Education

Perilaku Si kecil yang Tak Seharusnya Diabaikan

By  | 

Terkadang Si Kecil berperilaku buruk, dan tanpa sadar, selama ini Anda mengabaikan perilakunya ini. Berikut beberapa perilaku buruk yang seringkali mereka lakukan, dan bagaimana menghentikannya.

Menyela Ketika Anda Berbicara
Si Kecil mungkin sangat bersemangat memberitahu Anda tentang sesuatu atau mengajukan pertanyaan, tetapi membiarkannya menyela saat Anda berbicara terutama saat sedang ada tamu, akan membuatnya jadi tidak sopan dan tak menghargai orang lain. Akibatnya, ia akan berpikir bahwa dirinya berhak selalu mendapatkan perhatian orang lain,” ujar psikolog Jerry Wyckoff, Ph.D., salah satu penulis buku Getting Your Child From No to Yes.

Cara menghentikannya: Lain waktu saat Anda  menelepon atau menerima tamu, beritahu Si Kecil bahwa ia harus tenang dan tidak mengganggu Anda sementara Anda sedang sibuk. Kemudian beri ia suatu kegiatan seperti menggambar, atau membiarkan ia bermain dengan mainan yang memang selalu Anda simpan. Jika ia menarik tangan Anda saat Anda berbicara, arahkan ia duduk di kursi dan katakan padanya untuk duduk di sana dengan tenang sampai Anda selesai. Biarkan ia tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan apa yang diminta ketika ia menyela Anda. Dan segera tanggapi Si Kecil saat Anda sudah selesai dengan kegiatan Anda.

Bermain Kasar
Anda harus menegur Si Kecil saat ia mulai bermain kasar dengan teman-temannya, seperti memukul, mencubit, atau mendorong. “Bila Anda menganggap lalu sikapnya ini, perilaku kasar akan menjadi kebiasaan yang mengakar dan akan muncul pemikiran bahwa menyakiti orang lain adalah hal yang bisa diterima,” ujar Michele Borba, Ed.D., parents adviser dan penulis buku Don’t Give Me That Attitude!: 24 Rude, Selfish, Insensitive Things Kids Do and How to Stop Them.

Hentikan sikap kasarnya dengan menegurnya saat itu juga saat ia berlaku kasar dengan memintanya agar menjauh sebentar dari teman-temannya. Lalu, katakan padanya, “Kamu baru saja menyakiti temanmu, Sayang. Bagaimana coba, seandainya ia melakukan hal sama pada dirimu?” Biarkan ia mengetahui bahwa menyakiti orang lain itu tidak diperbolehkan. Sebelum playdate selanjutnya, ingatkan ia tak berlaku kasar pada teman-temannya dan ajarkan ia bagaimana harus bersikap bila ia merasa marah atau ingin bergantian bermain. Bila ia mengulanginya lagi, segera akhiri playdate.

Berpura-pura Tidak Mendengar Anda
Seringkali Si Kecil tak menggubris saat Anda memintanya mengembalikan mainan miliknya ke tempat penyimpanan, atau saat memintanya masuk ke dalam mobil, walau Anda telah berulangkali memintanya. “Mengingatkan Si Kecil berulangkali hanya akan membiasakannya menunggu permintaan Anda berikutnya daripada langsung melakukannya saat pertama kali Anda memintanya,” urai psikolog Kevin Leman, Ph.D., yang juga penulis buku First-Time Mom: Getting Off on the Right Foot – From Birth to First Grade.

Daripada terus memintanya dari seberang ruangan, sebaiknya Anda menghampiri Si Kecil dan katakan padanya apa yang harus ia lakukan. Buat agar ia menatap Anda saat Anda bicara padanya dan merespons permintaan Anda dengan mengucapkan, “Ya, Mama”. Sentuh pundaknya, panggil namanya, dan bahkan Anda bisa mematikan televisi untuk mendapatkan perhatiannya. Dan bila ia masih juga tak bergeming, beri ia konsekuensi atas apa yang ia lakukan. Seperti tidak ada playdate untuk minggu ini, atau jatah ia menonton televisi di hari itu akan dikurangi.

Melakukan Sesuatu Tanpa Izin
Akan sangat memudahkan bagi Anda bila Si Kecil bisa mengambil sendiri snacknya atau menyalakan sendiri DVD film yang ingin ia tonton. Tapi membiarkan ia dapat melakukan sesuatu yang seharusnya tetap berada dalam kontrol Anda, pada akhirnya hanya akan menyulitkan Anda untuk engontrol banyaknya snack yang boleh ia makan, dan berapa lama ia boleh menonton televisi. “Akan terlihat lucu bila anak Anda yang berusia dua tahun, mengambil sendiri kue dari rak supermarket dan memasukkannya ke dalam trolley belanja, tapi tunggu hingga ia berusia delapan tahun dan pergi ke rumah temannya tanpa izin dari Anda, itu tak lagi lucu bagi Anda,” ingat Dr. Wyckoff.

Buat beberapa peraturan di rumah, dan bicarakan tentang peraturan ini pada Si Kecil. Jelaskan padanya bahwa ia harus menanyakan kepada Anda terlebih dahulu apakah ia boleh makan permen atau tidak, misalnya. Dan bila ia menyalakan sendiri televisi di rumah, minta ia segera mematikan televisi saat itu juga. Dan minta ia meminta izin lebih dahulu pada Anda apakah ia boleh menonton televisi atau tidak. Anda harus tegas dengan peraturan ini agar peraturan yang dibuat tak hanya jadi wacana saja.

Tidak Sopan
Anda pasti tak ingin Si Kecil berlaku tidak sopan dengan Anda ataupun orang lain. Perilaku ini biasanya dimulai sejak ia memasuki usia prasekolah. Seringkali mereka melakukan hal-hal tidak sopan untuk melihat bagaimana reaksi Anda. Seperti misalnya, berbicara dengan intonasi tinggi seperti membentak atau berteriak, atau memutar bola matanya seperti seakan-akan malas mendengar perkataan Anda. “Beberapa orangtua seringkali mengabaikan hal itu karena berpikir Si Kecil akan segera melalui fase itu. Namun bila Anda tidak bereaksi dengan tingkah lakunya, Si Kecil nantinya malah berkelanjutan tidak menghargai Anda, teman-teman, gurunya di sekolah, atau orang lain yang usianya lebih tua,” ujar Dr. Borba.

Pastikan anak memahami bahwa perilakunya bukanlah hal baik. Katakan padanya, sebagai contoh, “Bila kamu memutar bola matamu seperti itu saat mama bicara padamu, itu menunjukkan bahwa kau tidak menyukai apa yang mama katakan padamu”. Mengatakan ini pada Si Kecil bertujuan untuk memberitahukannya bahwa apa yang ia lakukan itu tidak sopan. Bila perilakunya ini masih berlanjut, Anda bisa menolaknya berinteraksi dengannya atau meninggalkannya saat ia berlaku tak sopan. Katakan padanya, “Telinga mama tidak bisa mendengarmu bila kamu mengatakannya dengan cara seperti itu. Kalau kamu sudah bisa bicara sopan, mama akan mendengarkan apa ucapanmu.”

Gemar Berbohong
Awalnya mungkin ini terlihat bukan masalah besar saat ia mengatakan pada Anda bahwa ia sudah merapikan sendiri tempat tidurnya, padahal ia hanya menutupinya dengan selimut, atau mengatakan pada teman-temannya bahwa ia sudah pernah pergi ke Disneyland padahal sebenarnya naik pesawat saja ia belum pernah. “Berbohong akan secara otomatis bisa menjadi kebiasaan bila ia menganggapnya itu adahal termudah yang bisa ia lakukan agar terlihat lebih hebat dibandingkan teman-temannya, menghindari ia melakukan sesuatu yang tak ia inginkan, atau untuk menutupi kebohongan yang pernah ia lakukan sebelumnya,” urai Dr. Wyckoff.

Hentikan kebiasaannya itu dengan segera mengajaknya bicara saat Anda mendapatinya berbohong. Katakan padanya, “Pasti akan sangat menyenangkan pergi ke Disneyland, mungkin kita bisa pergi ke sana suatu saat nanti. Tapi, jangan katakan pada Ben bahwa kamu pernah ke sana, padahal sebenarnya kamu belum pernah”. Jelaskan padanya, bahwa bila ia gemar berbohong, maka orang lain tak akan pernah lagi percaya dengan apa yang ia katakan. Cari tahu apa tujuannya saat ia berbohong, dan saat ia berbohong, pastikan bahwa itu tidak berhasil. Seperti misalnya, saat ia berbohong dengan mengatakan pada Anda bahwa ia sudah menyikat giginya, pastikan agar ia benar-benar segera menyikat giginya. Atau ceritakan sebuah cerita tentang orang yang suka berbohong seperti The Boy Who Cried Wolf, cerita tentang seorang penggembala domba yang gemar berbohong dengan para penduduk desa kalau ada serigala yang akan memangsa para dombanya hanya untuk menertawakan orang-orang yang telah ia bohongi. Namun akhirnya, saat serigala benar–benar datang, dan ia meminta pertolongan pada para penduduk, tak ada lagi penduduk yang percaya dengan permintaan tolongnya itu. Dan akhirnya, Sang Serigala pun memangsa domba-dombanya. “Cerita anak akan membantu Si Kecil melihat suatu permasalahan dari sisi luar,” ujar Hohlbaum, penulis buku Diary of a Mother: Parenting Stories and Other Stuff. (Tammy Febriani/LD/Photo: Istockphoto.com)

Shares