Parenting

Ketika Si Kecil Banyak Maunya

By  | 

Apakah balita Anda saat ini sedang sering minta ini dan itu? Mungkin awalnya Anda akan mengabulkan permintaannya. Namun saat jadi terlalu sering dan bahkan seringkali berubah keinginan, mungkin lama-lama Anda akan jadi bingung, dan bahkan malah jadi kesal ya, Mamas. Jangan khawatir menghadapi tingkah laku Si Balita yang sedang banyak maunya ini. Hal ini normal kok, Mams karena di masa ini Si Kecil sedang belajar mengontrol dirinya.

Fase seperti ini biasanya akan dialami anak pada saat ia sudah mulai bisa mengucapkan kalimatnya secara utuh dan lengkap. Ia juga sudah dapat mengetahui apa keinginannya, serta bisa mengutarakannya kepada orang lain. Hal inilah yang jadi penyebab mengapa anak jadi sukar diatur dan diarahkan. Mereka pun juga cenderung tidak bisa mengontrol keinginannya.

Bagi Si Kecil, mengungkapkan banyak keinginan merupakan tanda:

  1. Ekspresi diri. Keinginan Si Kecil yang selalu diutarakan kepada orangtuanya sebenarnya merupakan bentuk ekspresi diri yang muncul alami. Keinginan tersebut merupakan sarana yang ia gunakan untuk mengungkapkan konsep diri yang akan memengaruhi perkembangan mentalnya kelak. Sangat baik jika Anda tetap mempertahankan sifat tersebut, sebab kelak anak akan memiliki inisiatif tinggi dan mengerti apa yang diinginkannya.
  2. Egosentris. Sifat ini umumnya muncul pada usia 15 bulan atau saat anak sudah sadar akan dirinya sendiri namun belum mampu melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari kaca mata dirinya. Lantaran sifat ini juga, anak balita selalu ‘here and now’. Bila ingin sesuatu harus didapat saat itu juga alias tidak mau menunggu. Misal, saat ia minta makan kue cokelat pada malam hari, maka ia akan memaksa untuk mendapatkannya saat itu juga. Contoh lain, Si Kecil merebut mainan temannya. Meski temannya menangis, ia tidak peduli karena ia merasa “Saya menyukai dan menginginkannya, jadi saya harus mendapatkannya.”
  3. Mulai memahami konsep. Saat usianya memasuki tiga tahun, Si Kecil akan mulai paham berbagai macam konsep baru yang ia pelajari. Fase ini merupakan saat tepat bagi anak untuk mengungkapkan kemampuan berpikirnya dalam membayangkan sesuatu. Ia pun jadi gemar mengungkapkan dan bahkan meminta apa yang dibayangkannya. Tidak heran, saat ia baru selesai menonton film kartun favoritnya, tiba-tiba anak meminta sesuatu yang tidak terduga, seperti skateboard yang bisa terbang seperti milik Miles dalam tokoh Miles from Tomorrowland.

Cara Menghadapinya

Bila dilihat dari perkembangan kognitif, sifat ini akan mulai menghilang saat usia anak enam tahun. Karena semakin besar anak, lingkungan sosial akan menuntut ia untuk sadar akan lingkungan, selain sadar diri. Nah, pada saat usianya menginjak tiga tahun, sebenarnya anak sudah mulai sadar akan tuntutan sosial tersebut namun diperlukan pula dukungan orangtua untuk mengubahnya. Sifat ini bila dibiarkan terus, dengan membiarkan anak selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, dapat menetap hingga Si Kecil beranjak dewasa nantinya.

  1. Terapkan aturan. Misalnya, Anda hanya membelikan mainan untuk Si Kecil sebanyak 1-2 buah dalam sebulan. Kalau ia meminta lagi, maka ingatkan padanya mengenai perjanjian yang sudah dibuat sebelumnya, dan mainan apa yang sudah Anda belikan untuknya di bulan itu. Jelaskan pula padanya, kapan ia boleh meminta mainan lagi.
  2. Beri pengertian. Walau masih sulit memberi pengertian pada balita, namun orangtua sudah harus mulai menerapkan aturan yang disertai pengertian kepada anak bahwa tidak semua keinginan harus terpenuhi. Pada contoh kasus kue cokelat di atas, berilah anak pengertian. Misalnya, ”Hari sudah malam, Dik, tokonya sudah tutup sekarang. Besok pagi, setelah tokonya buka, baru kita bisa beli kue cokelatnya.” Dan perlu diingat juga, kalau aturan yang Anda berikan padanya ini juga harus konsisten ya, Mamas.
  3. Negoisasi. Misalnya, saat Anda dan Si Kecil hendak pergi ke mal untuk membeli sepatu yang ia inginkan. Namun setibanya di mal, ia juga menginginkan tas bergambar tokoh favoritnya. Maka Anda bisa bernegoisasi dan buat kesepakatan, misalnya, “Oh, Adik ingin tas yang itu? Bukannya kita ke mal ini karena Mama mau membelikan sepatu? Jadi, mau beli tas atau sepatu? Mama cuma mau membelikan salah satu saja. Kalau mau beli tas, berarti Adik tidak jadi beli sepatu ya.” Mungkin kemudian Si Kecil akan menanggapinya dengan marah atau menangis karena kebutuhannya tidak terpenuhi. Kalau sudah begini, jangan terpancing emosi. Jangan malu dan ragu memperlihatkan sikap tegas dan konsisten meski di ruang publik. Tetap tenang dan katakan baik-baik. “Kamu boleh menangis dan Mama tunggu di kursi itu ya, sampainangisnya selesai. Tapi Mama tetap tidak akan membelikan keduanya.”
  4. Konsisten. Anda juga harus konsisten dengan aturan yang Anda buat sendiri ya, Mamas. Sekali saja Anda melanggar aturan Anda sendiri karena tak tega menghadapi tangisnya, maka Si Kecil akan menjadikan kelemahan Anda ini sebagai senjatnya di lain waktu.

Selama Anda tegas dan konsisten dengan aturan yang Anda buat, maka secara perlahan Si Kecil akan belajar mengendalikan dirinya. Sejak dini anak harus tahu, tidak semua permintaannya harus dipenuhi karena ada regulasi atau peraturan yang disepakati. Dengan belajar menahan keinginan, sistem regulasi emosi dan kontrol kebutuhan pada dirinya akan bekerja baik. Efeknya, akan membuat anak menjadi lebih mudah mengatur diri dan menata hidupnya. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bisa mengontrol emosinya ketika keinginannya tidak terpenuhi. Ia juga fleksibel dan dapat menerima kondisi tersebut dengan tetap menunjukkan perilaku baik, misalnya, tidak mudah ngambek. (Tammy Febriani/LD/Photo: Istockphoto.com)

Shares