Health

Postpartum Depression, Kondisi yang Sering Dialami Oleh Mama Baru

By  | 


Bila sebelumnya Mamas kerap mendengar istilah baby blues sebagai kondisi yang kerap dialami oleh para new mamas, kini sebaiknya Anda juga mengenal apa itu postpartum depression.

Dari polling yang kami lakukan sebelumnya di sosial media @thesmartmamas, 75%diantara para mama peserta polling menyatakan bahwa mereka mengalami baby blues. Baby blues bila berkelanjutan, dan tak tertangani dengan baik bisa menyebabkan postpartum depression.

Postpartum depression (PPD) merupakan suatu perubahan fisik, emosional, dan perilaku yang terjadi setelah seorang wanita melahirkan. Menurut DSM – 5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition), PPD adalah suatu bentuk dari depresi mayor yang munculnya dalam empat minggu setelah melahirkan. Diagnosis ini, tidak hanya didasari oleh interval waktu munculnya gejala dengan kelahiran, tetapi juga berdasarkan keparahan dari gejala depresi.

Apa Penyebab Postpartum Depression?

Perlu Mamas ketahui, PPD tidak disebabkan oleh satu penyebab saja. Gangguan ini dihubungkan dengan perubahan kimiawi, sosial, dan psikologis pada seorang wanita yang baru melahirkan. “Perubahan kimiawi dalam tubuh seorang wanita yang baru melahirkan, yaitu berupa menurunnya hormon estrogen dan progesteron secara tajam, berdampak pada perubahan neuro-kimia di otak yang kemudian menimbulkan gejala mood swing,” jelas Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dr. Leonardi A. Goenawan, Sp. KJ, dari RS Pondok Indah – Puri Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Di samping itu, minimnya waktu tidur mama baru  yang terus berkelanjutan menimbulkan kelelahan fisik dan tubuh yang tidak nyaman. Hal ini juga turut memberikan kontribusi yang penting dalam munculnya PPD.

Bagaimana Mengenali Gejalanya?

Gejala PPD mencakup beberapa hal yang umum dialami wanita setelah melahirkan, yaitu seperti kesulitan tidur karena menjaga bayi yang baru lahir, perubahan selera makan, kelelahan, menurunnya libido, dan perubahan mood. Kondisi tadi disertai pula dengan adanya gejala-gejala depresi mayor, seperti kesedihan yang berlarut-larut, kehilangan kemampuan untuk merasakan senang, merasa tidak berharga, putus asa, dan tidak berdaya, adanya pikiran-pikiran tentang kematian atau bunuh diri atau menyakiti diri sendiri atau bayinya.

Faktor Risiko dari Postpartum Depression

Pada dasarnya, PPD dapat diderita oleh semua wanita, tidak memandang usia, ras, etnis, atau status sosial ekonomi. Walau begitu, risiko seorang mama mengalami PPD akan semakin besar bila:

1.Pernah mengalami gejala depresi pada kehamilan sebelumnya

2.Pernah memiliki riwayat depresi di masa lalu

3.Memiliki anggota keluarga yang pernah atau sedang mengalami gangguan depresi atau masalah mental lainnya

4.Adanya masalah dalam kehidupan sehari-hari saat sedang hamil, seperti kehilangan pekerjaan, adanya kematian dalam keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, atau sedang menderita suatu penyakit fisik lainnya

5.Komplikasi saat melahirkan, termasuk kelahiran prematur, atau adanya masalah medis pada janin/bayi

6.Kurangnya dukungan emosional dari pasangan, keluarga, atau teman

7.Alkoholik atau kecanduan obat-obatan

Pencegahan

Beberapa hal yang perlu dipahami untuk mencegah timbulnya PPD adalah dengan:

1.Memahami faktor risiko Anda

2.Cek kehamilan Anda secara berkala

3.Memahami ciri-ciri atau gejala awal dari depresi dan jangan sungkan untuk mengutarakannya dengan pasangan Anda

4.Bicarakan perasaan yang Anda rasakan pada pasangan dan orang terdekat lainnya

5.Pastikan tidur Anda cukup dan berkualitas

6.Kendalikan ekspektasi Anda

7.Makan teratur dan memiliki gaya hidup secara seimbang antara pekerjaan dan rekreasi

Penanganan Postpartum Depression

Penanganan PPD dapat berlangsung beberapa bulan, dan pada beberapa kasus dapat lebih lama. Namun yang jelas PPD dapat ditangani bila segera mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat. Langkah awal yang terpenting adalah memahami latar belakang masalah secara komprehensif.

“Keluarga, pasangan, dan dukungan dari kawan terdekat dapat memberikan kontribusi yang penting untuk mempercepat penyembuhan. Bentuk dukungan tersebut terutama bisa berupa mencoba menciptakan rasa aman dan nyaman, sehingga penderita PPD dapat mengekspresikan keluhannya dengan leluasa dan ditanggapi oleh lingkungan dengan efektif,” saran dr. Leonardi.

Pengobatan Postpartum Depressio

Ada beberapa tindakan yang akan dilakukan dokter untuk pengobatan PPD, yaitu:

1.Pemberian anti depresan

Tujuan pengobatan PPD adalah mengembalikan keseimbangan neuro-kimia di otak dan mengendalikan gejala yang mengganggu dengan pemberian anti-depresi dan anti-cemas. Pemberian obat harus didiskusikan antara dokter dan pasien, atau bisa juga bersama keluarga dan memperhatikan prioritas masalah, seperti apakah Anda memberikan ASI secara rutin atau tidak, ada tidaknya gangguan fisik lainnya atau tidak, dan lain-lain.

2.Psikoterapi sebagai pelengkap pengobatan

Terapi kognitif dapat efektif bagi sebagian individu. Terapi ini didasari oleh prinsip bahwa pikiran-pikiran tertentu dapat memicu depresi. Sejak sebelum melahirkan, calon mama akan diajarkan untuk mengelola pikiran dan ekspektasi mereka dengan cara yang lebih realistis dan efektif. Karena motivasi seseorang yang mengalami depresi umumnya sangat rendah, maka pada banyak kasus, kombinasi antara pengobatan dan psikoterapi menjadi lebih efektif jika dibandingkan hanya dengan psikoterapi saja.

Setelah mengenal lebih jauh tentang PPD, tentunya hal ini memberikan kita pengetahuan yang lebih dalam bahwa PPD adalah kondisi yang serius dan harus segera ditangani agar tak menimbulkan risiko yang lebih besar. Bila Mamas atau orang terdekat Anda mengalami gejala ini, jangan segan untuk berkonsultasi dengan expert ya, Mams! (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. iStockphoto.com)

Shares