Health

Demam Berdarah Pada Anak, Bagaimana Mengenalinya?

By  | 

Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti.

Salah satu gejala Si Kecil mengalami demam berdarah adalah demam tinggi. Namun bagaimana mengenali apakah demam yang dialami Si Kecil adalah karena demam berdarah (DBD), atau sekedar demam biasa? Yuk simak penjelasan Dr. dr. Debbie Latupeirissa, Sp. A (K) dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

1.Bagaimana mengenali seorang anak mengalami DBD? Apa bedanya dengan demam biasa?

Penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh virus dengue. Yang namanya infeksi virus tentunya ada demam 2-7 hari. Bedanya dengan demam biasa, demam Si Kecil karena DBD mendadak tinggi, bisa mencapai 39°C atau lebih dan tidak ada gejala lain seperti batuk dan pilek.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan melihat juga lingkungan sekitar rumah, apakah disana ada yang sedang terjangkit DBD?

Selain demam tinggi, kadangkala Si Kecil juga dapat mengalami perdarahan seperti mimisan, perdarahan pada kulit, perdarahan gusi, hingga muntah. Namun paling sering perdarahan yang dialami adalah mimisan dan perdarahan kulit. Gejala lainnya bisa dibilang seperti infeksi virus pada umumnya seperti pegal, lemas kemudian nyeri di belakang mata. Kondisi ini membuat Si Kecil hanya maun tiduran saja, karena kalau bangun maka akan terasa sakit.

Kadangkala pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, demam ini tidak terlalu terlihat seperti pada anak usia 9 tahun kebawah. Hal ini dikarenakan mereka biasanya memiliki kegiatan yang lebih aktif, sehingga gejala tadi kurang dirasakan.

2.Apa penyebab DBD?

DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue, virus ini satu keluarga dengan flavivirus. Dalam kelompok ini banyak spesiesnya, seperti virus dengue, cikungunya, zika, yellow fever, dan lainnya. Perlu dipahami pula, bahwa DBD ini penyebabnya bukan nyamuk. Nyamuk hanya pengantarnya saja. Jadi selama ada virus dengue di suatu tempat, namun tak ada nyamuk sebagai carrier-nya maka tidak akan ada penularan.

3.Risiko yang mungkin terjadi pada anak penderita DBD?

Infeksi dengue bisa dari ringan sampai berat. Kalau ringan maka gejalanya adalah demam tinggi saja yang bisa membuat Si Kecil gelisah dan tak nyaman. Namun pada sebagian anak yang memiliki riwayat kejang demam, demam yang tinggi bisa mengakibatkan anak mengalami kejang demam. Namun kejang ini bukan karena virusnya, melainkan karena demam yang tinggi.

Komplikasi demam berdarah dengue yang berat terjadi kalau Si Kecil mengalami syok, dimana saluran kapiler darahnya mengempis atau kolaps karena isi cairan dari kapiler darahnya keluar. Kondisi ini mengakibatkan Si Kecil seperti kekurangan cairan dan mengakibatkan ia mengalami syok. Dan bila syok itu sudah semakin parah, maka yang terjadi adalah adanya perdarahan yang hebat seperti muntah darah, buang air besar berdarah, hingga perdarahan yang sukar berhenti karena trombosit rendah sekali dan disertai gangguan faktor-faktor pembekuan darah lainnya.

Komplikasi berat lainnya yang mungkin dialami Si Kecil selain syok dan perdarahan adalah adanya penurunan kesadaran dan bahkan ada juga yang bisa menyerang ginjal dan jantung, namun yang paling sering adalah syok dan perdarahan.  

4.Tips agar terhindar dari DBD?

Virus tidak akan bermultiplikasi kalau daya tahan tubuh anak tinggi. Meningkatkan daya tahan tubuh Si Kecil ini bisa dengan cara pemberian vaksin DBD, yaitu vaksin Dengvaxia.

Yang kedua adalah mengendalikan lingkungan dengan mencegah nyamuk pembawa virus dengue ini berkembang biak. Nyamuk ini kan sukanya berkembang biak di tempat yang bersih ya, jadi misalnya dengan menghindari genangan air bersih seperti kolam ikan atau bak mandi yang harus dibersihkan dan diganti airnya secara berkala. Begitu pula dengan genangan air yang tidak ada fungsinya bisa ditutup atau dikubur. Kalau di dalam kamar hindari banyak gantungan-gantungan dimana nyamuk bisa bertelur disitu.

Satu lagi dengan cara mematikan telur-telur nyamuk dengan cara abatisasi. Kita bisa menggunakan bubuk abate dengan memasukkan bubuk tersebut ke dalam sumber-sumber air tersebut sehingga telur-telur nyamuk akan mati.

Kalau dengan fogging maka hanya nyamuk dewasanya saja yang mati. Padahal nyamuk dewasa itu sudah bertelur banyak sekali dan tidak ikut mati. Maka abatisasi sebenarnya lebih efektif karena dapat mematikan telur nyamuk yang sangat banyak. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. Freepik)

Shares