Mind

Finding Joy on Being A Single Mama

By  | 

Menjadi seorang single mama bukanlah hal mudah; ada banyak sekali tantangan & stigma negatif yang harus ditaklukan. Melalui support group Single Moms Indonesia, diharapkan para single mama dapat termotivasi dan membangun kembali kehidupan yang sehat, secara mental, spritual & finansial.

Saat ditemui dalam acara SIM Talk “RISE UP: Rebuilding Happy Healthy Life as Single Mom”, (Sabtu,28/4/2018) bertempat di USANA Health Sciences Indonesia, Maureen Hitipeuw, mama dari Alexander Rohn (11) sekaligus pendiri komunitas Single Moms Indonesia menyampaikan keinginannya untuk membantu memberikan ilmu pengembangan diri paska menjadi single mama melalui sesi seminar sehari.

Maureen Hitipeuw - Pendiri Komunitas Single Moms Indonesia

Maureen Hitipeuw – Pendiri Komunitas Single Moms Indonesia

 

“Setiap satu bulan sekali kami selalu berusaha mengadakan pertemuan antar member untuk saling menguatkan. Indeed, kehidupan paska bercerai memang tidak mudah. Tapi kami yakin dapat saling memberi inspirasi & semangat, agar dapat menjadi individu yang mandiri, terus sehat, bahagia, dan terus maju,” ungkapnya.

 

Tantangan terbesar yang dirasakan oleh para Single Mama 

“Seringkali yang menjadi problem terbesar adalah berdamai dengan fakta bahwa status kita benar telah bercerai. Proses berdamai dengan diri sendiri hingga mandiri secara independen memerlukan waktu & usaha yang tidak mudah. Melalui SMI Talk pertama yang kami buka untuk publik ini, diharapkan masyarakat luas dapat semakin memahami peran dan kedudukan para single mama dari sudut pandang positif; tidak lagi dipergunakan sebagai bahan bullying,” tutur wanita yang telah bercerai selama 7 tahun tersebut.

Komunitas Single Moms Indonesia dalam acara SMITalk Pertamanya

Komunitas Single Moms Indonesia dalam acara SMITalk Pertamanya

Finding joy on being single mama

Salah satu topik yang dibahas pada sesi SMITalk adalah “Menaklukan Berbagai Suara Negatif yang Berasal dari Hati Nurani” yang dibawakan oleh William McLeod, life coach dari USANA Indonesia. Sesi ini mengajak peserta untuk mengenali suara negatif dari dalam diri pribadi yang seringkali menjadi batu sandungan seseorang untuk tumbuh dan berkembang. Dengan mengenali dan dibekali strategi untuk menghadapi suara negatif ini, harapannya adalah para single mama dapat membangkitkan kembali semangat hidupnya yang sempat terpuruk akibat perceraian.

April Gunawan (Holistic Healer dan DNA Tracking Expert) Ajak Komunitas SMI Kenali Potensi Diri

April Gunawan (Holistic Healer dan DNA Tracking Expert) Ajak Komunitas SMI Kenali Potensi Diri

Selain itu, memperhatikan kesehatan & mengenali potensi diri harus menjadi prioritas seorang single mama untuk terus melanjutkan hidup. Sesi topik yang dibawakan oleh April Gunawan Wijayakusuma, holistic healer dan pakar DNA tracking ini mengajak peserta untuk  mengenali potensi diri lebih dalam lagi sehingga dapat membaca peta jati diri, karakteristik jiwa dan panggilan hati mereka.

SMITalk oleh SMI juga memberikan kesempatan bagi member yang memiliki usaha untuk mempromosikan produk-produk ciptaannya, baik berupa makanan, minuman maupun bentuk prakarya seperti tas, gelang dan lainnya. Kemitraan dengan anggota pemilik wirausaha merupakan salah satu proyek terkini SMI untuk membantu meningkatkan pengembangan usaha mereka.

Tips mengenalkan konsep perceraian pada Si Kecil

Maureen berbagi pengalaman memperkenalkan Alex (11) dengan istilah perceraian sejak usianya masih meginjak 3 tahun. Bagaimana caranya?

Aktivis perempuan penggagas Single Moms, Maureen Hitipeuw (kiri) bersama putranya Alex di Jakarta, Sabtu (11/4).

Aktivis perempuan penggagas Single Moms, Maureen Hitipeuw (kiri) bersama putranya Alex di Jakarta, Sabtu (11/4).

1. Positive vibe! “Saat itu saya katakan kami sudah hidup terpisah; tidak lagi tinggal di rumah yang sama. Tetapi tentu saja Alex masih dapat bertemu dengan daddynya dalam berbagai kesempatan. Penting juga untuk mengungkapkan kepada Si Kecil bahwa ia tidak akan kehilangan sosok papanya.”

2. Jujur. Saat menginjak usia lebih dewasa, sekitar 7 – 10 tahun, anak – anak akan semakin kritis bertanya tentang keberadaan papanya. Berdasarkan pengalaman saya, lebih baik ungkapkan alasan yang sesungguhnya bahwa suami tidak lagi tinggal satu rumah dengan kita. Jangan katakan bahwa ia sedang pergi bekerja, misalnya, dan akan kembali suatu hari nanti. Anak – anak akan bertanya di masa mandatang tentang waktu kepulangan orangtuanya. (Nathalie Indry/KR/Photo: dok. Single Moms Indonesia)

 

Shares