun jika pola tersebut terasa kurang, cobalah pola puasa 16 jam beberapa hari dalam seminggu.

Berapa banyak berat badan yang turun?  

Sebuah studi yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition pada 2005, mengatakan bahwa puasa memberi waktu istirahat pada tubuh dan membantu tubuh memperbaiki sel-sel yang rusak. Proses yang dikenal dengan istilah autofagi ini juga menunjukkan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan kadar insulin.

Hormon insulin diproduksi oleh pankreas untuk mengatur gula darah dan hormon lainnya pada tubuh. Terlalu banyak insulin seringkali dikaitkan dengan risiko obesitas, penyakit jantung, dan risiko kesehatan lainnya.

Lalu berapa berat badan yang mungkin akan turun? Perlu Mamas pahami, bahwa intermittent fasting tidaklah menjamin berat badan Mamas akan turun. Hal ini karena secara teori kita akan mengonsumsi kalori lebih sedikit karena kita memang mengurangi asupan makanan. Namun kelebihan makan saat sedang tidak berpuasa tetap mungkin terjadi, sehingga hal ini dapat mengacaukan diet yang Mamas lakukan.

“Karena itu, untuk mendapatkan manfaat dari puasa tersebut, pilihlah makanan yang tidak akan memicu peningkatan insulin,” saran Sowa.

Beberapa makanan yang perlu Mamas hindari pada waktu berbuka puasa adalah burger, kentang goreng, dan milkshake. Sowa menyarankan agar Mamas mengonsumsi makanan tinggi serat dan protein, seperti sayuran hijau, telur, dan ayam.

Lalu apa saja yang bisa dikonsumsi selama puasa?  

Bila Mamas ingin patuh, maka cukuplah konsumsi air putih dan minuman tanpa kalori, seperti kopi hitam. Namun jika lambung Mamas tidak kuat menerima kopi hitam saat berpuasa, maka Sowa merekomendasikan agar kopi hitam Mamas ditambah dengan 2 sendok whip cream berlemak.

“Cara ini akan membuat Mamas mampu bertahan lebih lama pada fase puasa,” urainya.

Bila Mamas tertarik dengan diet ini, SmartMama menyarankan agar sebelumnya Mamas tetap berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu, untuk memastikan apakah diet ini baik dan cocok untuk Anda. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. Freepik)

Shares