Parenting

Tips Aman Berinternet Bagi Si Kecil

By  | 

Keamanan digital keluarga selalu menjadi kekhawatiran orang tua, dan saat ini hal tersebut semakin penting untuk diperhatikan setelah sekolah online menjadi cara belajar-mengajar yang utama.

Sejak pandemi dimulai, mengasuh Si Kecil bisa dibilang lebih menantang daripada sebelumnya. Keluarga jelas harus belajar kebiasaan baru yang penting untuk kesehatan, seperti pembatasan sosial, memakai masker, dan sering mencuci tangan. Tetapi selain itu, mengingat banyak hal dalam kehidupan sehari-hari kita sekarang dilakukan secara online, kita juga perlu mengajarkan beberapa kebiasaan lain agar selain tetap sehat, anak-anak juga tetap aman selama sedang beraktivitas secara online.

Lucian Teo, Online Safety Education Lead dari Google yang juga merupakan papa dari tiga anak, turut memahami bahwa menanamkan kebiasaan berinternet yang aman tidaklah mudah.

“Kami bekerja sama dengan tim Trust and Safety Research, melakukan survei terhadap para orang tua di seluruh kawasan Asia-Pasifik (Australia, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam) dan Amerika Latin (Argentina, Kolombia, Brasil, dan Meksiko). Dari sana kami menemukan bahwa orang tua dari anak yang bersekolah online merasa lebih khawatir tentang keamanan online daripada mereka yang anaknya bersekolah seperti biasa,” ujar Lucian di sela-sela acara peringatan hari internet sedunia beberapa waktu lalu.

Karena alasan itu, Lucian pun membagikan beberapa tips untuk mengatasi kekhawatiran terbesar orangtua mengenai keamanan anak di dunia maya.

1.Lindungi identitas digital mereka

Menurut survei, privasi dan keamanan informasi anak-anak adalah kekhawatiran terbesar orangtua. Rasa cemas dengan risiko penipuan atau peretasan terhadap akun anak tentunya juga Anda rasakan ya, Mamas? Berikut beberapa cara mudah untuk melindungi informasi anak Anda:

○Ajari anak cara untuk membuat sandi yang kuat dan tidak mudah ditebak. Hindari sandi sederhana yang menggunakan nama, tanggal lahir, atau bahkan karakter kartun favorit.

○Sebaiknya selalu gunakan platform yang sudah punya reputasi baik terkait keamanan pengguna. Misalnya, kalau menggunakan layanan email seperti Gmail, Anda akan otomatis mendapatkan filter pengaman yang dapat mendeteksi email phising dan mencegah 99,9% serangan phising bahkan sebelum sampai ke kotak masuk Anda.

2.Ketahui dengan siapa yang mereka bicara

Isolasi sosial adalah konsekuensi yang sulit dari pandemi COVID-19. Anak-anak kita harus berbicara dengan teman mereka secara online, baik melalui chat teks maupun menggunakan chat suara seperti saat bermain game. Kita sebagai orangtua harus sadar bahwa saluran komunikasi ini juga bisa dimanfaatkan orang tak dikenal yang berniat buruk untuk menghubungi anak-anak kita. Seperti di dunia nyata, kita harus tahu dengan siapa mereka bicara di internet dengan cara:

○Coba ajak bicara Si Kecil tentang game yang ia mainkan atau video yang ia tonton, serta orang-orang yang ia temui di sana. Lucian mengkau bahwa ia selalu mengingatkan anak-anaknya untuk langsung memberi tahu dirinya saat ia menemui situasi online yang membuat tidak nyaman. Sebaiknya Mamas juga selelu mengingatkan hal ini pada Si Kecil, karena faktanya lebih dari 70% orangtua di Asia-Pasifik tidak cukup yakin anak mereka akan memberi tahu mereka jika menemui situasi online yang tidak aman. Bahkan, lebih dari sepertiga orangtua yang Lucian wawancarai bersama tim-nya, tidak pernah berbicara dengan anak tentang keamanan online. Karena itulah kita harus bekerja keras untuk meyakinkan Si Kecil bahwa kita selalu ada untuk memandu dan melindungi mereka.

○Saat menilai apakah sebuah game cocok untuk Si Kecil, penting untuk memeriksa tidak hanya kontennya, tetapi juga apakah game itu memungkinkan komunikasi online dengan orang lain. Beberapa game multiplayer hanya menyediakan sedikit opsi interaksi sosial, seperti sekadar memberikan suka (like) dan bukan chat tertulis. Hal ini cukup banyak mengurangi risiko terjadinya interaksi sosial yang tidak diinginkan.

3.Tunjukkan konten yang sesuai dengan usianya

Berdasarkan banyak survei, ketakutan jika anak menemui konten yang tidak pantas sudah lama menjadi salah satu kekhawatiran terbesar orangtua. Ada fitur-fitur keamanan keluarga yang dapat dimanfaatkan orangtua untuk membantu melindungi anak dari konten yang mungkin tidak sesuai dengan usianya. Akan tetapi, survei menunjukkan bahwa jumlah orangtua yang menggunakan fitur tersebut masih kurang dari 40%. Berikut beberapa fitur yang dapat mulai Mamas gunakan segera:

○Jika diaktifkan, SafeSearch di Google dapat membantu memfilter konten eksplisit di hasil penelusuran Google untuk semua jenis penelusuran, termasuk gambar, video, dan situs. SafeSearch didesain untuk memblokir hasil penelusuran yang tidak pantas dari hasil penelusuran Google, misalnya pornografi.

○Kelola perangkat Si Kecil dengan membuat akun Google untuknya dan menggunakan Family Link. Ini memungkinkan Anda untuk menambahkan filter pada Google Search, memblokir situs, hanya memberikan akses kepada orang yang Mamas izinkan, atau melacak lokasi Si Kecil apabila ia memiliki perangkat sendiri.

○Tersedia banyak kontrol orangtua di YouTube Kids. Mamas dapat membatasi waktu penggunaan, hanya menampilkan video yang Mamas setujui, atau memilih konten yang sesuai dengan usia anak.

Sebenarnya masih ada tips-tips lain yang sudah teruji, misalnya hanya mengizinkan Si Kecil untuk menggunakan internet di area umum di rumah seperti ruang keluarga. Namun, yang lebih penting dari itu: Mamas harus bisa memberikan contoh yang benar.

Pada akhirnya, hal terpenting dalam mengasuh Si Kecil adalah hubungan yang kita bangun dengan mereka. Seperti di dunia nyata, mereka pun membutuhkan pendampingan kita di internet ya, Mamas. Walau tahun 2020 (dan sekarang 2021) terasa melelahkan, kita tetap wajib bersyukur dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dan mensyukuri segala hal yang dihadirkan masing-masing dari mereka ke dalam kehidupan kita.

Mari bersama-sama kita jadikan internet tempat yang aman bagi anak-anak untuk belajar, berkreasi, dan menjelajah! (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. Freepik)

Shares