Health

If I Had One More Day to Live …

By  | 

Mamas, pernahkah terpikir oleh Anda apa yang akan dilakukan jika hidup Anda tinggal satu hari lagi? Tentu Anda akan memikirkan hal-hal yang paling berharga ya. Saya sendiri, jika ditanya, akan memilih untuk meminta maaf pada orang-orang di sekeliling dan menghabiskan waktu untuk melakukan hal simpel bersama keluarga selama mungkin. Lalu bagaimana dengan anak-anak pengidap penyakit berat yang sudah sangat sulit untuk disembuhkan, seperti kanker atau HIV? Keinginan dan mimpi mereka sangat beragam, namun sangat simpel dan menyentuh. Ada yang ingin main perosotan air, ada yang ingin sekolah, dan ada juga yang ingin menjadi artis. Yang pasti, apapun mimpi kita, tujuannya adalah untuk meninggalkan dunia dalam keadaan bahagia.

Talkshow

Untuk itulah, pada tahun 2006, pelopor asuhan paliatif di Indonesia, Yayasan Rumah Rachel didirikan guna mengelola rasa nyeri, dan memberi dukungan emosional juga sosial bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera yang menderita kanker stadium akhir dan HIV AIDS. “Visi kami adalah tidak ada lagi anak yang harus hidup atau meninggal dalam kesakitan,” ungkap CEO Yayasan Rumah Rachel, Kartika Kurniasari. Dan hari ini, Kamis, 13 Oktober 2017, dalam rangka Hari Asuhan Paliatif Sedunia, Yayasan Rumah Rachel meluncurkan The Living Wall, yakni papan tulis raksasa untuk mengundang masyarakat menjawab pertanyaan, apa yang akan dilakukan jika hari ini adalah hari teakhir Anda?

Tujuan dari The Living Wall adalah untuk merenungkan betapa berharganya setiap hari yang kita miliki, serta menyadarkan kita semua bahwa banyak anak-anak yang hidup dengan penyakit berat dan mungkin tidak memiliki hari esok. The Living Wall ini diletakkan di Atrium Cilandak Town Square hingga tanggl 15 Oktober 2017 mendatang. Acara peluncuran instalasi The Living Wall ini juga diisi dengan talk show yang membahas seputar Asuhan Paliatif. Turut berpartisipasi sebagai pembicara, dr. Edi Setiawan Tehuteru, seorang dokter spesialis onkologi anak, Kartika Kurniasari, CEO Yayasan Rumah Rachel, dan Maya Hasan, harpist kenamaan Indonesia, juga Ibu Yuni Dwi Lestari, mama dari almarhum Rangga.

Performing Maya Hasan

Dalm bincang-bincang tersebur, dr. Edi menerangkan mengapa asuhan paliatif ini sangat penting bagi anak penderita penyakit berat. Sementara itu, Maya Hasan menjelaskan bagaimana musik juga merupakan bagian dari asuhan paliatif. Tak perlu jenis musik tertentu untuk memberikan efek rileks bagi penderita penyakit berat, musik apapun yang bisa membuat ia bahagia dapat menjadi terapi untuk mengurangi rasa nyeri. Dan Ibu Yuni sharing pengalamannya selama Rangga dirawat oleh Yayasan Rumah Rachel. Meski jiwanya tak dapat diselamatkan, namun ia pergi dalam kondisi tenang dan bahagia.

Acara talk show diakhiri dengan persembahan dari Maya Hasan yang membawakan lagu Happy dari Pharrel Williams. Lagu ini seolah mengajak kita semua untuk tetap optimis dan bahagia, seburuk apapun kondisi yang kita alami saat ini. So Mams, what would you do if you had one more day to live? Mungkin Anda bisa memeluk Si Kecil selama Anda bisa, membahagiakan orangtua, atau berbuat sesuatu untuk sesama. Bagi Anda yang ingin menjadi relawan, Anda bisa mendaftarkan diri di www.rachel-house.org. You have never really lived, until you have done something who can never repay you(Karmenita Ridwan/Photo: Dok. Yayasan Rumah Rachel)

Shares