Career

Ini Alasan Kenapa Seorang Bos Sebaiknya Tak Berteman dengan Karyawannya

By  | 

Hal ini mungkin terdengar kasar, tapi itu sebenarnya untuk keuntungan bos dan juga karyawannya sendiri. Karena bila Anda adalah atasan, Anda harus mampu dan bersedia memberikan penilaian jujur dan dukungan yang dapat membuat karyawan Anda sukses, tanpa mempedulikan hubungan pribadi yang bisa mengorbankan hal itu.

Hal tersebut diungkapkan oleh Joelle Zarcone, seorang penulis dan editor, yang juga berprofesi sebagai manajer dari sebuah perusahaan di bidang komunikasi. Sebagai seorang manajer yang memimpin beberapa karyawan, walaupun ia sangat menyukai tim kerja yang ia pimpin, ia tak bisa benar-benar berteman dengan mereka. “Saya pikir mereka berbakat, cerdas sekaligus menyenangkan. Kami bekerja dalam satu tim dan sering berkolaborasi. Saya benar-benar suka berada di antara mereka dan berharap mereka merasakan hal yang sama. Walau begitu, mereka bukan teman saya, saya bukan teman mereka, dan saya juga tidak mau berteman dengan mereka,” terangnya seperti dilansir dari Working Mother.

Kenapa? Karena menurut Joelle, berteman dengan karyawan akan membuat Anda kesulitan nantinya. Sebagai atasan, Anda harus bisa menegakkan peraturan dan membuat keputusan yang seringkali sulit dilakukan terhadap karyawan yang juga berstatus sebagai teman. Akan berat bagi Anda untuk mengatakan kepada karyawan bilamana mereka tidak mendapatkan kenaikan gaji atau promosi jabatan yang mereka harapkan, atau ketika Anda harus menegur mereka atas kesalahan yang diperbuat. Belum lagi, dekat dengan seorang karyawan saja juga membuka kemungkinan timbulnya ‘potential favoritism’ yang bisa saja membuat penilaian Anda terhadapnya tak lagi fair.

 

Sharing pengalaman dan ilmu pada karyawan.

Sharing pengalaman dan ilmu pada karyawan.

 

Sikap Atasan yang Diinginkan para Karyawan

Kendati begitu, bukan berarti kemudian sebagai bos Anda hanya mau mengenal karyawan berdasarkan fungsi pekerjaannya saja. Mengenal karyawan lebih jauh sampai dengan minat, kondisi mereka, tempat tinggal, hingga kehidupan keluarga secara umum adalah hal yang tentunya perlu diketahui oleh seorang atasan. Dengan begitu, karyawan akan merasa lebih percaya diri dan dihargai oleh atasan mereka. Atasan yang cukup perhatian dengan karyawannya juga akan mendorong mereka untuk mau berbagi gagasan mereka kepada Anda untuk kemajuan tim dan perusahaan. Keterlibatan para karyawan dalam hal ini juga dapat membuat karyawan cenderung lebih loyal pada atasan (dan perusahaan).

Semakin banyak orang yang merasa terhubung dengan rekan mereka, maka akan semakin baik kinerjanya di tempat kerja. Oleh karena itu, seorang atasan yang hebat harus dapat membina hubungan kerja dan lingkungan yang positif. Tak hanya itu, atasan juga diharapkan dapat memfasilitasi para karyawannya untuk bisa selalu bertukar pikiran dan mendukung produktivitas secara keseluruhan. Para atasan juga harus mau berbagi pengalaman dan turut berkontribusi pada keseluruhan misi dan tujuan tim. Kendati begitu, sebagai atasan Anda tidak perlu bergaul dengan karyawan di luar fungsi yang berhubungan dengan pekerjaan, termasuk berteman di media sosial. Karena itu adalah aktivitas pertemanan, dan atasan tak perlu mengetahui detail pribadi kehidupan pribadi karyawannya.

Sebagai atasan, yang utama adalah Anda harus menjadi pemimpin bagi karyawan Anda. Bila level tersebut hilang, kemampuan untuk memberikan kepemimpinan yang jelas dan tegas akan berantakan. Ini berlaku bagi seluruh manajer yang paling fleksibel dan suportif maupun konservatif atau intens sekalipun. Anda boleh peduli dengan mereka dan mendukung mereka untuk sukses namun jangan sampai mengganggu hubungan profesional yang ada. (Tammy Febriani/KR/Photo: Istockphoto.com)

Shares