Career

Smart Mama Story: Kurie Suditomo

By  | 

Berawal dari tantangan membesarkan dua anak laki – laki, Ranu (14) & Tebing  (11) yang kerap mengonsumsi gadget dalam keseharian, Kurie Suditomo, mama dari 2 orang anak yang sempat ambil bagian menjadi tim komunikasi Wakil Presiden Boediono (2011 – 2014) mendirikan sekolah Codingcamp  untuk melatih kemampuan anak memahami bahasa komputer & berkreasi membuat game sendiri! 

Logo_Codingcamp Kartini 2018 light

Apa itu sekolah coding?

Coding disebut juga programming. Dengan memelajarinya, siswa (starts from 9 yo) dapat memahami sistem serta berkreasi menghasilkan produk digital seperti games.

Menariknya, tidak hanya memahami bahasa komputer, Codingcamp menawarkan konsep pemahaman & analisa berpikir dalam setiap modul yang dimiliki. “Basic penilaian yang kami terapkan tidak terfokus pada karya, melainkan 3 aspek utama perkembangan anak yaitu pemahaman, kreativitas, serta komunikasi/perilaku. Jadi memang betul, 50% dari sistem pengajaran kami berbasis parenting,” ungkap wanita yang pernah selama 10 tahun menjalankan profesi sebagai seorang jurnalis tersebut.

1a_Kid Code

Level Pendidikan di Codingcamp

“Tidak ada tes masuk, tapi kami menyarankan anak – anak mengambil basic level 1 – 3, masing  – masing selama 3 bulan kelas. By the end of every modul, kami berikan kesempatan mereka untuk melakukan presentasi dan menunjukkan kemampuannya pada orang tua. Setelah itu kami bantu arahkan ke beberapa pilihan kelas advance, yaitu game making atau scripting. Surprisingly, banyak juga lho, anak – anak yang tertarik dengan dunia scripting komputer yang terkesan rumit itu!”, tambah Kurie.

1b_Kid project

Selama menjalankan peran sebagai Founder & CEO Codingcamp, hal – hal apa saja yang dipelajari berkaitan dengan dunia parenting?

Tim kami sepakat bahwa tugas ini lebih dari sekedar mengajarkan bahasa program komputer, tapi juga mengasuh anak – anak. Kami ingin memastikan mereka menguasai skill yang dibutuhkan di masa depan. Mulai dari kemampuan berpikir kritis, analisa, berpendapat & komunikasi, hingga attitude yang baik.

Sementara di rumah, saya masih menerapkan no wifi & akses terbuka terhadap internet. Sengaja no wifi supaya mereka dapat meminta ijin kepada kami orang tuanya untuk mengakses internet baik untuk game atau tugas sekolah, dan dilakukan di ruang terbuka dengan PC/laptop sehingga lebih mudah diawasi.

Komunikasi juga bisa dijembatani dengan permainan digital. Misalnya saat mereka sedang asyik bermain Minecraft, orang tua bisa meminta anak – anak membuatkan benteng lengkap dengan kolam, tower, dan princess, misalnya. Setelah berhasil, berikan waktu untuk melakukan presentasi & diskusi tentang hal yang Ia sukai.

Kurie & kids

Kurie & kids

Nilai – nilai apa yang ingin ditanamkan kepada anak – anak, terutama di usianya yang mulai beranjak dewasa?

Saya berusaha untuk selalu memberikan kepercayaan pada mereka, bahwa apapun yang akan mereka lakukan, setiap keputusannya akan datang bersama konseskuensi dan tanggung jawab. Di momen ini, penting untuk memberikan kepercayaan pada mereka. Its about us the parents trusting the kids. 

Cukup menantang lho, membesarkan anak – anak di 7 tahun ketiga kehidupannya. 7 tahun pertama, I believe adalah soal kita menetapkan peraturan dan membuat mereka memahaminya. 7 tahun kedua lebih fokus ke disiplin dan struktur; misalnya saat pulang sekolah, mereka harus tahu step by step yang harus dilakukan mulai dari berganti pakaian, mandi, atau belajar. Nah, saat ini saya sedang mengalami masa 7 tahun ketiga, dimana saya harus berkomunikasi dengan mereka (as adults) untuk membahas topik – topik sensitif seperti masturbasi dengan kondisi mood yang tak menentu.

Sebagai perempuan, apa tantangannya membesarkan perusahaan yang male dominated?

Sebetulnya, perempuan justru lebih peka, terutama dalam melihat kebutuhan seperti yang saya lakukan saat mendirikan Codingcamp. And we have to believe this: People trust women. Sebagai pemimpin juga kan nggak harus kita semua yang kerjakan, ada banyak pihak yang bisa membantu. Sama halnya seperti saya yang tidak punya background di ilmu pemrograman komputer, tapi saya mengajak beberapa sahabat untuk bergabung.

Seiring berjalannya waktu, saya lalu melihat tantangan lain yang lebih besar: Kesenjangan antara kemampuan dasar anak – anak di kota besar jauh sekali dengan mereka yang tinggal di daerah. Paling tidak kita harus berusaha menyamakan level dasar pemahaman mereka terlebih dulu tentang komputer. Codingcamp sedang membuat program “1 Laptop 1 Siswa”, dengan harapan pihak korporat bisa membantu menyediakan tools berupa laptop untuk masing – masing siswa SMK. Kami akan berikan pelatihan ekstra dalam waktu 2 tahun, lalu menyediakan pilihan untuk mereka bekerja atau menjadi wirausahawan. Doakan, ya! (Nathalie Indry/KR/Photo: dok. Kurie Suditomo, Various) 

Shares