Education

Strategi Belajar Bagi Anak-anak Disleksia

By  | 

Mamas, bila Anda mendapati anak-anak Anda kesulitan dalam belajar, jangan dulu langsung menghakimi kalau ia bodoh. Karena, bisa jadi kesulitannya dalam belajar akibat ia mengalami dileksia.

Pengertian Disleksia

Disleksia merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar spesifik yang paling sering dialami oleh anak, di antara kedua bentuk kesulitan belajar spesifik lainnya seperti disgrafia (kesulitan menulis) dan diskalkulia (kesulitan dalam berhitung). Disleksia, seperti halnya diskalkulia dan disgrafia terjadi pada individu dengan potensi kecerdasan normal, bahkan banyak diantara mereka yang mempunyai tingkat kecerdasan jauh di atas rata-rata.  Itulah sebabnya maka disleksia disebut sebagai kesulitan belajar SPESIFIK, karena kesulitan belajar yang dihadapinya hanya terjadi pada satu atau beberapa area akademis yang spesifik saja, diantaranya area membaca, menulis dan berhitung.

Cara Mengajar Anak Disleksia

Jangan berkecil hati dulu saat Si Kecil mengalami ini, Mams. Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan oleh Anda, suami, dan tenaga pengajar guna mendukung belajar anak-anak dengan disleksia ini, baik di sekolah maupun di rumah:

  1. Menggunakan puisi lagu berpantun. Daripada diberi kata utuh, akan menjadi lebih mudah dan menarik jika materi belajar dikemasdalam sebuah lagu puisi/pantun/lagu dengan irama. Format puisi/pantunini, dilakukan dengan mengucapkan kata-kata dengan rumusan yang hampir sama dan dilakukan berulang-ulang. Dan pada format lagu berpantun, kata-kata bukan hanya diulang tetapi juga dibunyikan dalam alunan musik yang menarik dan disukai oleh anak-anak tipe auditori.
  2. Kartu baca (flash card). Sesering mungkin, libatkan anak untuk menggunakan flash card ini. Namun supaya menarik dan tetap menggunakan kemampuan auditorinya, maka disarankan anak membuat sendiri flash card-nya.
  3. Reading context. Di sini, para guru bisa membacakan materi pelajaran dengan keras sambil menunjuk teks. Anak akan menyimak sambil melihat teks yang ditunjuk. Jika ada kata-kata yang kurang familiar, guru/orangtua dapat berhenti sejenak, mengulangnya dan menjelaskan artinya.
  4. Kode warna. Saat anak belajar mengeja kata, tuliskan suku kata pendukung dengan warna-warna yang berbeda. Contohnya: “Aku pergi ke sekolah pagi hari”. Maka Anda bisa menuliskan:

ka ki ku ke ko  /  pa pi pu pe po / ga gi gu ge go / sa si su se so / la li lu le lo

Jika anak kesulitan membaca kata atau kalimat lengkap di atas, maka anak merujuk pada suku kata yang sudah diwarnai.

  1. Huruf yang bergerak. Pada saat mengeja, maka bantu anak dengan mewarnai huruf demi huruf, misalnya warna biru untuk huruf vokal dan warna merah untuk konsonan. Lalu minta anak mengambil huruf vocal di kata tersebut dan menggantikan huruf vocal yang lain.
  2. Kelompok kata yang mempunyai bunyi sama. Pada saat anak belajar mengeja, bantu anak dengan mengelompokkan kata-kata yang mempunyai rumusan baca yang sama karena kesamaan bentuk dan kemiripan bunyi, misalnya: “pisau, limau, harimau, kilau atau kolong, bolong”

Selain strategi belajar dan pola pendekatan belajar yang dijabarkan di atas, menurut buku dr. Purboyo Solek, SpA (K) dan dr. Kristiantini Dewi, SpA, penulis buku Dyslexia Today Genius Tomorrow, diharapkan para guru/sekolah juga dapat membuat kondisi (setting) ruang dan sistem belajar yang dapat mengakomodasi kebutuhan khusus anak disleksia. Adapun akomodasi yang diharapkan adalah sebagai berikut:

  1. Siswa berada di kelas yang muridnya tidak terlalu banyak.
  2. Siswa dianjurkan duduk di baris paling depan atau dekat dengan tempat guru.
  3. Siswa duduk jauh dari hal-hal yang dapat mengalihkan perhatiannya, misalnya duduk dekat jendela, duduk dekat anak yang tidak bisa diam, atau duduk dekat pintu.
  4. Siswa dikurangi materi menyalin dari soal di papan tulis, sebaiknya gunakan lembar kerja yang sudah dicetak dari sekolah, dengan ukuran lebih besar dari biasanya dan jarak antar baris lebih jarang dari biasanya.
  5. Siswa dibantu “mengisolasi” baris bacaan dengan menutup baris bacaan yang sedang tidak dibaca.
  6. Waktu ekstra untuk ujian.
  7. Ujian lisan yang sama bobot penilaiannya dengan ujian tulisan.
  8. Ijinkan siswa mengisi langsung pada lembar soal bukan pada lembar jawaban yang terpisah.
  9. Soal ujian dibacakan atau direkam.
  10. Sediakan beberapa metode ujian yang sesuai dengan tipe belajar anak: pilihan ganda, essay.
  11. Jangan memberi hukuman untuk kesalahan eja, struktur bahasa atau notasi kalimat yang disebabkan ke-disleksia-annya.
  12. Instruksi majemuk dipecah menjadi instruksi-instruksi tunggal sederhana.
  13. Ada waktu istirahat yang cukup frekuensi dan durasinya.

Untuk memahami lebih jauh mengenai disleksia ini, Mamas bisa lho mengikuti seminarnya secara free!.One day seminar dengan tema ‘Comprehensive Understanding of Dyslexia from Various Perspective: Education, Medical, Psychosocial’ ini, akan diselenggarakan pada hari Sabtu, 10 September 2016 di Menara Top Food Indonesia – Alam Sutera Tangerang. Dan untuk mendapatkan free tiketnya, silahkan jawab pertanyaan berikut di kolom komen ya: “Apa alasan Anda mengikuti seminar disleksia ini?“ Pemenang akan diumumkan hari Kamis, 8 September 2016, di sosial media kami @thesmartmamas. (Tammy Febriani/KR/Photo: Istockphoto.com)

Shares