Haruskah Kita Memata-matai Si Anak Remaja?

By  | 

Lewat media sosial, kita bisa mengetahui banyak hal tentang kehidupan Si Remaja. Baik tentang bagaimana perasaan mereka dan bahkan sedang berada di mana mereka saat itu. Tetapi apakah dengan alasan itu Anda kemudian memiliki ‘lisensi’ untuk selalu memeriksa media sosialnya?

Teknologi memang membuat semuanya jadi lebih mudah daripada sebelumnya untuk mengawasi anak-anak kita. Dan lebih dari setengah orangtua mengatakan mereka memeriksa akun media sosial anak-anak remaja mereka, termasuk juga selebriti papa yang juga analis baseball Alex Rodriguez. Alex mengakui bahwa ia pun tak tahan dengan godaan untuk tidak ‘memata-matai’ kegiatan anaknya dengan menggunakan akun Instagram palsu. Menurut Anda, haruskah kita benar-benar menelusuri feed sosial anak?

Walau bagaimanapun, aktivitas Si Kecil di sosial media dapat memberikan kita info apakah mereka mengalami masalah atau tidak. Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh JAMA Psychiatry pada September 2019 lalu, remaja usia 12-15 tahun yang menggunakan media sosial selama lebih dari tiga jam per hari, berisiko lebih tinggi untuk memiliki masalah kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, dan agresi.

Tak hanya itu saja, aktivitas media sosial juga berisiko dapat memengaruhi kesempatan mereka meneruskan pendidikan hingga perguruan tinggi dan bahkan memengaruhi pekerjaan di masa depan. Ada juga krisis opioid yang saat ini cukup mengkhawatirkan dan penelitian menunjukkan media sosial juga dapat mempengaruhi remaja untuk menggunakan narkoba. Dan yang terakhir, walaupun jarang terjadi, namun predator anak di dunia maya juga tak bisa dianggap enteng.

Empat puluh lima persen remaja mengatakan bahwa mereka online “hampir terus-menerus,” sehingga normal bagi setiap orangtua memiliki keinginan untuk melindungi mereka. Pertanyaannya menjadi: Apa garis batas antara membimbing, melindungi anak-anak dan mengganggu privasi mereka?

Apakah Kita Boleh Memata-matai Si Anak Remaja?

‘Spying’ atau memata-matai berkonotasi negatif, kata Gail Saltz, M.D., profesor psikiatri klinis di Rumah Sakit Presbyterian New York, Weill-Cornell Medical College dan psikoanalis dengan New York Psychoanalytic Institute. “Bila dilihat dari definisi kata ‘spying’, Mamas melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginan orang tersebut dan mengganggu privasi mereka. Padahal sebenarnya yang ingin Anda lakukan adalah memantau anak Anda,” katanya.

Lalu apa perbedaan antara mata-mata dan pemantauan? Para ahli mengatakan bahwa pemantauan berarti memeriksa sekitar sekali seminggu daripada setiap hari. Lisa Strohman, Ph.D., seorang psikolog klinis, menambahkan orang tua dapat menggunakan aplikasi, mengikuti remaja di media sosial, atau meminta kata sandi. Tetapi mereka harus selalu transparan dengan anak mereka dan menghindari penggunaan akun palsu. “Mamas dapat mengatakan pada Si Kecil, ‘Mama senang meminjamkan telepon ini untuk Kamu, namun tentunya dengan ketentuan penggunaan ya, kami akan memberikan pemantauan untuk memastikan Kamu aman,’ “saran Dr. Strohman.

Meski Anda telah mengatakan hal ini pada Si Kecil, namun tetap ada garis batas sejauh mana yang harus dipantau orang tua. Dr. Saltz menyarankan agar kita tidak melihat pesan teks, yang merupakan percakapan pribadi. “Anda tidak memiliki hak untuk memeriksa obrolannya dengan sang pacar,” katanya. “Pada tingkat tertentu, media sosial akan memberi Anda petunjuk tentang apa yang mungkin terjadi.”

Di sisi lain, ada juga saat-saat ketika orangtua bisa melangkah lebih jauh dari yang seharusnya. Jika seorang remaja menunjukkan tanda-tanda masalah serius, seperti bunuh diri, kita bisa melihat aktivitas digital yang sebelumnya terlarang seperti teks. “Jika Anda berpikir anak Anda mungkin berpikir untuk bunuh diri atau melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, maka batasan yang sebelumnya telah disepakati bisa dibatalkan,” kata Dr. Saltz. Tetapi selalu pastikan untuk berbicara dengan anak terlebih dahulu sebelum mengambil langkah lain, tambah Dr. Saltz.

Ajarkan Anak untuk Menggunakan Teknologi secara Bertanggung Jawab

Sebelum Si Remaja mendapatkan kunci mobil, mereka harus lulus tes mengemudi dan mendapatkan SIM. Namun berbeda dengan mendapatkan telepon genggam atau akses media sosial. Karena itu, ajarkan anak-anak cara agar tetap aman di media sosial dan menggunakannya secara bertanggung jawab sebelum Anda memberinya telepon genggam.

Namun perlu Mamas pahami juga bahwa anak-anak yang telah mendapat informasi dengan baik sekalipun, masih tetap bisa membuat kesalahan. “Jika anak memergoki Anda saat sedang mengecek telepon genggamnya, maka katakan, ‘Mama sedang melihat-lihat, dan Mama melihat ini,'” kata Dr. Saltz. Kemudian jelaskan mengapa keputusan mereka melakukan hal itu bukan ide yang baik.

Bila membuat akun palsu sangat tidak disarankan, lalu bagaimana sebaiknya sikap kita? Well, seperti halnya mengasuh anak, yang dapat Anda lakukan adalah yang terbaik yang bisa Anda berikan untuk anak-anak dengan menyediakan media pendukung yang terbaik untuk kesuksesan mereka nantinya. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. iStockphoto.com)

Shares