Health

Kenali Kanker Limfoma Hodgkin untuk Penangan dan Terapi Lebih Dini

By  | 

Kanker adalah masalah kesehatan dengan urgensi yang tinggi. Secara global saja, kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak, dengan hampir 10juta orang meninggal setiap tahunnya.

Dari sekian banyak kanker, salah satu jenis kanker yang tak kalah membahayakan adalah limfoma Hodgkin. Namun sayangnya, kanker kelenjar getah bening jenis Limfoma Hodgkin adalah salah satu kanker yang tingkat diagnosisnya masih rendah. “Penyakitnya ada, tapi sayangnya, pada banyak kasus, baru terdiagnosis setelah berada di stadium lanjut,” ujar Prof. Dr. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FINASIM, FACP, Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya (POI Jaya).

Limfoma Hodgkin (LH) adalah salah satu jenis kanker yang berasal dari sel darah putih yang disebut limfosit. Limfosit merupakan komponen sistem limfatik yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Menurut data Globocan tahun 2020, di Indonesia terdapat 1.188 kasus baru limfoma Hodgkin dengan kematian sebanyak 363 kasus.

Faktor Risiko Limfoma Hodgin

Ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena limfoma Hodgkin di antaranya:
(1) Infeksi virus Epstein-Barr. 1 dari 1.000 orang yang terinfeksi virus Epstein-Barr berisiko terkena limfoma Hodgkin;
(2) Sistem imun. Risiko meningkat pada orang yang terinfeksi HIV (virus penyebab AIDS), orang yang mengonsumsi obat-obatan penekan sistem kekebalan tubuh, dan orang dengan penyakit autoimun;
(3) Riwayat keluarga. Saudara laki-laki dan perempuan dengan penyakit ini memiliki risiko lebih tinggi terkena LH. Risiko ini sangat tinggi untuk kembar identik dari seorang pasien LH;
(4) Jenis kelamin. Kasus limfoma Hodgkin lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita;
(5) Usia. Limfoma Hodgkin umumnya terjadi pada usia 15-30 tahun dan di atas usia 55 tahun.



Gejala Limfoma Hodgin

Menurut Prof. Ikhwan, gejala yang ditimbulkan dari penyakit kanker Limfoma Hodgkin yang perlu diwaspadai, yaitu:
1.Muncul benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di leher, bawah ketiak, atau pangkal paha;
2.Terjadinya gejala umum yang disebut ‘B symptoms’ atau gejala sistemik seperti demam lebih dari 38°C tanpa penyebab yang jelas;
3.Berkeringat berlebihan pada malam hari; 4.Turun berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan berturut-turut.

Penanganan Limfoma Hodgin

Melihat rendahnya diagnosis Limfoma Hodgin, maka ketika Mams mengalami gejala-gejala tersebut, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter.

“Walaupun penyakit kanker Limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi, namun masih ada kemungkinan untuk kambuh sekitar 10-30%. Jadi, semakin dini limfoma Hodgkin dapat dideteksi, semakin cepat dapat ditangani, dan semakin tepat sasaran pengobatan yang diberikan,” lanjut Prof. Ikhwan di sela-sela acara peringatan Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada 4 Februari lalu.

Secara umum, harapan hidup pasien limfoma Hodgkin dalam 5 tahun setelah terdiagnosis adalah 89%. Komplikasi penyakit limfoma dapat mencakup penyebaran kanker ke organ lain, penurunan fungsi organ, kerusakan sumsum tulang, infeksi, efek samping pengobatan, dan masalah kesehatan mental atau emosional. Dalam beberapa kasus, limfoma dapat bersifat agresif dan sulit diobati, menyebabkan prognosis yang lebih buruk. Sayangnya, kebanyakan kasus limfoma Hodgkin baru terdiagnosis pada stadium lanjut.

Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), beberapa jenis pengobatan Limfoma Hodgkin antara lain: Kemoterapi; Radioterapi; Imunoterapi; dan Terapi Target – yang menargetkan protein pada sel kanker yang mengendalikan pertumbuhan sel kanker, tanpa mempengaruhi sel normal lain.

Prof. Dr. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M. Epid, M.Pd.Ked, FINASIM, FACP, Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya; Ibu Ni Made Ari Anggasari, Pejuang Limfoma Hodgkin; dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA, perwakilan Tim Kerja PKKD (Penyakit Kanker dan Kelainan Darah) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’

Setiap tahunnya, Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya (POI Jaya) melangsungkan serangkaian kegiatan “World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’” dengan puncak acara dilakukan pada tanggal 4 Februari 2024. Secara berkelanjutan POI Jaya melakukan edukasi dan peningkatan kesadaran terkait penyakit kanker kepada Masyarakat.

Selain edukasi tentang Limfoma Hodgin, POI Jaya juga mengadakan Senam Sehat ‘Fun Move, Pemeriksaan Kesehatan (PAP SMEAR, USG payudara, dan mamografi), dan serangkaian kegiatan lainnya seperti: kompetisi video edukasi kreatif yang berlangsung pada tanggal 15-31 Januari 2024, serta penyuluhan kesehatan di sekolah dan tempat kerja yang telah dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2024.

Tahun ini POI Jaya bekerja sama dengan berbagai mitra dalam mengangkat tema ‘Hope, Faith, Love’ (‘Harapan, Keyakinan, Cinta’) – tiga hal yang sangat krusial bagi para pasien kanker dan keluarganya. Salah satu diantaranya, POI Jaya menggandeng Kementrian Kesehatan RI dan Takeda.

“Kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen. Apalagi saat ini pengobatan untuk limfoma Hodgkin telah tersedia dan tercakup di dalam BPJS Kesehatan. Untuk itu, Masyarakat jangan ragu untuk segera melakukan deteksi dini,” jelas Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes., Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI.

“Kami menyadari beban yang ditimbulkan penyakit ini. Oleh karena itu, Takeda berkomitmen memperkuat kerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk POI dan Kementerian Kesehatan RI, dalam memastikan akses obat-obatan dan vaksin kami tersedia bagi para pasien di Indonesia, termasuk untuk limfoma Hodgkin yang pengobatan inovatifnya saat ini telah tersedia di JKN,” ungkap Head of Patient Value Access PT. Takeda Indonesia, Shinta Caroline. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. Freepik, POI Jaya)

Shares