Multiple Myeloma, Kenali Sejak Dini Gejalanya!
Multiple Myeloma (MM) merupakan jenis kanker darah yang paling umum kedua di dunia. Dengan lebih dari 3.000 kasus baru Multiple Myeloma yang didiagnosis setiap tahun di Indonesia, banyak pasien baru mengetahui kondisi mereka setelah stadium lanjut.
Multiple Myeloma adalah jenis kanker darah yang berkembang pada sel plasma di sumsum tulang. Sel plasma berfungsi menghasilkan antibodi untuk melindungi tubuh dari virus dan bakteri. Pada kondisi ini, sumsum tulang memproduksi sel plasma abnormal atau sel mieloma yang tidak lagi berfungsi normal. Sel mieloma tersebut menghasilkan antibodi yang tidak efektif dan tumbuh secara berlebihan hingga menekan produksi sel darah sehat. Pertumbuhan sel mieloma biasanya terjadi di banyak area pada sumsum tulang, sehingga disebut “multiple” myeloma. Penyakit ini juga dikenal dengan nama lain plasma cell myeloma.
Faktor Risiko Multiple Myeloma
Prof. DR. DR. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD, KHOM, M.Epid, M.PdKed, FACP, FINASIM, FISQua, Konsultan Hematologi-Onkologi Medik, menjelaskan bahwa Multiple Myeloma menjadi ancaman serius karena pada banyak kasus baru terdiagnosis setelah stadium lanjut, ketika kerusakan organ sudah terjadi.
“Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena Multiple Myeloma, seperti usia lanjut, riwayat keluarga, jenis kelamin laki-laki, paparan radiasi atau bahan kimia tertentu, berat badan berlebih, serta riwayat kelainan sel plasma,” ujarnya di sela-sela edukasi media bertajuk “Sadari, Pahami & Berdamai dengan Multiple Myeloma”, acara yang diadakan dalam rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Darah yang jatuh di Bulan September.
Penyakit ini menyerang area tubuh dimana sumsum tulang aktif— seperti tulang belakang, tengkorak, panggul, tulang rusuk, dan sekitar bahu serta pinggul dan dapat menyebabkan kerusakan tulang yang berujung pada patah tulang maupun kadar kalsium tinggi dalam darah. Selain itu, produksi sel darah juga terganggu sehingga pasien sering mengalami anemia, infeksi berulang, atau perdarahan.
“Tidak jarang, komplikasi serius juga muncul pada ginjal, disertai melemahnya sistem imun yang membuat pasien semakin rentan terhadap berbagai infeksi. Sayangnya, gejala Multiple Myeloma sering tidak dikenali sejak awal karena terlalu umum,” lanjutnya.
Pengalaman Pasien Multiple Myeloma
Santyna Sanjaya, seorang penyintas MM dalam beberapa tahun terakhir ini tengah berjuang menghadapi penyakitnya. “Awalnya saya tidak menyadari gejala yang saya alami. Keluhan seperti muka pucat dan nyeri yang terus berulang, saya pikir hanya masalah saraf biasa. Namun karena rasa tidak nyaman itu semakin mengganggu sampai sempat membuat saya tidak bisa bergerak. Akhirnya saya memutuskan untuk memeriksakan diri,” ucapnya.
Selama kurang lebih empat bulan melakukan pemeriksaan, barulah ia mengetahui bahwa dirinya didiagnosis Multiple Myeloma. Pada waktu itu, informasi yang ia dapatkan masih terbatas, sehingga ia harus mencari second opinion ke negeri tetangga untuk lebih memahami kondisinya.
“Perjalanan sebagai pasien Multiple Myeloma bukan hanya soal menghadapi penyakit itu sendiri, tetapi juga beban besar yang datang bersamanya, mulai dari biaya, rasa cemas, hingga perubahan dalam kehidupan sehari- hari. Meski demikian, saya bersyukur semakin banyak dukungan yang hadir, baik dari keluarga, komunitas, maupun organisasi pasien yang membuat kami merasa tidak sendirian,” terang mama dari satu orang anak perempuan ini.
“Harapan saya sederhana: agar akses terhadap pengobatan yang lebih baik semakin luas, sehingga lebih banyak pasien bisa menjalani hidup dengan kualitas yang layak dan penuh harapan. Untuk sesama pejuang MM, agar mendapatkan hasil yang optimal, ayo kita ikuti anjuran pengobatan yang diberikan oleh dokter sampai tuntas. Tidak lupa, untuk selalu menvalidasi informasi yang kita terima dari luar,” lanjutnya.
Pentingnya Edukasi untuk Deteksi Dini Multiple Myeloma
Kurangnya pengetahuan akan penyakit ini menjadi perhatian Takeda yang kemudian berkolaborasi dengan organisasi pasien Multiple Myeloma Indonesia (MMI) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengedukasi akan bahaya terlambat deteksi penyakit ini.
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang juga hadir di acara ini mengatakan bahwa berbagai jenis kanker termasuk Multiple Myeloma masih menjadi beban Kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data GLOBOCAN 2022, Multiple Myeloma menempati peringkat ke‑19 dari semua jenis kanker di Indonesia, dengan estimasi sekitar 3.289 kasus baru pertahun, atau sekitar 0,8% dari seluruh insiden kanker nasional. Terbatasnya pilihan pengobatan termasuk obat obatan merupakan tantangan yang besar untuk angka kesintasan penderita kanker. Makin dini kita mendeteksi stadium awal kanker makin baik angka kesintasan (survival) kita terhadap penyakit ini. Bukan hanya itu saja secara pembiayaan akan relative menjadi lebih murah dibandingkan pengobatan kanker pada stadium lanjut.
“Meski terdengar kecil secara persentase, angka tersebut mencerminkan bahwa ribuan keluarga dihadapkan pada tantangan hidup yang berat setiap tahun, karena dampak dari penyakit kanker bukan saja beban ekonomi, tetapi beban psikologi dan sosial yang harus dihadapi pasien serta keluarganya,” ujarnya.
Menyadari hal tersebut, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan enam strategi pencegahan dan pengendalian kanker, yaitu:
1.Promotif dan preventif;
2.Skrining dan deteksi dini;
3.Peningkatan akses diagnostik;
4.Tata laksana kanker dan pelayanan paliatif;
5.Penguatan registri dan penelitian kanker;
6.Kemitraan dengan pemangku kepentingan serta tata kelola dan akuntabilitas pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian kanker.
Andreas Gutknecht, General Manager Takeda, menekankan bahwa inovasi dalam pengobatan harus berjalan beriringan dengan edukasi publik yang berkelanjutan. “Di Takeda, kami percaya bahwa inovasi hanya akan bermakna bila benar-benar sampai ke tangan pasien, dan itu dimulai dengan meningkatkan pemahaman masyarakat. Edukasi yang berkelanjutan dapat membantu pasien mengenali gejala sejak dini, dan segera mencari pertolongan medis. Perjalanan pasien kanker darah ini sering kali panjang dan penuh tantangan, dan mereka tidak seharusnya menghadapinya sendirian. Melalui kolaborasi ini kami ingin memastikan bahwa pasien Multiple Myeloma di Indonesia memiliki akses lebih luas terhadap pengobatan inovatif sekaligus dukungan untuk menjaga kualitas hidup mereka.”
Multiple Myeloma sangat memengaruhi kualituas hidup penderitanya, bukan hanya secara fisik tetapi juga emosional, sosial, dan finansial. Tidak hanya bagi pasien, namun hal ini juga turut mempengaruhi keluarga mereka. “Banyak pasien datang dalam kondisi yang sudah berat karena terlambat terdiagnosis, sementara informasi tentang penyakit ini masih terbatas di masyarakat. Tantangan lain yang sering kami dengar dari pasien adalah rasa terisolasi dan tidak tahu harus mencari bantuan kemana,” urai dr. Abraham Michael, Sp.KN-TM, Pg.Dipl (HM), FISQua, FIHFAA, Ketua Organisasi Pasien Multiple Myeloma Indonesia (MMI),
“Disinilah pentingnya advokasi, karena suara pasien dapat memperjuangkan akses yang lebih baik, perawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien, serta kualitas hidup yang lebih baik. Penyakit ini memang tidak dapat dicegah, tetapi dengan edukasi yang tepat, dukungan komunitas, serta kolaborasi dengan pemerintah, tenagamedis, dan industri, kita dapat menciptakan perubahan nyata. MMI berkomitmen untuk terus menjadi wadah edukasi, berbagi pengalaman, dan memperkuat jejaring dukungan bagi pasien dan keluarganya, sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam perjalanan ini,” tambahnya.
Pengobatan Multiple Myeloma
Prof. Ikhwan mengatakan bahwa teknologi pengobatan MM terus berkembang. Saat ini telah tersedia berbagai pilihan terapi untuk pasien Multiple Myeloma di Indonesia yang dapat diberikan, baik secara oral maupun infus. Mulai dari kemoterapi, kortikosteroid, imunomodulator, sampai dengan terapi inovatif seperti terapi target, contohnya adalah proteasome inhibitor.
“Seiring berkembangnya terapi, semakin besar peluang pasien untuk mempertahankan kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, penting sekali bagi pasien untuk segera bertindak. Kalau seseorang sudah mulai merasakan gejala yang mencurigakan, jangan menunda untuk memeriksakan diri. Semakin cepat Multiple Myeloma didiagnosis, semakin cepat dapat di tatalaksana, dan semakin tepat pengobatan bisa diberikan,” tutupnya. (Tammy Febriani/KR.Photo: Doc. Freepik, SmartMama)
Comments are closed.