Health

Mengenal Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan Risikonya Terhadap Kulit Si Kecil

By  | 

Kandungan dalam produk perawatan Si Kecil, tentunya harus baik bagi kulitnya yang masih sensitif. Kenali apa itu SLS dan dampak buruknya bagi Si Kecil.

Seiring dengan kemajuan teknologi, kemudahan mendapat informasi menjadi jauh lebih mudah sehingga awareness kita terhadap berbagai bahan dan produk yang digunakan sehari-hari pun ikut meningkat. Sodium Lauryl Sulfate (SLS) merupakan bahan kandungan yang sudah lama digunakan dan terdapat pada berbagai macam produk sehari-hari. Namun akhir-akhir ini SLS menjadi perbincangan karena dikatakan memiliki berbagai efek negatif, benarkah demikian?

Apa itu Sodium Lauryl Sulfate (SLS)?

Sering ditemukan sebagai bahan yang terkandung di dalam sabun, sampo, pasta gigi, dan lain-lain, SLS merupakan suatu bahan detergen dan surfaktan. Surfaktan merupakan bahan yang berfungsi sebagai pengikat kotoran untuk selanjutnya dapat terbilas bersama air. Surfaktan terdiri dari komponen ekor dan kepala, dimana komponen ekor bersifat hidrofobik (membenci air) dan kepala hidrofilik (pencinta air). Ekor hidrofobik dari surfaktan berfungsi mengikat kotoran, sementara bagian kepala hidrofilik akan terikat dengan air.

Menurut dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Dr. Harsha Aulia Sp.Kk, pada umumnya surfaktan dibagi menjadi 4 golongan. Penggolongan ini berdasarkan muatan yang terdapan pada bagian kepala gugus permbetuk surfaktan tersebut. “Golongan tersebut yaitu surfaktan anionik, nonionik, katonik, dan amfoterik. SLS sendiri termasuk ke dalam golongan anionik surfaktan. Dipilihnya SLS sebagai bahan surfaktan pada berbagai produk adalah karena SLS merupakan bahan baku yang relatif mudah diproduksi, harganya relatif terjangkau, dan menghasilkan busa yang cukup ‘memuaskan’,” terangnya.

Risiko Paparan SLS pada Anak

Akhir-akhir ini penggunaan SLS menimbulkan perdebatan mengenai keamanan penggunaannya bagi kesehatan. Meski masih menjadi pro dan kontra secara medis, namun terjadinya eczema atau dermatitis pada penggunaan bahan yang mengandung SLS bisa dibilang berkaitan.

Lalu apa kaitan antara SLS dengan dermatitis? Dengan fungsinya sebagai detergen dan surfaktan, SLS dapat menembus lapisan tanduk pada kulit dan mengganggu sintesis lipid kulit yang berfungsi sebagai pelembap alami kulit. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya peningkatan transepidermal water loss (TEWL). “Walaupun tanpa gejala kelainan kulit sama sekali, namun kondisi ini mengakibatkan kulit Si Kecil menjadi lebih kering dan rentan. Kelainan kulit yang terjadi akibat terpapar SLS ini disebut sebagai dermatitis kontak iritan. Hal tersebut akan semakin rentan terjadi pada anak yang sudah mengalami masalah sawar kulit (skin barrier atau lapisan pelindung kulit) sebelumnya atau pada anak yang memiliki kulit sensitif,” lanjut Dr. Harsha.

Keluhan pada kulit (dermatitis) ini bisa terjadi akibat terlalu lama terpapar oleh kandungan SLS. Paparan ini bisa didapat Si Kecil dari pakaian yang ia kenakan setiap harinya, yang dicuci menggunakan detergen pencuci baju yang mengandung SLS. Bagi Si Kecil yang telah memiliki kelainan kulit seperti dermatitis atopik, penggunaan bahan iritan seperti SLS ini juga akan semakin mempermudah masalah kulit lainnya kambuh.

Lalu bagaimana solusinya? Melihat risiko yang dapat timbul, maka hendaknya setiap pakaian yang dicuci dengan detergen yang mengandung SLS harus benar-benar dibilas hingga bersih. Hal ini sangat penting karena residu SLS yang tertinggal bisa melekat pada kulit dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Apalagi, surfaktan sendiri dikatakan dapat terakumulasi di dalam tubuh.

Sekalipun tidak menimbulkan reaksi peradangan terhadap SLS, bukan berarti Si Kecil tidak memiliki masalah terhadap penggunaan bahan dengan kandungan SLS pada kulit mereka ya, Mamas. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, SLS dapat mengakibatkan berkurangnya kelembapan alami pada kulit dan meningkatkan TEWL bahkan tanpa gejala peradangan sekalipun.

“Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan bahan dengan kandungan SLS dihindari, terlebih bila Si Kecil memiliki kelainan sawar kulit atau memiliki kulit sensitif. Pilihlah produk pencuci dan pembersih yang tidak mengandung SLS dan memiliki komponen surfaktan pengganti yang tidak bersifat iritatif dan toksik, serta low hazard,” ujar Dr. Harsha.

Setelah mengetahui dampak SLS bagi kesehatan Si Kecil,sebaiknya kita bisa lebih cermat dalam memilih produk untuk Si Kecil ya, Mams! (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. iStockphoto.com)

Shares