Career

Smart Mama Story: Aliya Amitra, Mamapreneur Dibalik Tinkerlust Indonesia

By  | 

Common research: The stress levels of working mamas is much higher as compared to those women who dedicate all their time to either parenting or working. Do you feel the same? 

Kami mendiskusikan hal yang sama bersama Aliya Amitra, mama dari Maliska (8) & Zafi (5.5) sekaligus founder & COO Tinkerlust Indonesia, stylish curated marketplace. Here’s what she said about her life as a working mama.

Ki - ka: Aliya Amitra & Samira Shihab, founders of Tinkerlust Indonesia

Ki – ka: Aliya Amitra & Samira Shihab, founders of Tinkerlust Indonesia

Bagaimana sih, awal cerita terbentuknya Tinkerlust Indonesia, dan tangangan yang dihadapi dalam membangun bisnis? 

Bersama dengan sahabat, Samira Shihab, saya yang sudah lebih dari 8 tahun berkarir di dunia corporate finance, merasa kesulitan mengakomodasi barang – barang fashion yang sudah tidak terpakai dan menemukan barang berkualitas serupa dari closet orang lain.

Kami melihat ini sebagai peluang bisnis, kemudian memberanikan diri menyusun visi & misi perusahaan dan mencari investor yang baru bergabung setelah 1 tahun kami berkutat dengan modal pribadi. It was a tough time. Ada kalanya kami ditolak influencer yang ingin diajak berkolaborasi menjual barang – barang secondhandnya & sempat kecewa, tapi saya belajar untuk menerimanya dan terus melangkah.

Saat menemukan unique value dari Tinkerlust untuk market Indonesia, kami berjuang mendapatkan investor dari GDP Ventures setelah ditolak berkali – kali. Business plan dan target terus berjalan, saya deg – degan, hal apa yang akan kami alami setiap harinya. Tinkerlust is my playground. Playground untuk terus belajar.

Aliya & family

Aliya & family

Salah satu kesulitan terbesar yang biasanya kita rasakan adalah membagi fokus antara pekerjaan dan keluarga. Bagaimana dengan pengalaman Aliya?

Setuju. Karena dulu aku adalah corporate worker, time managementnya tergolong rapih. Begitu memutuskan untuk memulai bisnis 2 tahun lalu, waktu kami jadi fluid banget. Aku harus pinter – pinter membagi waktu & fokus bersama keluarga disela – sela pekerjaan. Singkat cerita, Tinkerlust sudah jadi anak ketiga yang seluruh anggota keluarga sudah tahu, bahwa saya sedang menjalankan bisnis; yang bisa saya lakukan adalah mencari jalan keluar melalui waktu khusus yang didedikasikan untuk anak – anak.

Bagaimana biasanya schedule Aliya sehari – hari dalam beraktivitas? 

Berbagi tugas dengan suami, aku menyiapkan semua kebutuhan anak – anak sekolah. Lalu Ia yang mengantar mereka, saya berangkat ke kantor. Siang hari saat mereka akan pergi les, saya sempatkan untuk menghubungi melalui telefon/video call. Malam harinya kami semua berkumpul untuk makan malam bersama.

Momen inilah yang saya manfaatkan untuk ngobrol dengan mereka tentang sekolah, hobby dan teman – teman.

Aliya saat berbagi pengalaman membangun startup

Aliya saat berbagi pengalaman membangun startup

Bagaimana persepsi mereka tentang peran Aliya sebagai working mama sekaligus business owner?

Saya bisa merasakan bahwa mereka bangga melihat saya berkarya membangun sebuah bisnis, that i can call “my own”. Its a positive sign. Mereka melihat contoh bahwa melalui Tinkerlust, saya ingin berbuat sesuatu untuk orang lain: Menjembatani kebutuhan dan keinginan konsumen.

Happy banget saat mendengar mereka antusias ingin melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan saat ini, berkarya saat dewasa nanti.

Sejak kapan Aliya mulai menjelaskan konsep ‘pekerjaan’kepada anak – anak?

Sejak Maliska berusia 5 tahun. Di stage itu, Ia mulai banyak bertanya tentang kehadiran saya yang nggak 100% bisa mendampingi kesehariannya. Saya jelaskan bahwa kini saya dan sahabat sedang fokus membesarkan bisnis; sesuatu yang kita bangun sendiri, lain halnya dengan peran sebagai pekerja yang tinggal datang ke kantor.

Aliya bersama tim Tinkerlust

Aliya bersama tim Tinkerlust

Ada perjuangan yang harus kita lakukan untuk membangun dan mempertahankan bisnis. Lain halnya dengan Zafi, mungkin karena Ia laki – laki, ya.. Jadi tergolong cuek saja, sampai saat ini yang penting buat dia adalah kami bisa bermain bersama hehe..

Menurut pendapat Aliya, faktor terpenting apa yang dibutuhkan oleh seorang working mama untuk menciptakan life balance

1. Support system, mulai dari suami dan keluarga besar. Kalau saya nggak punya suami yang memahami keinginan & passion saya dalam membangun bisnis, saya tidak akan berada disini. Ia juga adalah seorang entrepreneur, sehingga memahami tantangan yang selalu saya hadapi setiap hari.

Keberadaan keluarga besar yang tinggal berdekatan dengan tempat tinggal saya juga adalah blessings. Dalam waktu – waktu tertentu yang dibutuhkan, saya bisa meminta bantuan untuk menitipkan anak – anak dan mengontrol aktivitas mereka.

2. Reminder. Mengingat bahwa setiap perempuan memiliki peran lain selain menjadi mama, mulai dari istri, anak, menantu, hingga saudara, maka penting bagi kita untuk meluangkan waktu dan berpikir ulang bahwa masih ada peran lain yang perlu kita adjust.

To all working mamas, selalu percaya bahwa dengan tujuan positif, anak – anak akan belajar dari hal yang kita lakukan as a working mama. Stay fabulous and enjoy motherhood! (Nathalie Indry/KR/Photo: dok. Aliya, various)

 

Shares