Mind

Smart Mama Story: Floura Ardela

By  | 

Hi Mams! Pernahkah Anda merasa bimbang saat akan memutuskan untuk resign dari kantor dan  membangun bisnis sendiri? Floura Ardela menjadikan hobi fotografinya menjadi lahan bisnis baru bagi dirinya & menetapkan sistem working at home. 

Mama dari Cleo (8) & Ivana (5) yang akrab disapa Rara ini memutuskan untuk meninggalkan dunia kerja dan memilih menggarap bisnisnya sendiri, lalu memasarkannya melalui akun sosial media @raraismom. Mengembangkan hobby menjadi sebuah peluang melalui sosial media? Mungkin kok, Mams!

Rara & hobby fotografinya

Rara & hobby fotografinya

“Saya sudah dua kali resign dari kantor saat mengandung anak – anak. Meskipun setelah itu kembali bekerja, tapi sekarang saya mantap memutuskan untuk bekerja paruh waktu saja sebagai fotografer anak, kehamilan & keluarga.”

Resign dari pekerjaan, apa alasannya?

Kehamilan pertama memutuskan untuk berhenti bekerja karena faktor kelelahan, lalu saat mengandung Ivana, kehamilan saya ternyata bermasalah. Sehingga dokter memberikan saran untuk istirahat saja di rumah. 1 tahun lalu saya memutuskan untuk berhenti dari model kerja korporasi. Tujuan utamanya adalah agar lebih bisa memanfaatkan quality time bersama mereka.

Biasanya, resign merupakan langkah penuh pertimbangan. Bagaimana Rara melewati fase ini?

Iya banget, hehe.. Kalau saya sih, saya coba pikirkan matang – matang dulu, ya.. Kira – kira 1 tahun sebelum lahir keputusan final untuk berhenti bekerja dari kantor. Apa yang bisa saya kerjakan untuk tetap mendapatkan penghasilan setiap bulannya? Pilihan saya jatuh pada seni fotografi karena sejak kuliah memang suka motret. Saya coba jalan dulu & upgrade kualitas melalui berbagai workshop, nyaman tidak? Ternyata, selain menyenangkan, peluang bisnis mulai muncul. Akun sosial media saya mendapatkan cukup banyak tawaran dari brand dan klien untuk menjadi fotografer profesional. Saya memanfaatkan kesempatan itu.

Ivana & Cleo

Ivana & Cleo, fotografi by Rara

..Akhirnya berkompromi dengan suami?

Hal pertama yang suami saya ragukan justru bukan soal finansial, tapi lebih ke arah psikologis. Ia berkali – kali bertanya pada saya, “Sudah siap mental belum menghadapi tantangan kerja & menjadi istri di rumah sekaligus?”. Karena memang benar ya, saat bekerja di kantor kan, waktunya jelas. Di kantor saya fokus bekerja menyelesaikan tugas, lalu pulang punya free time untuk main sama anak – anak. Suami takut saya tidak bisa me manage waktu dengan baik, akhinya malah stres sendiri.

Hal ini saya atasi dengan mematangkan jadwal kerja/manajemen waktu. Trial & error selama beberapa waktu, namun setelah sekian lama saya mulai terbiasa. Saya fokus bekerja saat anak – anak pergi ke sekolah, sisanya random hehe..

Working at home tips:

1. Bekerja saat anak – anak tidur/sekolah. Buat to do list pekerjaan sebelum melakukannya, sehingga dapat terkontrol apa saja pekerjaan yang telah diselesaikan, termasuk unfinished business.

2. Ruang kerja, penting! Tidak harus luas dan istimewa, pilih salah satu sudut di rumah & rapikan sebagai meja kerja. Berikan hiasan berupa quotes inspiratif sebagai penyemangat Anda.

3. 1 pekerjaan dalam 1 hari. Dari pengalaman Rara, kegiatan bersama anak – anak di rumah akan bersifat sangat random. Belum lagi mereka yang akan meminta bantuan kita setiap saat. Daripada tidak bisa berkonsentrasi menyelesaikan pekerjaan, lebih baik selesaikan tiap poin kerja dalam 1 hari. Misalnya, edit foto hari senin, lalu maintanance website keesokan harinya, dst.

Share dong, Ra, real life nya working at home mama – Seperti apa, sih?

Dulu sih harapannya ingin punya lebih banyak waktu santai, tapi setelah dijalani, waktu bekerjanya malah 24 jam! Haha… Pasti akan banyak waktu terakomodir untuk bermain atau beraktivitas dengan anak – anak (bahkan 60%nya), jadi sepanjang hari akan memikirkan pekerjaan atau tugas yang belum terselesaikan. Waktu bekerja jadi sangat singkat, tidak bisa 8 jam kerja lagi seperti di kantor. Anak – anak sudah mulai protes kalau saya bekerja lebih dari 4 jam. Amazing, ya? hehe.. Ya.. jenuh pasti terasa, tapi saya ambil sisi positifnya.

Diantaranya menghemat energi tidak perlu pergi ke kantor setiap hari, bisa berlibur diluar holiday season, pressure rendah, lebih heat karena memangkas biaya transportasi dan konsumsi, lalu tetap ada semangat karena selalu bisa dekat dengan anak – anak. Yang penting kita harus membuat schedule bekerja dan membagi prioritas dengan tegas. Nah, bagaimana dengan pengalaman bekerja di rumah Anda selama ini, Mams? Apa trik yang Anda terapkan untuk dapat bekerja lebih optimal? Share melalui kolom momentar di bawah ini, ya! (Nathalie Indry/KR/Photo: dok. Floura)

Shares