Career

Saat Pekerjaan Mulai Mengancam Keharmonisan Rumah Tangga

By  | 

Bukan rahasia lagi ya, Mamas, banyak pria merasa terancam saat karier Sang Istri mulai meroket, apalagi jika sampai melebihi kariernya sendiri. Ditambah lagi seiring dengan naiknya jabatan, kesibukan Anda tentu semakin menumpuk yang berakhir dengan hilangnya waktu berdua dengan suami. Lalu bagaimana cara mengatasinya, haruskah Anda mengorbankan karier demi keutuhan rumah tangga? Yuk simak pembahasan Smart Mama berikut.

Kenali Ego Pria

“Saat saya naik jabatan dua tahun lalu, saya berharap suami sebahagia saya saat menerima kabar baik tersebut. Nyatanya, saat saya menyampaikan berita gembira itu, ia menyambutnya dengan ekspresi datar. Melihat wajah saya pun tidak, ia hanya menjawab “bagus dong”, tanpa mengalihkan pandangannya dari acara TV, ujar Sasha, yang berprofesi sebagai seorang General Manager Marketing di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. “Mulanya saya bingung, tapi lama kelamaan saya menyadari bahwa ia merasa “terancam” dengan jabatan baru saya,” tambahnya.

Senada dengan Sasha, Miranti, seorang Direktur Operasional sebuah perusahaan retail mengisahkan, “Empat tahun lalu, perusahaan tempat suami saya bekerja bangkrut, sehingga karyawan terpaksa dirumahkan, sementara karier saya sedang melambung. Wah, suami saya jadi super sensitif, apapun yang saya lakukan salah di matanya, saya hampir saja memilih untuk berpisah, namun untungnya kami masih dapat mempertahankan rumah tangga kami.”

Memang Mams, kita hidup di masyarakat yang menganggap suami adalah pemimpin dan tulang punggung keluarga sehingga banyak diartikan Sang Suami harus lebih sukses dari istrinya. Hal tersebut membuat pria tumbuh dengan pemikiran tersebut yang akhirnya merasa terkalahkan jika Sang Istri lebih sukses. Ditambah lagi sifat dasar pria memang suka bersaing, kondisi yang dinilainya “terbalik” ini akan mengancam harga dirinya.

Haruskah Mengorbankan Karier?

No, Mams! Semua bisa diatasi kok selama Anda tahu triknya, mama Sasha yang telah memiliki 3 anak tersebut berbagi pengalamannya, “Saya tidak terpancing emosi dengan sikapnya, dan membuktikan padanya bahwa tidak ada yang berubah dari ‘kami’. Lama kelamaan suami bisa beradaptasi dengan posisi baru saya. Meskipun, kalau saya meeting hingga malam hari, ia terus-terusan memantau saya. Tapi saya tidak menjadikan itu masalah yang besar,” ujarnya.

Sementara mama Miranti mengaku butuh perjuangan untuk bisa kembali normal seperti dulu, “Terus terang saja, kami hampir berpisah, apalagi pekerjaan menuntut saya untuk sering ke luar kota bahkan luar negeri, komunikasi kami jadi memburuk. Saya sendiri bukan orang yang bisa ‘merayu’ suami, sementara ia merasa semakin terpuruk dengan posisinya sebagai “bapak rumah tangga”. Tapi anak-anak menyadarkan kami, kasihan mereka. Akhirnya kami memutuskan  berkonsultasi ke psikolog. Di sana pikiran saya jadi terbuka, sebetulnya banyak hal yang dapat kami lakukan agar kembali harmonis, yakni saya harus tetap menganggapnya sebagai bagian penting dalam hidup saya, sementara ia harus meredam ego,” ungkap mama dua anak tersebut. “Kami juga memutuskan menggunakan tabungan sebagai modal usaha membuka car wash yang kini mulai tampak hasilnya. Dengan usaha keras tersebut, rumah tangga kami kembali harmonis,” tambahnya.

Nah, Mamas, berkaca dari pengalaman dua Smart Mama tersebut, Anda tetap bisa berkarier tanpa harus mengorbankan rumah tangga, intinya tetap memposisikan suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga Anda, dan jangan abaikan keberadaanya. Mintalah pendapat darinya setiap Anda akan mengambil keputusan.

Prioritaskan Keluarga

Masalah besar juga sering terjadi jika Anda terlalu memprioritaskan karier di atas keluarga. Untuk hal yang satu ini, bukan hanya suami, anak-anak Anda pun akan kekurangan perhatian. Maka dari itu, sejak awal berkarier, ada baiknya tanamkan dalam diri Anda untuk selalu mengutamakan keluarga. “Setelah berkonsultasi dengan psikolog pernikahan, saya dan suami membuat perjanjian, jika saya harus tugas ke luar kota, usahakan bisa pulang di hari yang sama, jadi tidak perlu menginap. Sebisa mungkin saya mengajak keluarga jika harus tugas luar saat weekend,” kata Miranti.

Sementara Sasha mengatakan, “Saya selalu memasak untuk keluarga saat weekend, dan menyediakan satu hari dalam seminggu untuk date night bersama suami. Saat holiday, traveling bersama adalah wajib hukumnya, saya selalu meminta cuti panjang pada atasan.” (Karmenita Ridwan/LD/Photo: istockphoto.com)

Shares