Parenting

5 Tips Menjaga Si Kecil (dan dompet Mams) Aman saat Online

By  | 

Safer Internet Day atau Hari Internet yang Lebih Aman jatuh pada 7 Februari lalu, dibuat dalam upaya berkelanjutan untuk memerangi potensi aktivitas online berbahaya yang dihadapi rata-rata penggunanya. Meskipun internet dapat menjadi alat pendukung Si Kecil untuk belajar, namun internet juga bisa menjadi tempat tumbuhnya kriminalitas.

Si Kecil sangat rentan menjadi korban kejahatan dunia maya, karena minimnya pengetahuan untuk menggunakan web dengan aman. Tapi di lain sisi, Si Kecil sangat cepat belajar dalam hal teknologi, sehingga lebih mudah untuk mengajari mereka tips keamanan berinternet yang diperlukan.

Dikutip dari rilis Acronis Cyber Protect Home Office, dengan pendekatan proaktif, Si Kecil dapat tetap aman saat online, dengan beberapa hal berikut ini:

1.Pantau kebiasaan bermain game onlineterutama kepada siapa mereka berbicara.

Game online sangat digandrungi dalam dekade terakhir. Game seperti Minecraft dan Roblox contohnya, game online ini memungkinkan Si kecil untuk terhubung dan bermain dengan orang-orang di seluruh dunia. Perlu Mams ketahui, hal ini sangat potensial mengundang predator yang melihat Si Kecil sebagai sasaran empuk. Sebuah penelitian baru-baru ini melaporkan bahwa lebih dari 40% anak-anak antara kelas empat dan delapan mengaku berbicara dengan orang asing secara online. Menakutkan? Tentu saja. Tapi meski ada ancaman seperti ini, masih ada hal yang dapat dilakukan kita sebagai orangtua untuk memastikan Si Kecil tetap bisa bermain seaman mungkin sambil menikmati manfaat sosial dari game online bersama teman-temannya. Misalnya saja, Mams dan Paps  dapat memastikan opsi chat—baik teks maupun suara—nonaktif, atau setidaknya nonaktif siapa pun yang tidak dikenal secara pribadi oleh Si Kecil. Ingatkan pula bahwa ia dapat memanfaatkan fitur “blokir” yang diterapkan dalam game ini, dan ia dapat menggunakannya secara bebas kepada siapa saja yang membuat mereka merasa tidak nyaman saat bermain.

2.Pastikan Si Kecil tidak dapat melakukan pembayaran dalam aplikasi atau online.

Selain mengambil langkah-langkah untuk memastikan Si Kecil aman dari orang asing, penting juga untuk memastikan mereka tidak dapat membeli apa pun di aplikasi dan situs web yang mereka gunakan. Game seluler memudahkan Si Kecil untuk membeli mata uang atau barang apapun dalam game. Proses transaksi ini dikenal sebagai transaksi mikro yang sangat mudah dilakukan hanya dengan beberapa ketukan sederhana yang bahkan balita dapat secara tidak sengaja mengaktifkannya. Sebuah studi menemukan bahwa lebih dari 8.2% orang tua yang melaporkan anak-anak mereka menghabiskan lebih dari US$100 atau senilai Rp.1,500,000,-  sebulan untuk pembelian game seluler. Pastikan akses pembayaran Anda terkunci di balik kata sandi, PIN, atau sidik jari, atau bisa juga metode pembayaran tersebut diblokir sepenuhnya pada aplikasi yang mungkin digunakan Si Kecil.

3.Jaga kerahasiaan data Si Kecil.

Pelanggaran privasi dan pencurian data adalah kekhawatiran yang berkembang di antara pengguna internet. Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan lebih dari 80% anak-anak memiliki jejak digital sebelum mencapai usia dua tahun, tentunya ini meningkatkan kekhawatiran tentang informasi apa yang mungkin dibagikan orangtua tentang anak-anak mereka. Selain itu, di usia ini Si Kecil masih belajar dan belum paham tentang informasi apa yang boleh dibagikan dan apa yang bersifat pribadi, bahkan percakapan antara teman tepercaya atau informasi pribadi yang disimpan di profil online pun berpotensi dilihat oleh orang yang salah. Ajari Si Kecil bahwa beberapa informasi, seperti alamat atau nama lengkap mereka, tidak boleh dibagikan secara online, di luar situs web yang disetujui dan digunakan oleh sekolah mereka. Selain itu, pastikan profil online Si Kecil disetel ke private sehingga mereka hanya dapat dilihat oleh pengguna lain yang disetujui. Saat memposting di media sosial tentang Si Kecil pun, perhatikan siapa yang dapat melihat apa yang Mams posting, apakah aman atau tidak.

4.Tinjau pengaturan akun anak Anda.

Selain mengatur akun Si Kecil menjadi “pribadi”. Hal ini memungkinkan Mams untuk membuat keputusan spesifik tentang bagaimana Si kecil dapat berinteraksi dengan platform. Misalnya, Mams dapat menonaktifkan pesan langsung (direct message), atau menetapkan batasan waktu harian untuk penggunaan aplikasi di ponsel atau tablet Si Kecil. Hal ini cukup penting mengingat studi lain juga menyebutkan bahwa 66% orangtua dengan anak-anak berusia 12-17 tahun melaporkan bahwa Si Kecil memiliki setidaknya satu akun media sosial, yang berpotensi mengekspos informasi sensitif kepada khalayak luas jika pengaturan privasi yang tepat tidak dikonfigurasi.

5.Tetap buka telinga.

Meskipun memantau penggunaan internet Si Kecil akan meminimalkan potensi ancaman yang mereka hadapi, tetap penting untuk membekali mereka dengan pengetahuan tentang cara menikmati aktivitas online dengan aman. Internet adalah tempat yang sangat besar, dan ancaman siber terus berkembang — secara realistis, Mams tidak dapat mempersiapkan pencegahan untuk setiap kemungkinan buruk yang terjadi. Itulah mengapa tips terpenting dari semuanya adalah melakukan percakapan yang terbuka dan jujur dengan Si kecil. Beri tahu mereka bahwa mereka selalu dapat berbicara dengan Anda tentang apa pun yang mereka lihat atau alami secara online, tanpa harus khawatir tentang konsekuensi negatif. Pastikan pula untuk terus mendampingi Si Kecil jika mereka menghadapicyberbullying (bullying yang dilakukan secara online). Karena faktanya, lebih dari setengah pengguna internet anak melaporkan bahwa mereka pernah menerima pesan yang melecehkan secara online. Hal ini dapat dikurangi jika Si kecil tahu cara memblokir dan mengabaikan pesan tersebut dengan benar.

Penggunaan internet yang semakin luas dan meningkat akibat adanya pandemi yang sempat membuat kita melakukan WFH maupun online school, tentunya membuka kesempatan lebih besar bagi penjahat siber di luar sana dalam mencari uang dan informasi sensitif. Mereka pun semakin pintar dengan taktik mereka. Tak perlu khawatir, karena dengan pengetahuan yang cukup, Mams dan keluarga dapat mencegah kejahatan siber. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. Freepik)

Shares