Health

Kenali Risiko Sindroma Hiperstimulasi Ovarium

By  | 

Bagi Anda yang akan menggunakan obat kesuburan, yuk kenali terlebih dahulu tentang sindrom hiperstimulasi ovarium!

Pengertian
Sindrom hiperstimulasi ovarium (Ovarian hyperstimulation syndrome/OHSS) biasanya terjadi sebagai akibat penggunaan obat hormonal untuk merangsang perkembangan telur dalam ovarium wanita. Obat-obat kesuburan suntik ini diberikan kepada pasien untuk mengobati infertilitas. Pada sindrom hiperstimulasi ovarium, ovarium menjadi bengkak dan sakit. Sekitar seperempat dari wanita pemakai obat kesuburan suntik mengalami bentuk ringan dari sindrom hiperstimulasi ovarium, yang biasanya hilang setelah seminggu. Jika wanita menjadi hamil setelah menggunakan obat kesuburan, maka gejala sindrom hiperstimulasi ovarium dapat berlangsung selama beberapa minggu. Sebagian kecil dari wanita yang menggunakan obat kesuburan ini dapat mengalami sindrom hiperstimulasi ovarium yang lebih parah.

Gejala
Dalam banyak kasus, gejala OHSS dimulai dalam waktu 10 hari setelah menggunakan obat untuk merangsang ovulasi. Tingkat keparahan gejala OHSS bervariasi, dan gejala dapat memburuk atau membaik seiring waktu.

Pada OHSS ringan:
– Sakit perut ringan yang mungkin datang dan pergi.
– Perut kembung atau ketebalan perut meningkat.
– Mual.
– Muntah.
– Diare.
– Daerah ovarium menjadi lebih lembut.

Pada OHSS parah:
– Kenaikan berat badan dalam waktu yang sangat cepat, seperti peningkatan 5- 10 kg dalam satu atau dua hari, atau kenaikan lebih dari 10 kg dalam tiga hari atau lebih.
– Sakit perut parah.
– Rasa mual parah, dan muntah secara persisten.
– Penurunan frekuensi urine.
– Urine berwarna gelap.
– Sesak napas.
– Perut mengencang atau membesar.
– Pusing.

Penyebab
Sindrom hiperstimulasi ovarium akan muncul setelah menggunakan obat kesuburan yang bekerja langsung pada ovarium, merangsang ovarium untuk memproduksi sejumlah telur. Cara pengobatan ini lebih mungkin menyebabkan gejala hiperstimulasi ovarium dibandingkan dengan pendekatan lain yang lebih umum untuk mendorong terjadinya ovulasi, seperti pengobatan dengan clomiphene atau obat yang diberikan dalam bentuk pil. Mungkin awalnya dokter akan meresepkan obat oral yang lebih terjangkau harganya sebelum menggunakan obat suntikan.

OHSS biasanya terjadi setelah fase stimulasi folikel dari terapi kesuburan, yakni ketika Anda menerima suntikan HCG untuk memicu ovulasi. Biasanya, tanda-tanda dan gejala akan muncul pada 10 hari pertama setelah suntikan, ketika pembuluh darah ovarium menimbulkan reaksi abnormal terhadap hormon dan mulai mengeluarkan cairan. Cairan ini dapat membuat ovarium menjadi bengkak dan kadang bergerak ke arah perut. Sejumlah wanita bisa mengalami OHSS selama kehamilan setelah terjadinya induksi ovulasi, karena kehamilan itu sendiri menyebabkan peningkatan alami HCG.

Faktor Risiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko perkembangan OHSS meliputi:
– Sindrom ovarium polikistik, yakni gangguan reproduksi yang menyebabkan periode menstruasi menjadi tak teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, serta penampilan indung telur yang tidak biasa ketika dilakukan pemeriksaan USG.
– Folikel dalam jumlah besar.
– Berat badan rendah.
– Peningkatan estradiol (estrogen) secara tajam sebelum dilakukan suntikan HCG.
– Pernah mengalami OHSS sebelumnya.
– Migrain.
– Kehamilan kembar atau lebih.

Wanita yang berusia lebih muda dengan sindrom ovarium polikistik, yang mengandung banyak folikel ini, juga berisiko sangat tinggi terkena sindrom hiperstimulasi ovarium. Tapi faktor risiko ini tidak selalu menjadi penentu dari berkembangnya OHSS, karena kadang sindrom ini juga memengaruhi wanita yang tidak memiliki faktor risiko. Komplikasi Sekitar 1 sampai 2 persen dari wanita yang menjalani stimulasi ovarium dapat mengalami sindrom hiperstimulasi ovarium yang parah.

Komplikasi:
– Tumpukan cairan pada perut (ascites) dan kadang-kadang juga di dada.
– Gangguan elektrolit dalam tubuh (natrium, kalium dll).
– Gumpalan darah di pembuluh besar, biasanya di kaki.
– Gagal ginjal.
– Torsi ovarium.
– Pecahnya kista pada ovarium hingga menyebabkan perdarahan serius.
– Masalah pernapasan (sindrom pernapasan akut).

Beberapa jenis komplikasi dapat mengancam jiwa, tapi OHSS cenderung tidak berakibat fatal. OHSS yang parah dapat meningkatkan kemungkinan keguguran.

Penanganan
Lalu, kapan harus ke dokter? Jika Mamas memiliki gejala sindrom hiperstimulasi ovarium, segera beritahu dokter, bahkan jika hanya mengalami bentuk ringan dari sindrom ini. Sebenarnya sindrom hiperstimulasi ovarium ini biasanya hilang sendiri dalam waktu satu atau dua minggu, atau mungkin lebih lama (jika sedang hamil). Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar pasien merasa nyaman, mengurangi aktivitas ovarium, dan menghindari komplikasi. Bila gejala OHSS yang dialami semakin memburuk dengan cepat atau berlangsung lebih dari seminggu, segera hubungi dokter ya Mams.

Pengobatan untuk OHSS tingkat sedang dapat berupa:
– Obat anti-mual atau obat penghilang rasa sakit ataupun keduanya.
– Melakukan tes fisik dan tes USG secara berkala.
– Mengukur berat badan setiap hari ataupun mengukur lingkar perut disertai dengan mencatat setiap perubahan.
– Mengukur keluaran urine setiap hari. Melakukan tes darah untuk memantau dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta masalah lainnya.
– Minum banyak cairan, seperti minuman olahraga.
– Mengeringkan kelebihan cairan, dapat dilakukan dengan menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam rongga perut.
– Tetap aktif dan gunakan stoking untuk mencegah penggumpalan darah.

Pengobatan pada OHSS tingkat berat:
Jika mengalami tanda atau gejala OHSS berat, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk pemantauan dan pengobatan yang lebih agresif, termasuk dengan menggunakan cairan intravena (IV). Komplikasi serius mungkin akan memerlukan perawatan lebih lanjut, seperti operasi untuk pecahnya kista ovarium atau perawatan intensif untuk hati atau komplikasi paru-paru. Pengobatan juga dapat menyertakan obat antikoagulan untuk mengurangi risiko pembekuan darah di kaki.

Namun kebanyakan wanita yang mengalami OHSS dapat tetap menjalani kegiatan/rutinitas harian mereka.

Tip untuk OHSS ringan:
1. Untuk meringankan ketidaknyamanan pada perut, gunakan obat penghilang rasa sakit biasa (non resep) seperti acetaminophen atau ibuprofen.
2. Hindari hubungan seksual, karena mungkin akan terasa menyakitkan dan dapat menyebabkan kista di ovarium pecah.
3. Mempertahankan tingkat aktivitas fisik yang ringan, dan menghindari aktivitas berat.
4. Timbang berat badan dan ukur bagian perut setiap hari, beritahu dokter mengenai kenaikan berat badan, atau pertambahan lingkar perut dalam waktu singkat.
5. Hubungi dokter jika tanda atau gejala semakin buruk.

Pencegahan
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya sindrom hiperstimulasi ovarium, dokter dapat menyesuaikan obat kesuburan yang akan diberikan dengan memperhitungkan faktor risiko yang dimiliki. Dokter juga akan secara hati-hati memonitor setiap siklus pengobatan dengan tes USG (setiap hari atau sesering mungkin) untuk melihat perkembangan folikel, juga tes darah untuk memeriksa tingkat estradiol. Dokter juga mungkin menggunakan beberapa strategi untuk membantu mencegah sindrom hiperstimulasi ovarium ini dengan:
– Menyesuaikan dosis obat. Dokter akan menggunakan gonadotropin dalam dosis serendah mungkin untuk merangsang ovarium dan memicu ovulasi.
– Coasting. Jika kadar estradiol tinggi atau Anda memiliki sejumlah besar folikel, dokter mungkin akan menghentikan suntikan gonadotropin dan menunggu beberapa hari sebelum memberikan HCG (untuk memicu ovulasi). Hal ini dikenal sebagai “coasting”.
– Menghindari penggunaan HCG. Karena OHSS berkembang hanya setelah HCG diberikan, alternatif lain untuk memicu ovulasi selain HCG sedang diteliti (sebagai cara untuk mencegah OHSS).
– Penghapusan foliker dan pembekuan seluruh embrio. Bagi wanita yang menjalani IVF, seluruh folikel (matang dan dewasa) dapat dihapus (disedot) untuk mengurangi kemungkinan terjadinya OHSS. Folikel matang dibuahi kemudian dibekukan, sehingga ovarium diizinkan beristirahat selama satu atau dua siklus. Embrio yang diinginkan kemudian akan ‘dicairkan’ dan ditransfer kembali ke rahim. Prosedur ini sedikit mengurangi potensi kehamilan dan cukup mahal, tetapi dalam menghilangkan risiko. (Tammy Febriani/LD/Photo: Istockphoto.com)

Shares