Health

Bahaya Penyakit Cacar Monyet

By  | 

Terdapat beberapa penyakit cacar yang perlu mamas waspadai. Salah satunya adalah cacar monyet atau juga dikenal sebagai monkey pox.

Wabah penyakit cacar monyet sempat dikhawatirkan akan masuk ke Indonesia setelah bulan lalu terdeteksi masuk ke negara Singapura. Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek pun saat itu sempat meminta masyarakat untuk waspada terhadap penyebaran virus cacar monyet ini.

“Mula-mula, penyakit ini hanya ada di Afrika, terutama di bagian barat, Kongo, Liberia, lalu Pantai Gading, Nigeria. Kita khawatir karena saat ini sudah sampai Singapura,” ujar Nila dalam wawancara tentang penyakit cacar monyet beberapa waktu lalu.

Kendati Indonesia bisa terbebas dari wabah penyakit ini, namun ada baiknya kita tetap waspada ya mams! Caranya, kenali lebih jauh tentang penyakit ini, agar Anda tahu bagaimana menghadapinya apabila salah satu anggota keluarga terjangkit penyakit ini.

Apa itu cacar monyet dan penyebabnya

Penyakit cacar monyet adalah penyakit infeksi zoonosis atau yang ditularkan dari hewan ke manusia. Infeksi ini pertama kali ditemukan pada monyet.

Penyakit ini sebenarnya berasal dari daerah Afrika terutama Afrika Tengah dan Afrika Barat yang merupakan daerah hujan tropis.

Penyakit cacar monyet disebabkan oleh sejenis virus golongan orthopox virus, yaitu virus Human Monkeypox yang dibawa oleh tikus Afrika (sebagai penyebab terbesar penyebaran virus ini). Selain tikus Afrika, penyakit ini juga dapat disebarkan oleh hewan pengerat lainnya, hewan liar atau hewan primata (kera).

Semua orang dari segala umur dan dari semua jenis kelamin bisa terkena penyakit ini. Infeksi akan lebih berat dan lebih sering terjadi pada usia anak-anak.

Gejala

Menurut dr. Hadianti Adlani, Sp. PD-KPTI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Tropik Infeksi dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, gejala cacar monyet mulai timbul 14-21 hari sejak pertama kali terinfeksi virus.

“Gejalanya diawali dengan demam tinggi pada fase masuknya virus ke peredaran darah hingga ke seluruh tubuh pada 3-4 hari pertama, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri pada otot, dan badan terasa letih,” ujar dr. Hadianti.

Kemudian dilanjutkan dengan timbulnya ruam dan lesi pada kulit. Pada awalnya ruam atau lesi muncul di wajah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam tersebut berupa vesikel (sebuah ruang pada sel yang dikelilingi oleh membran sel) berisi cairan bening, kemudian timbul pustula (benjolan menyerupai jerawat) berisi nanah, yang akan mengering meninggalkan keropeng, umumnya sembuh dalam waktu 21 hari.

Namun perlu mamas ketahui, penyakit cacar monyet merupakan penyakit yang bersifat self-limiting disease atau dapat sembuh sendiri.

Benjolan berisi nanah

Kapan pasien harus ke dokter?

Meski termasuk dalam self-limiting disease, namun bila ada kecurigaan adanya gejala ke arah penularan penyakit ini, dr. Hadianti menyarankan agar sesegera mungkin Anda harus ke dokter. Anda juga sebaiknya segera ke dokter apabila melakukan kontak dengan darah, cairan tubuh, dan lesi kulit atau mukosa hewan, atau manusia yang terinfeksi penyakit ini.

Diagnosa

Dari anamnesis atau wawancara, dokter akan menanyakan apakah Anda memiliki riwayat bepergian ke negara endemik seperti Afrika Barat dan Afrika Tengah, apakah memiliki riwayat kontak dengan pasien yang berasal dari negara endemik tersebut atau tidak. Kemudian dari gejala klinis yang ditimbulkan, apakah sesuai dengan gejala cacar monyet atau penyakit ruam lainnya, seperti cacar, cacar air, campak, dan cacar lainnya. Setelah itu pasien akan dirujuk untuk melakukan pemeriksaan laboratorium. Untuk  dapat terdiagnosis secara pasti, sebaiknya pasien dibawa ke laboratorium khusus yang menyediakan pemeriksaan molekuler yaitu Polymerase Chain Reaction.

Risiko

Meskipun gejalanya jauh lebih ringan daripada cacar, namun penyakit ini dapat berakibat fatal. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder, gangguan pernapasan, seperti pneumonia, sepsis, dan gangguan pada mata berupa penurunan penglihatan, bahkan kebutaaan. Di samping itu, cacar monyet juga dapat menimbulkan akibat yang fatal hingga kematian, terutama pada anak-anak dengan angka kasus fatal 1-10 persen.

Dokter Hadianti mengatakan, bahwa penyakit cacar monyet ini bisa dialami oleh penderitanya lebih dari satu kali. “Pada umumnya, bila sudah terkena, pasien akan mempunyai daya tahan atau kekebalan terhadap penyakit ini hingga 85 persen, sama dengan jika kita sudah pernah mendapatkan vaksinasi cacar smallpox. Namun, jika daya tahan tubuh menurun, seperti pada keadaan yang disebut imunokompromis, bisa saja terserang kembali atau terkena lebih dari satu kali.”

Penanganan

“Pasien akan dirawat di ruangan isolasi khusus yang bertekanan negatif untuk mencegah terjadinya penularan virus dari manusia ke manusia,” urai dr. Hadianti.

Selanjutnya pasien akan mendapatkan perawatan dan terapi yang bersifat  simtomatis dan suportif hingga pasien membaik atau daya tularnya menghilang.

Apakah cacar monyet menimbulkan bekas luka?

Seperti penyakit cacar lainnya, cacar monyet bisa menimbulkan bekas keropeng atau luka yang cukup dalam. Namun tak pelu khawatir, bekas luka ini bisa disamarkan dengan cara berkonsultasi ke dokter spesialis kulit dan kelamin. “Tindakan seperti laser dan injeksi filler, dermabrasi, atau beberapa tindakan lainnya akan dapat membantu menghilangkan bekas cacar,” urainya.


Narasumber:

dr. Hadianti Adlani, Sp. PD-KPTI

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Tropik Infeksi

RS Pondok Indah – Bintaro Jaya

(Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. iStockphoto.com, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya)

Shares