Education

Metode Belajar Membaca dari Berbagai Negara

By  | 

Mamas, tahukah Anda, ternyata ada banyak cara agar Si Kecil jadi pintar membaca. Jika di Indonesia kita mengenal dengan cara menghafal huruf alphabet dan belajar merangkai kata, di negara lain punya cara unik lho. Anda tertarik untuk mencobanya?

  • Jepang: Belajar Menulis Hingga Akhir Sekolah. Bagi murid-murid di Jepang belajar menulis tidak berhenti di kelas satu. Hingga kelas sembilan dalam kurikulum tertera berapa huruf yang harus dipelajari setiap tahun. Untuk bisa menulis kata-kata dasar, murid harus menguasai cara penulisan 2.100 huruf. Dan, harus berlatih secara teratur, jika tidak satu huruf bisa cepat terlupakan.
  • Cina: Lebih Cepat Lebih Baik. Sejak usia tiga tahun anak-anak di Cina mulai belajar menulis huruf-huruf dasar. Saat berusia enam tahun, mereka mulai menulis kalimat. Hingga kelas lima mereka sudah harus menguasai 10.000 huruf. Tentu saja anak-anak wajib menghafal agar tidak mudah lupa.
  • Marokko: Bukan Hanya Bahasa Arab. Belum lama ini, anak-anak Marokko hanya belajar bahasa Arab di sekolah. Namun, sejak 2004 mulai berubah. Di kelas satu, bahasa Berber, Tamazight juga diajarkan. Dengan demikian jumlah warga yang buta huruf di daerah pedesaan, di mana bahasa Berber digunakan, berkurang.
  • Paraguay: Bahasa Penduduk Asli. Di Amerika Latin, bahasa penduduk asli digalakkan penggunaannya. Di Paraguay anak-anak belajar baik bahasa Spanyol maupun Guaraní. Tapi titik beratnya tetap hanya pada satu bahasa. Dulu, menulis indah adalah mata pelajaran tersendiri, sekarang anak-anak hanya perlu bisa menulis dengan huruf cetak.
  • Kanada: Penulisan Tidak Masalah. Bukan bahasa Inggris, melainkan bahasa Eskimo yang menjadi bahasa utama murid kelas satu di Kanada. Di bagian utara, Nunavut bahasa Eskimo adalah bahasa resmi. Menulis dengan benar bukan tantangan besar. Agar keanekaragaman dialek tetap bisa dipertahankan, tidak ada cara penulisan yang seragam.
  •  Yunani: Keanekaragaman Vokal.“i” yang mana? Itu sering ditanyakan murid kelas satu di Yunani. Dalam aksara Yunani, ada enam huruf untuk vokal ini. Juga pada “e” dan “o” mereka harus memutuskan di antara dua variasi. Peraturan resmi untuk itu tidak ada, itu hanya bisa dihafal. Jadi dikte kerap ada dalam kurikulum. 
  •  Jerman: Menulis Berdasarkan Pendengaran. 20 tahun lalu, metode ini mulai digunakan di sekolah-sekolah Jerman, dan sampai sekarang masih kontroversial. Satu-satunya bantuan adalah sebuah tabel, di mana huruf-huruf dicantumkan di sebelah gambar, misalnya “F” tercantum di sebelah “Fenster” (jendela), “U” untuk “Uhr” (jam). Huruf lainnya ditulis dengan tulisan fonetik, jadi berdasarkan bunyi.
  • Iran: Bahasa Persia dengan Tulisan Arab. Di Iran yang terdiri dari banyak kelompok etnis, digunakan banyak bahasa. Di sekolah anak-anak belajar bahasa Persia. Meski bahasa ibunya pun Persia, menulispun sulit, karena ditulis dengan tulisan Arab. Pertama-tama mereka berlatih membuat garis-garis, lengkungan dan tanda seperti gerigi, yang menyerupai huruf. Setelah sebulan baru huruf yang benar bisa ditulis. (Yosi Avianti/Photo : Istockphoto.com)

Shares