Relationship

Smart Mama Story: Menikah Lagi Paska Perceraian

By  | 

Hidup memang penuh kejutan ya Mams. Pernikahan yang dibangun atas dasar cinta dan tanggung jawab pun bisa berujung dengan kegagalan. Ada juga mamas yang mengalami cerai mati akibat ditinggal pasangan menghadap Yang Kuasa. Tentu saja proses hidup yang dialami tidak mudah, namun hidup memang tetap berjalan kan. Nah tiga Smart Mama berikut ini memutuskan untuk menikah kembali, apa pertimbangan mereka? Yuk simak!

“Sebetulnya, kegagalan pernikahan kami sudah dapat diramalkan. Pasalnya sejak masih berpacaran, mantan suami saya gemar berselingkuh dan kerap kasar pada saya. Namun dulu saya sangat naif dan berpikir setelah menikah ia pasti akan berubah. Nyatanya malahan semakin parah, akhirnya setelah empat tahun menikah dan memiliki satu anak saya memutuskan menggugat cerai papa dari anak saya tersebut. Setelah satu tahun resmi bercerai, saya memiliki atasan baru yang berstatus seorang duda satu anak. Ternyata ia menaruh hati pada saya, namun tentu saja saya tidak terlalu menanggapi akibat masih trauma dengan kegagalan pernikahan lalu. Tapi ia begitu sabar mendekati saya dan juga Si Kecil cepat lengket dengannya juga dengan anaknya yang usianya jauh lebih tua dari anak saya. Kami pun bertambah dekat dan seperti membentuk satu keluarga. Dua tahun kemudian, kami pun menikah, hingga kini, lima tahun kemudian, bisa dibilang kami berempat hidup penuh kasih sayang meskipun terkadang ada konflik juga layaknya keluarga lain.”
Tessa, 38 tahun, mama dari Danisha, 17 tahun dan Ardo, 12 tahun

“Siapa yang menyangka saya ditinggal suami untuk selamanya sementara anak-anak saya masih berusia sangat kecil, saat itu Marco masih berusia 3,5 tahun dan Milka masih 1 tahun. Tanpa disangka ia menderita penyakit kanker darah stadium lanjut dan lima bulan kemudian ia pun menyerah pada penyakitnya. Saya sangat shock dan tentu saja tidak pernah berpikir menikah lagi. Namun setelah dua tahun menjanda, saya bertemu seorang teman lama yang juga seorang duda tanpa anak. Ia justru diceraikan oleh Sang Istri karena tidak bisa memiliki anak. Saat itu kami hanya berteman dan berbagi cerita. Ia juga kerap mengajak anak-anak jalan-jalan di akhir minggu. Hingga akhirnya ia mengajak saya menikah saja. Waduh tentu saja saya tidak bisa langsung mengiyakan. Saya merasa berdosa dengan mendiang suami saya. Namun orangtua saya menasihati bahwa hidup memang harus terus berjalan, dan anak-anak saya membutuhkan figur seorang ayah. Saya sendiri juga membutuhkan seorang suami untuk berbagi. Akhirnya kami pun menikah atas restu keluarga dan anak-anak saya tentunya.”
Revita, 35 tahun, mama dari Marco, 6 tahun dan Milka, 4 tahun

“Saya tidak pernah menyangka akan bercerai dengan mantan suami. Pasalnya kami berpacaran cukup lama dan menikah di usia yang sudah dewasa. Namun nyatanya kami tidak pernah berhenti cekcok hingga anak saya, Julio kerap menangis dan tumbuh menjadi anak yang pendiam. Setelah menikah lima tahun, kami sama-sama menyerah, perceraian tak terelakkan. Setelah hidup menjanda, saya menjadi dekat kembali dengan beberapa teman lama yang suatu hari memperkenalkan saya dengan seorang pria. Memang sih obrolan kami sangat nyambung dan cocok, tapi saya tidak pernah berpikir untuk menjadi dekat dengannya lebih dari teman. Selain masih trauma, ia juga seorang bujangan, saya tidak ingin menimbulkan masalah. Tapi ia sangat gigih lho mendekati saya, menjemput saya sepulang kantor, mengajak Julio bermain dan tertawa. Julio menjadi lebih ceria setelah akrab dengannya. Saya jadi kagum dengan kepribadiannya, dan ternyata keluarganya juga tidak mempermasalahkan status saya yang janda satu anak. Kami pun memutuskan menikah secara sederhana.”
Sabrina, 38 tahun, mama dari Julio, 12 tahun dan Jessica, 4 tahun. (Karmenita Ridwan/LD/Photo: Istockphoto.com)

 

Shares