Mind

Spirit International Women’s Day untuk Mama

By  | 

Spirit International Women’s Day untuk kita, para mama, dapat disalurkan ke dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan pola asuh dan peran ganda sebagai wanita, mama, atau pasangan. Ada berbagai alasan mengapa sebaiknya kita lebih memfokuskan diri untuk saling memberi support kepada sesama mama dan menghentikan mommy shaming.

lupi

Here’s the thing. Kita tidak punya alasan untuk memberi penilaian, kritik, atau ejekan kepada mama lain karena pola yang Ia terapkan kepada Si Kecil atau keluarga. Menjadi mama bukanlah sebuah kompetisi. So yes, stop mommy shaming. Mulai dengan aktivitas positif yang sederhana: Manfaatkan akun social media untuk saling berbagi informasi dan bertukar pendapat tentang pola asuh & kehidupan sebagai seorang mama. Your support is significant.” – Lupi Affandi, 97.5 Motion FM Radio Broadcaster, Mama dari Aaron Sachio (4) & Abinawa Rayyan Mamonto (1,5). 

Syahrizan Mansor

I dont believe in shaming moms. The first step: Its better for you to not compare your kids to other kids. Kita adalah orang pertama dan terpenting yang mengenali Si Kecil. Other moms doesn’t need to judge what we’re doing. Let us give some support to each other.” – Syahrizan Mansor, Vice President, Nickelodeon Brand, Asia, Viacom International Media Networks & Mama of Nur Adli (11), Nur Irfan (8).

liz

“Menurut penelitian, ada beberapa topik mom shaming yang paling sering dibicarakan. Diantaranya adalah yang menyangkut masalah disiplin serta pola makan. Well, sekalipun saya seorang psikolog, saya termasuk tipe orang yang selalu memberikan encourage bahwa setiap mama adalah the best mama for their kids & family. Saya cenderung menyerahkan sepenuhnya kepada mereka bagaimana akan menerapkan pola asuh kepada anak – anak. It depends on you, it really is.– Elizabeth T Santosa, M.Psi, Psikolog, Mama dari imogen (11), Odette (8), Siobhan (8), Diora (7), Cleo (5).

WhatsApp Image 2018-03-09 at 9.51.39 AM

“Menurut saya, kritikan/masukan itu adalah hal yang wajar untuk diberikan atau diterima semua orang, Tapi tentu saja lain hal kalau sudah masuk dalam fase mommy shaming. Saya sering merasa para pelakunya kurang bersyukur, ya.. tidak membayangkan berada dalam posisi mama yang Ia kritik. Lalu, seringnya fenomena ini terjadi di dunia maya. Jadi, yuk perbanyak aktivitas positif, bersyukur atas segala kemudahan yang kita dapat & networking di dunia nyata agar pikiran kita terfokus pada hal – hal positif. #StopMommyShaming,” – Fifi Alvianto, Social Influencer, Mama dari Lola Alvianto dan Lana Alvianto. 

Beberapa tip untuk Mamas yang menjadi korban mommy shaming menurut Elizabeth Santosa:

1. Don’t take it personal. They don’t know your child. Anda adalah sosok yang jauh lebih mengenal dan memahami sifat serta perilaku Si Kecil; sehingga Anda adalah pribadi yang paling memahami pola pengasuhannya.

2. Take it as a joke (Dalam artian sesungguhnya:humor). For no reason. Just do it. 

iStock-653336196

3. Latih diri untuk melihat bahwa mereka yang seringkali memberikan kritik dan ejekan merupakan bentuk manifestasi insecuritynya as a mother. Let them be. Kita tidak perlu terpengaruh.

4. Bagaimana dengan jika yang memberikan kritik/ejekan justru datang dari keluarga dekat? Its basicly their needs – yang merasa ingin ikut terlibat dalam pola asuh yang Anda terapkan kepada Si Kecil.

Apakah selama ini Anda memiliki pengalaman menjadi korban mommy shaming? Share pengalaman melalui kolom komentar di bawah ini, ya! #StopMommyShaming (NathalieIndry/KR/Photo: Istockphoto.com, Various)

Shares