
Health
Sambut Hari Anak Nasional, Tasya Kamila Berbagi Tips Bagaimana Mencegah DBD!
Anak-anak dan remaja diketahui sebagai kelompok yang paling berisiko dan terdampak paling parah akibat DBD (dengue). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat dalam tiga tahun terakhir (2021-2024), kelompok yang paling rentan terhadap infeksi dengue adalah mereka yang berusia 15-44 tahun. Namun kasus kematian akibat dengue dalam tujuh tahun terakhir tertinggi terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5-14 tahun.
Melihat risiko dan dampaknya yang tak bisa dianggap remeh, Tasya Kamila, seorang mama yang juga public figure, membagikan pengalaman pribadinya sebagai orangtua dalam melindungi anak-anak dan keluarganya dari dengue.
Cara Tasya Kamila Lindungi Keluarga dari Dengue
“Saya punya dua anak kecil di rumah, dan jujur, dengue itu salah satu penyakit yang paling saya khawatirkan. Bukan hanya karena bahayanya, tapi juga karena kita nggak pernah tahu kapan atau dari mana virus itu datang. Kita bisa merasa sehat, padahal sebenarnya sedang terinfeksi dan tidak sadar, apalagi kalau gejalanya ringan atau tidak muncul sama sekali. Dalam kondisi seperti ini, kita bisa menjadi sumber penularan tidak langsung, karena nyamuk yang menggigit kita bisa menularkan virus ke orang lain, termasuk anak-anak kita sendiri,” ujar Tasya di sela-sela talk show CegahDBD bertajuk “Science Heroes – Pahlawan Cilik Cegah DBD” dalam rangkaian acara Festival Hari Anak yang diadakan oleh PT Takeda Innovative Medicines dan sebuah media parenting anak pada 26–27 Juli 2025 lalu.
Menurutnya, banyak orang tua yang belum menyadari bahwa anak-anaklah yang justru paling berisiko mengalami dampak serius jika terinfeksi. “Angka kematian akibat dengue tertinggi justru terjadi pada anak-anak dan remaja. Ini bukan cuma soal data kesehatan, tapi soal nyawa anak-anak kita. Dan sebagai orang tua, kita tidak bisa hanya pasrah atau menunggu sampai anak sakit. Kita harus proaktif,” ungkap mama dari Arrasya dan Shanin.
Tasya menekankan pentingnya peran keluarga, terutama orang tua, dalam mencegah penyebaran penyakit ini. “Bukan sekadar karena takut, tapi menjaga anak dari ancaman penyakit adalah tanggung jawab dan bagian dari tugas kita sebagai orang tua. Itu artinya kita perlu lebih peduli—mulai dari menjaga lingkungan, membersihkan tempat penampungan air, memastikan anak cukup istirahat dan gizi, sampai mencari tahu upaya pencegahan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan, salah satunya yaitu dengan vaksin. Kalau kita semua sadar dan bergerak bersama, saya percaya kita bisa menekan angka kasus dengue. Jangan sampai anak-anak kehilangan masa kecil mereka hanya karena kita lalai,” urai Tasya.
Tasya pun tak ragu untuk segera memberikan vaksin dengue pada anak sulungnya Arrasya yang sudah berusia enam tahun, usia yang disarankan bagi Si Kecil untuk melakukan vaksin dengue.

Mengenal Dengue dan Risikonya
Perlu Mamas ketahui, dengue bukanlah penyakit musiman, virusnya ada sepanjang tahun dan bisa menyerang siapa saja, di mana saja, tanpa memandang usia atau gaya hidupnya. dr. Atilla Dewanti, SpA(K), Dokter Spesialis Anak – Konsultan Neurologi turut memaparkan bahwa gejalan dengue bisa mirip flu: demam tinggi mendadak, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, hingga ruam di kulit.
“Hal yang berbahaya dari dengue adalah apabila tidak dikenali dan ditangani sejak awal. Dengue bisa berkembang menjadi dengue shock syndrome (DSS), kondisi serius yang ditandai dengan perdarahan hebat dan penurunan tekanan darah yang drastis, bahkan bisa berujung fatal. Kasus ini banyak terjadi pada anak-anak,” ujar dr Atilla yang juga hadir di acara talkshow DBD ini.
dr. Atilla menambahkan, seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali karena virus dengue memiliki empat serotipe berbeda (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4). “Seseorang itu bisa terkena dengue lebih dari satu kali. Artinya, saat seseorang sembuh dari satu jenis virus dengue, dia hanya kebal terhadap serotipe itu saja. Kalau nanti terinfeksi dengan serotipe lain, risikonya justru bisa lebih berat. Itu yang menyebabkan infeksi kedua atau ketiga bisa jauh lebih parah dari yang pertama.
Menangani Dengue
Namun sayangnya Mams, sampai saat ini belum ada obat khusus untuk mengobati dengue, karena pengobatan dengue lebih kepada untuk meredakan gejala. Untuk itu, yang dapat kita lakukan sekarang adalah dengan langkah-langkah pencegahan.
Langkah-langkah pencegahan ini termasuk melakukan 3M Plus secara konsisten dan mempertimbangkan penggunaan metode inovatif seperti vaksinasi. “Saat ini vaksinasi dengue telah direkomendasikan penggunaannya, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis sesuai dengan yang dianjurkan oleh dokter,” papar dr. Atilla.

Talk Show CegahDBD bertajuk “Science Heroes – Pahlawan Cilik Cegah DBD”
Talk show ini diselenggarakan dengan tujuan mengedukasi orangtua dan keluarga mengenai bahaya dengue dan pentingnya pencegahan secara menyeluruh untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang mengancam nyawa seperti dengue.
Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyampaikan bahwa keterlibatan Takeda merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam upaya pencegahan dengue yang berkelanjutan, terutama untuk melindungi anak-anak, kelompok paling rentan terhadap dampak serius dengue.
“Dalam momentum peringatan Hari Anak Nasional dengan tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”, kita diingatkan kembali bahwa setiap anak berhak tumbuh sehat, aman, dan bebas dari ancaman penyakit yang dapat dicegah seperti dengue. Setiap tahun, ribuan keluarga di Indonesia harus menghadapi kenyataan pahit akibat dengue, dan yang paling menyayat hati adalah ketika anak-anak menjadi korbannya. Kita berbicara tentang kehilangan masa bermain, pendidikan yang terhenti, pendidikan yang terhenti, bahkan kehilangan nyawa yang sebenarnya bisa dicegah dengan 3M Plus dan vaksin DBD.”
Takeda senantiasa berkomitmen sebagai mitra jangka panjang dengan para pemangku kepentingan—pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, sektor swasta, media, dan masyarakat—untuk mewujudkan tujuan bersama: Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. Takeda)
Comments are closed.