Education

Q & A: Serba – Serbi Tumbuh Kembang Anak Usia 2 – 3 Tahun

By  | 

Tumbuh kembang, secara teori berarti perkembangan dan kematangan fungsi – fungsi alat tubuh anak – sehingga perubahan ukuran fisik dapat diukur. Psikolog anak & keluarga Cecilia Sinaga, M.Psi menjawab beragam pertanyaan terkait hal ini.

Psikolog Cecilia Sinaga, M.Psi

Q: Berapa durasi ideal aktivitas bermain dengan anak, karena setiap harinya saya hanya memiliki waktu sekitar 1 – 2 jam saja. Apakah itu optimal?

A: Bermain untuk usia dini bisa dilakukan kapan aja “semaunya anak” karena bagi mereka tidak ada kata lelah untuk bermain. Jadi biasanya yang membatasi bukan anak tapi kita orangtuanya.

Bermain berbeda dgn belajar jadi tidak bisa dikatakan optimal. mungkin lebih kepada kemampuan anak bermain sesuai dengan aturan/sesuai dengan kegunaan atau cara bermain yang benar. Yuk mulai perhatikan durasi fokus anak, biasanya 3 menit di kalikan usianya. Misal 2 tahun x 3 = 6 menit (hal ini berlaku untuk anak belajar juga ya, Mams!). Untuk mendampingi bermain sudah cukup jika dilakukan 30 menit sambil melakukan interaksi 2 arah.

Q: Jenis permainan yang cocok untuk membantu stimulasi anak di usia 2 – 3 tahun, apakah boleh mulai diajarkan berhitung serta mengenal huruf & mulai usia berapa sih, Golden Age itu?

A: Golden age itu 0-5 tahun atau usia dibawah 6 tahun. Usia nol jg termasuk periode emas, jd nutrisi makanan, stimulasi, kondisi psikis mama saat hamil jg mempengaruhi karakteristik anak.

Anak usia 3 tahun mulai senang mengenal benda sehari – hari yang kita pakai, mulai ingin tahu banyak hal terutama yang jadi ke khas an anak usia 3-4 tahun adalah “curiousity-nya”. Biasanya yang sering muncul pertanyaan – pertanyaan yang kadang tidak diperlukan jawaban seperti: “Mama kenapa piring ini warna merah?”, “Kenapa bola itu bundar?”, dll. Jadi berikan stimulasi melalui aktivitas ringan dan jelaskan fungsi/deskripsinya.

Jadi kira2 jika anak memang senang untuk belajar mengenal huruf/angka kenapa tidak? Dan sah – sah saja utk diajarkan. Tapi sebagai orangtua kita harus bisa menyesuaikan harapan kita terhadap kemampuan anak kita.
Pengenalan huruf dan angka secara teoritis diajarkan ketika mereka sudah mengenal bentuk dasar, garis lurus, belok, zigzag, tracing, dan mengenal arah “kanan-kiri, atas, bawah” di usia TK krn dianggap sudah paham dengan informasi dasar diatas.

Q: Bolehkah mulai menyekolahkan anak di usia 2 – 4 tahun?

A: Secara teori perkembangan anak, mereka sudah siap melakukan kegiatan sekolah (pergi dari rumah, duduk di kelas dan melakukan tugas sederhana/belajar) di usia 5-6 tahun. Tapi, kenapa sekolah untuk toddler ada ya sekarang?

Sebenarnya kegiatan yg disajikan di sekolah pre-school/baby school merupakan kegiatan stimulasi dini yang bisa kita lakukan sendiri di rumah. Pengalaman ini saya dapatkan ketika menjadi guru pre school saat menempuh pendidikan S1 dulu. Semua kegiatan bisa dilakukan di rumah, hanya saja kadang ada orangtua yang waktunya sangat terbatas utk bermain dengan anak, melakukan stimulasi, interaksi dll. Inilah yang menjadi alasan mereka menyekolahkan anaknya di usia dini.

Keunggulannya: Anak terbiasa interaksi dengan orang baru, anak mendapatkan stimulasi dari 5 aspek perkembangan (Bahasa, sosial emosional, kognitif, motorik, dan adaptif).

Kekurangannya: Jika anak tidak suka/tidak enjoy kegiatan sekolah bisa membuat anak jenuh, atau karena usianya yang terlalu kecil dimana anak masih susah untuk bisa lepas dari orangtuanya/figur signifikan anak – anak yang menangis saat berpisah di sekolah dan tidak merasa nyaman bisa memicu separation anxiety.

Jadi kembali lagi ke tujuan dan pertimbangannya menyekolahkan anak di usia 2 – 4 itu apa?

Q: Jenis permainan yang sesuai untuk anak usia 2 – 3 tahun?

A: Kegiatan bermain yang melatih ketangkasan: Di usia 2 – 3 tahun selain area sosial emosi, bahasa, koordinasi gerak tubuh juga perlu diperhatikan. Rata – rata anak usia ini sudah mencapai keseimbangan tubuh yang lebih baik, dan juga lebih aktif menikmati kegiatan fisik seperti: Mengikuti gerakan tarian/menjaga keseimbangan tubuhnya. Siapkan mainan dengan contoh figur seperti boneka, mainan dengan warna dan beragam tekstur.

Untuk anak usia 2 tahun, kenalkan konsep dasar mengenal warna, bentuk dan nama benda melalui aktivitas menyusun balok. Sedangkan saat menginjak usia 3 tahun, mulai kenalkan dengan permainan peran.

Q: Bagaimana bila anak saya yang laki – laki (4 yo) suka bermain role play menjadi koki/masak – masakan, atau melakukan permainan cross gender?

A: Kegiatan bermain peran memang paling disukai anak – anak usia 3 tahun keatas selain kegiatan fisik (berlari, melompat dan bermain di playground).
Kegiatan yang anak lakukan biasanya melihat lingkungan di dekatnya (misal ayah cuci mobil/ ibu menyapu/memasak) karena mereka merupakan observer yang baik.

Aktivitas seperti bermain masak – masakan atau ibu – ibuan biasanya memang lebih disukai anak perempuan namun tidak menutup kemungkinan anak menirukan dilakukan oleh lingkungan di sekitarnya. Buat saya, mengingat usianya masih 4 tahun kurang tidak apa – apa dan sah – sah saja melakukan kedua jenis permainan itu. Asalkan di rumah anak tetap di perlakukan seperti anak laki – laki, dan dia juga tetap menyukai hal – hal yang disukai anak laki – laki. Jika dibilang nanti khwatir akan gemulai tentu tidak ya, Mams.

Biasanya pola asuh orangtua dalam memperlakukan anak yang lebih berpotensi atau berpengaruh pada karakteristik seksual anak, misalnya: Orang jaman dulu yang tidak kesampaian punya anak laki – laki, jadi anak terakhirnya didandani seperti cowok. Jika anak diperlakukan sebagai lawan jenisnya, lama – lama bisa merubah pemahaman tentang dirinya sendiri.

Q: Bagaimana kalau anak saya sudah kecanduan gadget di rentang usia ini dan jadi fokus saat beraktivitas, misalnya makan?

A: Sebenarnya saya penganut “anti gadget”. Anak saya usia 1 tahun dan memang sangat tertarik ketika melihat HP saya padahal saya tidak pernah memberikan untuk bermain. Tapi memang ketika Iamelihat anak lain bermain HP/menonton youtube dia sangat antusias karena tidak pernah diberikan. Suatu hari saya pernah coba untuk menunjukkan lagu – lagu di Youtube dan ternyata ketika dipanggil tidak menoleh. Dan ketika HP diambil dia menangis dalam waktu yang cukup lama.

Kesimpulannya : Gagdet memang di desain semenarik mungkin untuk setiap orang (baik muda/tua).

Karena kemampuan setiap anak berbeda dlm menangkap informasi baru, sebagian besar anak yg bermain gadget yg pernah datang ke klinik saya lebih banyak “membeo” – Dia biasa menyebutkan bentuk, warna, angka tetapi tidak paham konsep karena Ia belajar dengan melihat/mendengar tanpa memahami. Misalnya ” 5: lima/five ” sebelum angka 6, ketika saya minta urutkan anak tidak bisa atau ketika saya minta tunjuk benda yang jumlahnya 5 anak tidak tahu cara berhitung.

Selain itu anak yang terbiasa dengan gadget biasanya kurang tertarik dengan lingkungan di sekitar/kurang motivasi saat berinteraksi.

Karena gadget sangat responsif dan segala sesuatu instan, biasanya anak kurang bisa menunggu/menunda keinginannya, dan mudah marah
(semua yang saya sebutkan tentunya dampak dari penggunaan gadget yg tidak dibatasi dan kualitas interaksi yg sangat minim)

Saran saya lebih baik gadget dikurangi untuk mencegah timbulnya hal -hal yang saya sebutkan tadi. Jika anak masih belum bisa melepas gagdet tidak apa – apa, tapi lebih baik sering didampingi. (Nathalie Indry/KR/Photo: Istockphoto.com)

Shares