Mind

Smart Mama Story: Hadapi Pressure untuk Jadi Mama Sempurna

By  | 

Meski tak terucap, banyak mamas yang kerap membandingkan dirinya dengan mama lain. Pertanyaan apakah saya sudah jadi mama sempurna untuk anak-anak selalu membayangi benak seorang mama. Ditambah lagi pembicaraan orang di sekeliling yang kerap menjudge apa saja yang Anda lakukan. Tentu saja hal tersebut sangat melelahkan, ujung-ujungnya justru memicu depresi yang malah membuat segalanya berantakan. Empat mama berikut berbagi pengalaman cara menghadapi tekanan sosial berikut.

“Mertua saya paling anti melihat anak saya diasuh baby sitter. Menurutnya saya mama yang malas dan kurang bertanggung jawab. Padahal saya juga butuh istirahat kan mengingat saya juga punya bisnis yang perlu ditangani dengan baik. Awalnya saya mengikuti beliau dengan jadi super mom yang mengurus bisnis, menangani anak sendirian, sekaligus menjadi istri yang baik. Lama kelamaan saya jadi sangat lelah dan sakit. Akhirnya, saya memilih menjalani hidup sesuai aturan saya sendiri. Sebagai langkah awal saya dan suami membeli rumah yang agak jauh dari mertua untuk meminimalisir konflik, kemudian saya mengatur sendiri apa yang paling baik untuk saya dan keluarga.”
Helena, 34 tahun, mama dari Syafa, 5 tahun dan Syakila, 2 tahun

“Sudah pasti saya banyak dijudge orang sebagai mama yang kurang baik karena pekerjaan menuntut saya untuk sering traveling. Jadi terkadang saat meeting orangtua murid maupun terima raport saya tidak bisa hadir. Saya tahu saya menjadi bahan pergunjingan di sekolah. Padahal mereka tidak tahu bahwa saya selalu berusaha menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan keluarga. Dan yang selalu menjadi ritual adalah masak bersama. Sampai suatu hari sekolah anak saya mengadakan lomba masak dan ia pemenangnya. Saat ditanya di hadapan umum ia belajar masak dari siapa dengan lantang Si Kecil menjawab dari saya. Saya sangat terharu di antara ketidaksempurnaan saya sebagai seorang mama, saya dapat memberikan ilmu yang berguna baginya.”
Deandra, 32 tahun, mama dari Davin, 6 tahun

“Dulu saya selalu berusaha jadi mama yang sempurna, saya selalu menyiapkan bekal makanan keluarga, hadir di setiap acara sekolah, tidak pernah menggunakan jasa baby sitter dan masih banyak kehebatan saya yang lain sebagai seorang mama. Dan tentu saja saya dipuji banyak orang karena kesempurnaan saya. Hingga suatu hari anak saya murung dan tampak lelah. Saat berkonsultasi ke psikolog, ternyata ia sangat lelah dengan segala tuntutan saya. Tanpa disadari sebagai mama yang sempurna, saya juga memiliki banyak tuntutan terhadap anak yang akhirnya membuat ia lelah. Kini saya menjalani peran saya sebagai seorang mama dengan lebih santai, yang penting anak saya bahagia.”
Lulu, 30 tahun, mama dari Kasya, 5 tahun

“Sejak hamil, banyak sekali yang berkomentar dan memberi nasihat segala rupa seputar kehamilan menjadi seorang mama yang sempurna. Hal tersebut membuat saya cukup pusing ya sehingga saya dan suami sepakat untuk bersikap tegas baik pada orangtua kami maupun kerabat lain. Kami ingin menjalani pengalaman sebagai orangtua dengan cara kami sendiri. Ketegasan itu membuat mereka menjadi segan ikut campur hingga kini anak saya berusia dua tahun kami membesarkan dengan apa yang kami yakini terbaik baginya.”
Kania, 28 tahun, mama dari Malika, 2 tahun

Well Mamas, tidak ada satupun manusia di dunia ini yang sempurna, termasuk seorang mama. Jalani saja peran Anda sebaik mungkin tentu saja dengan cara Anda sendiri. (Karmenita Ridwan/LD/Photo: Istockphoto.com)

Shares