Mind

Ini Cara Menghadapi Mommy Shaming

By  | 

Q: Hi Smartmama, Saya adalah mama dari seorang anak bernama Daniel, saat ini berusia 2,5 tahun. Saya sering merasa kesal dengan para mama tetangga di sekitar lingkungan saya yang selalu menyindir seolah saya bukan mama yang baik karena aktif bekerja, sementara Si Kecil saya percayakan tinggal dengan pengasuh & neneknya di rumah. Saya sudah sering tidak menanggapi sindiran mereka, tetapi kok lama – kelamaan risih juga, ya.. Bagaimana cara menghadapi kondisi seperti ini?  – Lila Hanna.

Liza Djaprie menjawab:

Ask The Expert (Liza)

Halo mama Lina,
Terima kasih ya atas pertanyaannya. Dan saya sampaikan rasa simpati saya atas ketidaknyamanan yang dirasakan oleh Mama Lina. Memang tidak mudah menghadapi opini-opini lingkungan yang datang terus-menerus tanpa henti mengkritik apa yang kita lakukan.
Tapi memang demikianlah yang sering sekali terjadi dalam kehidupan kita. Sering sekali individu merasa berhak untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya tanpa mencoba berempati pada kondisi orang lain maupun menyaring apa yang ingin ia sampaikan.
Dan secara objektif kita tahu bahwa kita tidak akan pernah bisa mengontrol apa yang orang lain pikirkan akan kita.
Namun secara subyektif, seringkali pula, kita tidak tahan untuk merasa gemas akan perilaku-perilaku tersebut lalu tanpa sadar menyerap semua komentar mereka masuk ke dalam alam berpikir serta perasa kita yang mengakibatkan sampai pada satu titik kita pun merasa lelah.

Close Up Of Mother And Daughter Leaving For School

Oleh karena itu, saya hanya bisa menyarankan pada Mama Lina untuk mulai belajar mengelola prioritas.
Prioritas dalam arti mana yang penting untuk diolah masuk ke dalam alam berpikir dan perasa kita, serta mana yang sebaiknya dianggap angin lalu saja. Anda juga sebaiknya mulai belajar untuk memilah mana yang kritik membangun dan mana yang hanya sekedar opini-opini subjektif yang dilontarkan tanpa mengetahui kondisi yang sebenarnya serta tanpa empati akan kondisi kehidupan kita.
Selain hal-hal tersebut, belajar pula lah untuk mempertimbangkan secara objektif serta bijak apakah yang dilakukan untuk anak serta keluarga selama ini sudah cukup maksimal atau belum? Apakah jangan-jangan memang benar bahwa saya tidak memberikan waktu yang cukup bagi keluarga? Apakah perkembangan anak terlantar? Apakah kegiatan sehari-harinya terhambat akibat tidak ada bimbingan cukup dari orang tua?
Bedtime.
Lakukanlah analisa bijak akan hal-hal ini. 
Ada baiknya jika dilakukan juga dengan pasangan. Jika rasanya semua memang sudah maksimal dilakukan dan kondisi anak serta keluarga baik-baik saja, maka belajarlah untuk tidak menyerap semua yang dikomentari oleh lingkungan. Setiap orang bebas untuk beropini. Dan kitapun bebas untuk menyerap apa yang mau kita serap. Ambillah kritik positif yang bisa membantu diri menjadi lebih baik. Tinggalkanlah kritik negatif yang dilontarkan tanpa tahu kondisi sebenarnya dan tanpa empati.
Dengan begitu, Anda bisa semakin bijak mengelola pikiran, rasa serta kehidupan sehari-hari, ya..Ingatlah masing-masing keluarga punya budaya, peraturan serta pola uniknya masing-masing. Ketika kita sudah merasa aman serta nyaman dengan apa yang berlaku di dalam keluarga kita dan semua berjalan dengan baik, maka seperti kata pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu.
Be wise, Be happy… (Liza Djaprie/KR/Photo: Istockphoto.com)

Shares