Relationship

Long Distance Marriage, Tips & Trik

By  | 

Bisakah pernikahan jarak jauh berhasil? Kalau pertanyaan ini diajukan kepada saya beberapa tahun lalu pasti saya akan jawab Tidak! Pasalnya sejak awal pernikahan, salah satu komitmen saya dan pasangan adalah jika salah satu dari kami harus pindah ke luar kota, maka satu keluarga akan ikut. Namun tiba-tiba, awal tahun lalu kami dihadapkan pada pilihan yang sulit: Suami saya mendapatkan tawaran pekerjaan di luar kota dengan benefit yang menarik namun hanya dalam jangka waktu 1,5 tahun.

Kami pun berpikir kalau satu keluarga pindah hanya dalam kurun waktu tersebut, kemudian kembali lagi ke Jakarta, pengorbanannya tidak sebanding. Akhirnya, kami memutuskan untuk menjalani long distance relationship. Awalnya, sudah pasti berat, namun kini kami sudah mulai terbiasa, bahkan mulai bisa melihat sisi positif dari hubungan jarak jauh ini. Setelah menjalani long distance marriage selama hampir satu tahun, ini beberapa tips & trik yang kami jalani.

  • Membuat beberapa perjanjian. Sejak awal kami sudah membuat beberapa kesepakatan. Misalnya, tidak berpisah lebih dari 2 minggu. 
  • Video call. Yang satu ini memang sangat membantu mengatasi ketidakhadiran suami. Setiap ada waktu kami berdua akan saling video call, begitu juga dengan anak-anak.
  • Positive thinking. Harus diakui yang paling rentan dari hubungan jarak jauh adalah trust issue. Dan hal ini tentunya bisa menjadi masalah besar dalam sebuah hubungan. Selain komunikasi lancar, penting sekali bagi kami untuk selalu berpikir postif dan menerima kondisi baru, serta mencari cara untuk berdamai dengan situasi.
  • Enjoy ourselves. Sejak LDR, saya memutuskan untuk menambahkan olahraga rutin dalam agenda harian. Saya juga memulai bisnis kecil-kecilan bersama teman. Suami saya sendiri, selain sibuk dengan pekerjaan, kini ia mulai ikut klub bersepeda di kantornya.
  • Set up date night. Yang satu ini wajib dilakukan. Sejak berjauhan kami justru lebih sering date night berdua. Ada kalanya saya berkunjung ke tempat suami sehari sebelum ia kembali ke Jakarta. Jadi kami menghabiskan waktu dulu berdua, baru kemudian sama-sama kembali Jakarta dan menghabiskan weekend bersama anak-anak.

family reunion at airport

  • Berkunjung. Tak hanya suami yang kembali, saat liburan anak-anak, kami juga berkunjung ke tempat suami. Menurut saya, hal ini juga sangat penting agar kami memiliki bayangan keseharian Si Dia.
  • Cyber sex (with your hubby) is not a crime! Awalnya sih memang agak risih dan malu ya. Tapi setelah dicoba dan dijalani, ternyata fun dan menjadi experience baru bagi kami.
  • You’re not alone. Terpisah jauh dari suami sudah pasti berat dan seringkali membuat Anda bad mood. Selain kehilangan kehadiran Si Dia, praktis Anda menjadi seperti “single mom” untuk anak-anak. Saat dilanda perasaan tersebut, saya sangat bersyukur dipertemukan dengan teman-teman senasib yang juga berjauhan dengan suami masing-masing. Kita bisa menjalani kegiatan bersama dan sudah pasti sharing session. Kalau sudah bertemu mereka biasanya mood swing pun hilang.

Banyak sekali pelajaran dan pengalaman berharga yang kami dapat selama menjalani hubungan jarak jauh, diantaranya: Kami jadi jarang berargumen, rasanya sayang ya waktu yang singkat digunakan untuk ribut. Kami juga jadi lebih menghargai keberadaan satu sama lain, karena ternyata kami saling membutuhkan. Kami juga jadi belajar untuk menerima kondisi, bahwa hidup tak selalu sesuai dengan rencana dan keinginan.

Meski kini kami sudah mulai terbiasa menjalani LDR dan mulai melihat banyak sisi positifnya, namun kami sepakat untuk membatasi hubungan jarak jauh, yakni maksimal 2 tahun. (Karmenita Ridwan/Photo: Istockphoto.com)

 

Shares