Health

Reese Witherspoon Tentang Perjuangannya Menghadapi Depresi Paska Persalinan

By  | 

Reese mengaku bahwa perjuangan terbesar yang ia lakukan dalam menjaga kesehatan mentalnya adalah ketika dia memiliki anak.

Mama dari tiga orang anak ini berbagi kisah tentang pengalamannya menghadapi depresi dan kegelisahannya dalam salah satu Podcast Jameela Jamil beberapa waktu lalu.

“Saya memiliki kecemasan, kecemasan saya kemudian bermanifestasi menjadi depresi. Otak saya seperti seekor hamster yang  berjalan di atas roda yang tidak akan terlepas, ” ujar aktris berusia 44 tahun ini.

“Saya punya tiga anak. Setiap anak memberi saya pengalaman yang berbeda. Saya menderita postpartum ringan saat melahirkan salah satu anak saya, dan mengalami postpartum parah saat memiliki anak lainnya. Saya sampai harus minum obat yang cukup berat karena saya sama sekali tidak dapat berpikir jernih. Sedangkan saat melahirkan satu anak lainnya, saya tidak mengalami postpartum depression sama sekali,” ujar pemain drama series Little Fires Everywhere.

Bersama sang mantan suami, Ryan Phillippe, Reese memiliki anak perempuan yang telah berusia 20 tahun bernama Ava, dan seorang putra bernama Deacon, 16 tahun. Sedangkan bersama suaminya saat ini, Jim Toth, ia memiliki seorang anak laki-laki bernama Tennessee, 7 tahun.

Reese mengatakan bahwa ia benar-benar di luar kendali setelah kelahiran anak pertamanya. “Saya berusia 23 tahun ketika saya memiliki bayi pertama saya dan tidak ada yang menjelaskan kepada saya bahwa ketika Anda melahirkan seorang bayi, hormon membuat segalanya terasa berat. Saya merasa lebih tertekan daripada yang pernah saya rasakan sepanjang hidup saya. Itu menakutkan. “

“Saya tidak memiliki bimbingan atau bantuan yang tepat,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia juga tidak bisa bersama ibunya, yang bekerja sebagai perawat. “Apalagi, saat itu komunikasi yang ada sangat berbeda dengan yang kita miliki sekarang.”

Ketika pembicaraan berlanjut, Reese berbicara tentang betapa pentingnya untuk menganggap serius wanita, dan betapa pentingnya memerhatikan kesehatan mental seorang ibu.

“Saya terus menghubungi dokter saya untuk mendapatkan jawaban, hanya saja tidak ada penelitian yang cukup tentang apa yang terjadi pada tubuh wanita, dan perubahan hormon yang belum kita anggap seserius yang saya kira seharusnya,” urainya.

“Saya memiliki simpati yang mendalam untuk wanita yang mengalami hal itu. Karena postpartum sangat nyata,” tutupnya.

Kami setuju sekali dengan pernyataan Reese, bahwa postpartum depression bukanlah hal yang bisa dianggap sepele bagi siapapun. Jadi bagi Anda para mamas, jangan segan untuk berbagi tentang apa yang Anda rasakan kepada orang-orang terdekat Anda. Bergabung dengan komunitas sesama new mama juga bisa jadi salah satu cara bagi Anda untuk mencegah postpartum depression. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. iStockphoto.com)

Shares