Mind

Hindari Terjebak dalam Toxic Friendship

By  | 

Dalam persahabatan, tentunya dibutuhkan rasa saling empati, peduli, jujur, dan saling menghargai. Namun bagaimana bila rasa tersebut hanya dimiliki oleh Anda saja, dan tidak sebaliknya? Bisa jadi, sahabat Anda adalah tipe toxic friend. Berikut tanda-tanda bagaimana mengenali si toxic friend:

  • Egois. Ia hanya ingin selalu didengar dan terus mendapat perhatian. Ia bahkan tidak peduli pada perasaan Anda dan masalah yang Anda hadapi.
  • Suka bergosip. Segala hal bisa jadi bahan bergosip, namun jarang terbukti kebenarannya.
  • Sering berbohong. Setiap kata-kata yang keluar darinya sama sekali tak bisa bisa dibuktikan kebenarannya.
  • Merusak mood. Setiap kali bertemu dengannya, ada saja hal yang membuat mood Anda berantakan, stres, dan lelah secara emosi karena mendengarkan semua cerita dan perilakunya.
  • Membawa aura negatif. Seringkali membuat Anda merasa buruk atau minder, ketimbang membuat Anda merasa positif dengan diri dan masalah Anda.
  • Bermuka dua. Anda sering mendapatinya sedang bersama orang yang sering ia keluhkan atau jelek-jelekkan di hadapan Anda.
  • Posesif. Anda jadi tidak bisa melepaskan diri satu sama lain dan susah menerima kehadiran teman baru. Dan walau sadar sering dimanfaatkan olehnya, namun Anda susah melepaskan diri darinya.

 

Sebenarnya, setiap orang berpotensi menjadi toxic friend. Dan ada beberapa kondisi yang bisa menjadi alasan seseorang menjadi toxic friend, seperti:

  • Wanita hamil, menjelang haid, dan menopause. Gejolak hormon dalam tubuh dapat menjadi biang keladi emosi yang tak menentu.
  • Teman yang sedang mengalami masalah. Selain menjadi tempat mendengarkan ‘curhat’ nya, ia juga jadi menjadikan masalahnya sebagai ‘tameng’ untuk selalu minta diperhatikan.
  • Menyandang status baru. Saat seorang teman baru menduduki jabatan baru, baru menikah, atau mungkin baru bercerai, bisa jadi tidak dapat melewati perubahan status tersebut dengan baik, hingga tak heran bila mereka banyak berkeluh kesah.
  • Teman yang tidak percaya diri. Mereka yang cenderung memiliki low self esteem, bisa berpotensi menularkan rasa low self esteem-nya pada lingkungan terdekatnya. (Tammy Febriani/LD/Photo: Istockphoto.com)

Shares