Parenting

Yang Perlu Kita Tahu Tentang Bullying

By  | 

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan adanya peningkatan kasus bullying di kalangan pelajar Indonesia, terlihat dari angka pelaku bullying yang bertambah. Pastikan Si Kecil terhindar dari perbuatan tidak menyenangkan ini dan memahami cara menghadapinya.

Ditemui dalam press conference “Let’s Speak Up! Suarakan Semangat Positifmu Dengan Kenyalnya Yupi Yang Bikin Happy” yang diadakan oleh PT. Yupi Indo Jelly Gum, Kamis (2/11/2017), psikolog Yasinta Indrianti, M.Psi mengungkapkan bahwa kasus bullying yang terjadi di lingkungan sekolah merupakan problem sosial yang menjadi tanggung jawab bersama untuk segera diselesaikan, “Tidak bisa hanya mengandalkan peran aktif tenaga pengajar di sekolah. Problem ini membutuhkan kepedulian semua lapisan masyarakat termasuk kita, orangtua dan pemerintah untuk dapat segera diselesaikan,” ujarnya.

Ki-Ka) Anna Lumintang (Marketing Manager PT. Yupi Indo Jelly Gum), Bella Anastasya (Mantan Korban Bullying) dan Yasinta Indrianti, M.Psi, psikolog dari EduPsycho Research Institute

Ki-Ka) Anna Lumintang (Marketing Manager PT. Yupi Indo Jelly Gum), Bella Anastasya (Mantan Korban Bullying) dan Yasinta Indrianti, M.Psi, psikolog dari EduPsycho Research Institute

Menurut Yasinta, ada beberapa faktor yang menjadi pemicu terjadinya bullying:

1. Arahan negatif pencarian jati diri. Anak – anak di usia remaja sedang mengalami gejolak perkembangan diri. Jika tidak diarahkan dengan benar, melalui aktivitas positif, maka efek pencarian jati diri itu akan disalurkan dalam bentuk negatif seperti menyerang teman – teman lain yang terlihat lebih lemah.

2. Tidak ada perlawanan. Perilaku bullying dapat terjadi juga karena tidak adanya perlawanan dari lingkungan sekitar. Yang terjadi adalah, karena tidak ingin dianggap tidak suportif terhadap pelaku bullying, bukannya membela/melawan, teman – teman sesama di sekolah seringkali ikut mengejek dan menertawakan Si Korban.

3. Hubungan dengan orangtua kurang harmonis. Dalam fase remaja, anak – anak membutuhkan teman yang dapat dipercaya untuk mencurahkan segala isi hati & perasaan yang dialami. Jika hubungan antara Si anak dengan orang tua tidak dapat dijembatani dengan komunikasi yang baik, maka mereka akan cenderung tumbuh menjadi anak yang tidak terkontrol perilakunya. Bully hanyalah salah satu tindakan negatif yang bisa mereka lakukan.

Supportive Teacher

Menurut data KPAI, sejak tahun 2011 hingga 2016 telah ditemukan sekitar 253 kasus bullying, terdiri dari 122 anak yang menjadi korban dan 131 anak menjadi pelaku. Data ini tidak jauh berbeda seperti yang diungkapkan oleh Kementrian Sosial. Hingga Juni 2017, Kementrian Sosial sendiri telah menerima laporan 976 kasus di mana sebanyak 117 kasus adalah terkait bullying.

“Kondisi inilah yang mendorong Yupi sebagai produsen permen gummy nomor satu di Indonesia mengajak anak muda menyebarkan sikap positif untuk prestasi yang lebih baik lagi melalui kampanye Let’s Speak Up!,” ungkap Anna Lumintang (Marketing Manager PT. Yupi Indo Jelly Gum). Kampanye yang digelar sejak bulan September 2017 ini mengusung kegiatan edukasi ke beberapa sekolah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi & mengusung kegiatan puncak Yupi Got Talent untuk menjadi ajang para remaja untuk berekspresi, tampil percaya diri, serta menunjukkan bakat mereka.

Karena menurut Yasinta, cara terbaik untuk melawan aksi bullying adalah dengan berani melawan & mengarahkan anak – anak menemukan bakat sehingga dapat disalurkan melalui kegiatan yang lebih positif. (Nathalie Indry/KR/Photo: Dok. Yupi, Istockphoto.com)

Shares