Health

Pentingnya Menilai Cadangan Ovarium untuk Keberhasilan Program IVF

By  | 

Program fertilisasi in vitro (IVF), adalah salah satu dari sekian banyak teknik yang tersedia untuk membantu pasangan dengan masalah kesuburan dapat memiliki bayi.

Cara kerja IVF adalah dengan menggabungkan sel telur dan sperma dalam lingkungan laboratorium eksternal, diikuti dengan pemilihan embrio bermutu tinggi dan memindahkannya kembali ke rahim mama.

Salah satu hasil pemeriksaan awal yang cukup penting pada program ini adalah menilai cadangan ovarium calon mama. Cadangan ovarium ini akan menentukan bagaimana potensi reproduksi seorang wanita.

dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG-KFER, M.Sc, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah – Pondok Indah menjelaskan, bahwa cadangan ovarium atau ovarium reserve mengacu pada jumlah dan kualitas sel telur seorang wanita. Cadangan ovarium ini sangat erat kaitannya dengan potensi reproduksi. Potensi reproduksi adalah kemampuan seorang perempuan untuk dapat menghasilkan setidaknya satu sel telur sehat yang siap dibuahi. Cadangan ovarium yang rendah dapat mengurangi kemungkinan untuk memperoleh keturunan. Sebaliknya, jumlah cadangan telur yang terlalu tinggi juga dapat menjadi penanda adanya sebuah kondisi gangguan pematangan telur, yang juga dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Berbeda dengan sperma yang dapat diproduksi terus menerus, sel telur wanita hanya diproduksi satu kali seumur hidup.

Pentingnya Menilai Cadangan Ovarium untuk Keberhasilan Program IVF

Penyebab Kondisi Cadangan Sel Telur Rendah

Saat seorang bayi perempuan lahir, ia sudah memiliki sekitar tujuh ratus ribu hingga sejuta sel telur. Jumlah tersebut terus berkurang seiring bertambahnya usia. Ketika mendapatkan haid pertamanya, cadangan telur ini tinggal empat ratus ribu. Penurunan yang drastis terjadi saat seorang wanita memasuki usia 35-37 tahun. Apabila sel telur wanita sudah habis, maka ia tidak lagi subur. Kondisi ini umumnya terjadi sekitar usia 40 tahun, diikuti dengan menopause sepuluh tahun kemudian. Meskipun demikian, usia menopause setiap wanita berbeda-beda ya, Mams. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti riwayat penyakit dan gaya hidup. Beberapa wanita dapat kehilangan sel telurnya lebih cepat, dan beberapa lainnya lebih lambat.

Karenanya, usia seorang wanita merupakan parameter paling sederhana yang sekaligus paling penting dalam memprediksi potensi reproduksinya. “Semakin muda usia seorang wanita untuk menjalani program kehamilan, seperti bayi tabung misalnya, maka success rate-nya tentu semakin besar, karena jumlah sel telur yang dimiliki masih lebih banyak, apabila dibandingkan pada wanita yang menjalani program kehamilan berbantu di usia yang lebih lanjut,” ujar dr. Yassin.

Namun demikian, ada beberapa kondisi di mana wanita di usia reproduksi memiliki cadangan sel telur yang kurang baik (poor ovarium reserve). Beberapa penyebab kondisi cadangan sel telur yang rendah antara lain:

● Kebiasaan merokok

● Memiliki endometriosis

● Memiliki riwayat operasi di indung telur

● Terpapar bahan-bahan toksik kimiawi

● Tindakan kemoterapi atau terkena paparan radiasi dalam jumlah banyak

● Autoimun

● Penyakit infeksi virus HIV

●Kelainan genetik

● Idiopatik/faktor yang tidak dapat dijelaskan

Tidak ada jenis makanan, vitamin, atau terapi yang dapat menambah cadangan telur kita. Maka, untuk wanita yang sudah menikah selama setahun, berhubungan intim rutin tanpa menggunakan kontrasepsi namun belum mendapatkan keturunan, atau bagi wanita yang sudah menginjak usia 35 tahun, sebaiknya tidak perlu menunggu setahun. “Segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi. Waspada, berkurangnya cadangan telur dapat terjadi tanpa gejala,” saran dr. Yassin.

Metode untuk Menilai Potensi Reproduksi Wanita

Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menilai potensi reproduksi seorang wanita. Berikut ini beberapa tes khusus untuk kedua metode yang umum digunakan di klinik. Pemeriksaan ini meliputi:

  • Usia kronologis, merupakan parameter yang baik untuk menilai potensi reproduksi
  • Mengukur kadar Anti Mullerian Hormone (AMH), pengambilan sampel dalam tes hormon ini dilakukan dengan pengambilan sampel darah, di hari kapanpun. Kadar AMH digunakan untuk memperkirakan cadangan ovarium atau menilai usia biologis seorang perempuan
  • Penilaian folikel antral basal (FAB), penilaian ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan USG transvaginal dengan melihat jumlah folikel (kantong sel telur) yang ada pada ovarium seorang perempuan. Folikel antral basal merupakan folikel yang berukuran 2-9 milimeter.

Cadangan ovarium dapat berbeda dari waktu ke waktu sehingga cara yang terbaik untuk mengonfirmasi hasil suatu pemeriksaan adalah dengan melakukan pemeriksaan tambahan. Namun, perlu dipahami bahwa metode pengujian cadangan ovarium yang tersedia saat ini hanya dapat menyediakan informasi jumlah sel telur yang tersisa, tetapi tidak dapat memberikan gambaran secara detail mengenai kualitas sel telur ya, Mams. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. Freepik)

Shares