Health

Kenali Lebih Jauh tentang Hamil Anggur

By  | 

Pernahkah Mamas mendengar istilah hamil anggur? Bila belum, yuk simak penjelasan Smart Mama berikut.

Pengertian
Hamil anggur merupakan tumor jinak yang tumbuh di dalam rahim. Kondisi ini dapat terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi dan  plasenta, tidak berkembang normal. Akibatnya, sel-sel abnormal tersebut akan membentuk sekumpulan kista. Hamil anggur termasuk masalah kesehatan yang jarang terjadi. Namun kondisi ini perlu ditangani secepat mungkin guna menghindari  risiko  komplikasi.

Penyebab dan Jenis Hamil Anggur
Hamil anggur disebabkan ketidakseimbangan kromosom sehingga plasenta dan janin tidak terbentuk benar dan kemudian malah membentuk jaringan gelembung berisi cairan yang apabila dilihat seperti buah anggur.

Jenis hamil anggur meliputi:

  1. Hamil anggur lengkap, yaitu ketika jaringan plasenta dan janin tidak terbentuk sama sekali, sehingga yang ada hanyalah massa sel abnormal seperti anggur (mole).
  2. Hamil anggur sebagian, yaitu ketika jaringan plasenta dan janin sebagian tumbuh abnormal dan disertai pertumbuhan mole. Pada kondisi ini janin tidak dapat berkembang menjadi bayi.

Kebanyakan hamil anggur bersifat non-kanker dan terbatas pada uterus, namun ini merupakan bentuk prakanker yang artinya berisiko menjadi kanker invasif, yaitu bisa masuk ke dalam jaringan lebih dalam dan dapat menyebar. Jaringan yang berkembang menjadi kanker disebut koriokarsinoma, meskipun jarang terjadi namun hal ini cukup membahayakan.

Gejala-Gejala Hamil Anggur
Hamil anggur pada awalnya menyebabkan gejala sama dengan kehamilan normal. Namun setelah beberapa waktu, gejala-gejala berikut bisa muncul:

  • Pendarahan, khususnya pada trimester pertama.
  • Mual dan muntah yang parah.
  • Hipertensi.
  • Kista ovarium.
  • Anemia.
  • Nyeri tulang panggul.
  • Perut yang tampak lebih besar dari usia kandungan seharusnya.
  • Keluarnya jaringan berbentuk anggur dari vagina.
  • Kadar HCG tinggi.

Karena kemiripan indikasinya dengan kehamilan biasa, kondisi hamil anggur cenderung tidak disadari orang yang mengalaminya. Periksakan diri Anda ke dokter sesegera mungkin jika merasakan kejanggalan pada kehamilan Anda ya, Mams to be. Biasanya gejala ini dialami di awal masa kehamilan.

Faktor Risiko Hamil Anggur

Terdapat beberapa faktor yang diduga bisa mempertinggi risiko seorang wanita untuk hamil anggur, yaitu:

  • Pernah mengalami hamil anggur sebelumnya.
  • Pernah keguguran.
  • Usia ibu saat hamil. Risiko hamil anggur cenderung lebih tinggi untuk wanita yang hamil pada usia 20 tahun ke bawah atau 40 tahun ke atas.

Mendiagnosis Hamil Anggur
Hamil anggur cenderung menyebabkan gejala sama dengan kehamilan normal sehingga bisa sulit terdeteksi tanpa pemeriksaan lebih mendetail, yaitu melalui USG dan tes darah.

Kondisi ini umumnya diketahui melalui proses USG pada trimester pertama kehamilan, tepatnya minggu ke-10 hingga ke-14. Tes darah juga akan dianjurkan guna mengukur kadar hormon HCG Anda yang berhubungan dengan kehamilan.

Penanganan Hamil Anggur
Jika positif didiagnosis hamil anggur, dokter akan menganjurkan Anda untuk menjalani penanganan secepatnya. Ini dilakukan untuk mencegah komplikasi.

Operasi pengangkatan jaringan abnormal pada hamil anggur merupakan metode penanganan utama yang disarankan. Langkah ini dapat dilakukan melalui beberapa prosedur yang meliputi:

  • Kuret.
  • Histerektomi atau pengangkatan rahim. Tapi proses ini hanya dilakukan jika Anda tidak ingin memiliki keturunan lagi.
  • Kemoterapi.
  • Radiasi.

Setelah menjalani prosedur pengangkatan, dokter akan mengulangi pemeriksaan kadar hormon HCG. Pasien yang masih memiliki hormon HCG biasanya membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Proses pemeriksaan HCG dilakukan tiap dua minggu selama setengah hingga satu tahun untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel abnormal yang kembali tumbuh. Sel-sel tersebut umumnya akan mati dalam rahim pada sebagian besar pengidap. Namun bila masih ada sel yang belum mati, tindakan kemoterapi harus dilakukan ya, Mamas.

Selama menjalani proses pemantauan ini, Anda dianjurkan menunda kehamilan. Sedangkan pasien yang menjalani kemoterapi umumnya akan kembali mengalami siklus menstruasi dalam setengah tahun setelah proses pengobatan selesai. (Tammy Febriani/LD/Photo: Istockphoto.com)

Shares