Education

Perkembangan Pendidikan Akademik Anak di Abad 21

By  | 

Mamas, seringkali saat kita berbicara mengenai konteks pendidikan akademik, yang terpikirkan hanyalah penguasaan materi dari subjek – subjek tertentu seperti matematika, ilmu pengetahuan, atau bahasa. Padahal, di abad 21 ini, para educator mendefinisikan keterampilan akademik lebih dari itu, lho!

Dr. Thomas R. Guskey, Ph.D, seorang pakar pendidikan di bidang penilaian (assesment) dari Amerika Serikat yang hadir dalam parents workshop yang diadakan oleh Sekolah Highscope Indonesia (21/5/2019) mengungkapkan bahwa di era kini, para pengajar disarankan untuk tidak menilai kemampuan siswa berdasarkan standard yang berlaku, melainkan pemahaman masing – masing anak sehingga konteks penilaian bersifat lebih personal.

Dr. Thomas R. Guskey, Ph.D saat hadir dalam parents workshop

“Sebagai contoh, mahasiswa yang berkuliah di sekolah kedokteran menghabiskan 2 semester pertamanya untuk menghafal teori. Kelemahannya, saat sudah di semester berikutnya, mereka tidak mampu mengaplikasikan teori yang dipelajari dalam aktivitas belajarnya. Kami ingin memberi contoh bahwa pendidikan hanya berbasis teori tidak bersifat applicable untuk kehidupan nyata anak – anak,” ungkapnya.

Untuk mencegah terjadinya hal ini, menurut Dr. Guskey, ada baiknya orangtua & tenaga pengajar di sekolah memberikan kebebasan pada anak untuk berpendapat mengenai topik/pembelajaran yang sedang dibahas, sehingga akan sekaligus mengembangkan soft skill mereka, “Ajak mereka untuk berdiskusi, menyampaikan pendapat, dan mengumpulkan informasi sebanyak – banyaknya.”

Founder Sekolah Highschope Indonesia, Antarina SF. Amir

Sementara itu, founder Sekolah Highscope Indonesia Antarina SF. Amir mengungkapkan bahwa selama ini pihaknya meyakini ada banyak sekali tantangan yang perlu ditaklukkan oleh generasi muda di era industri 4.0, “Sehingga kami mendefinisikan pendidikan akademik tidak hanya sebagai keterampilan membaca, menulis, berhitung, dan mendapat nilai baik dalam ujian, namun sebagai kemampuan anak untuk menangkap pengetahuan yang diajarkan di sekolah, dan diproses secara ilmiah dan kreatif oleh fungsi eksekutif otak: serta kemampuan untuk mengkomunikasikan esensi pengetahuan dengan jelas dan logis.”

Tujuan proses pendidikan menurut Dr. Guskey dibagi kedalam tiga kelompok utama, yaitu prestasi anak dalam pemahaman proses belajar, menciptakan kebiasaan belajar secara terus – menerus, dan perkembangan yang konsisten dalam keseluruhan prosesnya.

Nah, sebagai orangtua, ada baiknya kita mulai menyesuaikan pola pengajaran kepada anak dengan menekankan pada konsep “perkembangan” individunya ya Mams, untuk menciptakan generasi life – long learner. (Nathalie Indry/KR/Photo: Istockphoto, dok. Highscope Indonesia)

Shares