Parenting

Trik Bicara Tentang Seks pada Si Pre-teen

By  | 

Bingung? Sudah pasti ya, Mams. Pasalnya, di usia pre-teen, Si Kecil bukan lagi anak-anak, namun belum bisa masuk ke dalam kategori remaja. Di sisi lain, sebentar lagi mereka sudah memasuki usia puber, dimana rasa ingin tahu mengenai seks semakin tinggi, sehingga sangat penting untuk mendapat edukasi seputar seks. Jangan sampai Ia justru mencari informasi sendiri. Pertanyaannya adalah sejauh mana sih kita bisa bicara seputar seks dengan anak usia praremaja? Dan bagaimana cara kita sebagai orangtua untuk berbicara mengenai hal ini? Psikolog Liza Marielly Djaprie akan menjawab segala kebingungan Anda.

Liza Marielly Djaprie

Liza Marielly Djaprie

Flashback ke Masa Kecil

Saat Ia kecil dulu sudahkah Mamas menjelaskan pada Si Kecil mengenai perbedaan gender dan body parts sensitau yang Ia miliki? Karena menurut Liza, penting bagi kita untuk menjelaskan mengenai hal tersebut sejak dini atau usia balita, “Sejak dini, Si Kecil harus diperkenalkan dengan perbedaan gender, serta mengetahui bagian tubuhnya yang sensitif,” ungkap Liza yang juga mama dari 4 orang anak. Hal ini akan membantu anak mengetahui area tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain, termasuk orangtuanya dalam arti, papa tidak bisa menyentuh area sensitif anak perempuan, begitu pula sebaliknya.

Tak hanya itu, menurut Liza, orangtua juga tidak perlu mengganti nama kemaluan Si Kecil dengan nama lain, misalnya penis menjadi “burung” atau vagina menjadi “anu”. “Hal tersebut justru akan membuatsehingga saat terjadi sesuatu, pelecehan misalnya, Ia akan kesulitan untuk mengungkapkan pelecehan yang terjadi padanya. Harus jelas bahwa alat kelamin anak laki-laki adalah penis, dan perempuan adalah vagina,” ujar Liza

Nah, jika sejak kecil Mamas telah memberi penjelasan yang cukup pada anak, maka di usia preteen Anda tinggal melanjutkan sex education ke tahap berikutnya. Namun jika belum, maka Anda wajib memberi penjelasan kepada Si Preteen mengenai hal basic tersebut terlebih dahulu baru ke tahap berikutnya.

School kids running in elementary school hallway, front view

Preteen SOS

Di usia ini, curiosity anak sangat tinggi, khususnya mengenai masalah seksual. Liza mengatakan, ada beberapa poin yang urgent untuk didiskusikan bersama Si Preteen:

  • Perubahan fisik. Pada masa ini, biasanya mulai terlihat perubahan fisik pada anak, baik laki-laki maupun perempuan. Misalnya si anak laki-laki sudah tumbuh jakun, dan anak perempuan sudah mulai memiliki payudara. Jelaskan pada mereka bahwa hal tersebut wajar terjadi, dan artinya Ia akan segera menjadi remaja atau akil baligh.
  • Mimpi basah dan menstruasi. Menginjak usia preteen, dua hal ini akan segera terjadi pada mereka. Jelaskan dengan gamblang apa yang akan terjadi pada mereka, termasuk cara mengatasinya. Contohnya, tata cara menggunakan pembalut.
  • Peer pressure. Persiapkan mental Si Kecil jika mengalami pertumbuhan atau perubahan fisik yang tidak sama dengan teman sebayanya. Misalnya, Ia yang pertama kali mengalami menstruasi atau justru yang terlambat. Anda harus menjelaskan bahwa pertumbuhan setiap orang bisa berbeda-beda karena berbagai faktor seperti genetik atau nutrisi. Jadi, Ia tidak perlu merasa malu atau minder.
  • Seberapa jauh harus dijelaskan? Menurut Liza, tidak masalah bicara seks pada anak preteen secara detail hingga ke tahap penetrasi. Namun tentu saja penjelasan secara ilmiah ya, Mams.
  • Hindari miskonsepsi. Memang benar saat memasuki akil baligh, Si Kecil harus lebih berhati-hati dalam pergaulannya dengan lawan jenis. Namun demikian bukan berarti mereka tidak bisa lagi bermain bersama kan, Mams. Hindari memberi penjelasan yang akan membuat Si Kecil salah mengerti. “Jangan sampai anak salah persepsi, misalnya berpikir salaman atau berenang bersama anak laki-laki bisa hamil. Jelaskan seks secara clear, bahwa kehamilan hanya bisa terjadi jika ada pembuahan,” ungkap Liza.

Trik Diskusi Seks dengan Preteen

Salah satu tantangan orangtua saat berdiskusi tentang seks pada anak adalah bersikap sewajar mungkin. Namun menurut Liza, hal tersebutlah yang harus dilakukan. “Orangtua harus bisa bersikap wajar saat berbicara tentang seks, menyebut istilah atau organ tubuh sensitif pun harus sesimpel kita menyebut organ tubuh lain,” ujar Liza. Sikap orangtua ini akan memengaruhi persepsi anak mengenai seks, bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang natural namun ada aturannya.

Trik kedua adalah menggunakan buku atau tontonan mengenai pubertas untuk mengedukasi anak seputar masalah seksual. Cara ini juga bisa membuat suasana lebih cair, sehingga orangtua tidak jengah jika harus menjelaskan hal-hal yang sensitif.

Sebaiknya yang memberi penjelasan mengenai mimpi basah pada anak laki-laki adalah papanya, sebaliknya penjelasan menstruasi pada anak perempuan dijelaskan oleh mama. Hal ini lebih enak dilakukan karena penjelasan bisa dilakukan berdasarkan pengalaman. Namun jika kondisi Anda adalah single mama, maka Anda juga bisa mengambil alih tugas tersebut dengan berbagai info yang ada.

Kapan waktu yang tepat? “Fleksibel banget! Tidak bisa ditentukan waktunya, karena sewaktu-waktu, Si Kecil bisa saja bertanya masalah seks jika ada hal yang ingin diketahui. Misalnya saat ada temannya yang sudah mengalami haid. Kita harus siap,” ungkap Liza. “Namun jika tidak ada urgensi, diskusi mengenai hal ini sudah bisa dilakukan sejak Ia menginjak kelas 4 atau 5,” lanjutnya.

Mengapa Harus Bicara Seks Sejak Dini?

Menurut Liza, dampak positif dari pendidikan seks sejak dini adalah anak lebih berani untuk ‘say no’ terhadap perilaku pelecehan seksual. Ia juga dapat menjaga diri lebih baik karena paham betul bagian tubuh sensitif yang tidak boleh dijamah oleh orang lain. Dan yang tak kalah penting, Ia tidak menjadikan masalah seksual sebagai bahan bullying. (Karmenita Ridwan/Photo: Istockphoto.com)

 

Artikel ini di dukung oleh :

logo_bg

 

 

Shares