Tetap Berkarier atau Jadi Stay At Home Mom Setelah Melahirkan?

By  | 

Calon mama yang bekerja pasti pernah terbersit dalam pikirannya, apakah setelah melahirkan nanti akan berhenti bekerja dan fokus merawat bayinya, ataukah tetap kembali bekerja? Beberapa calon mama telah mengetahui apa yang akan ia pilih. Namun beberapa lainnya, mungkin juga termasuk Anda, masih bingung untuk mengambil keputusan. Terlebih setelah mendengar beberapa mitos yang bisa menambah bingung para calon mama. Sebelum mengambil keputusan tersebut, simak dulu yuk, artikel berikut ini.

Mitos: Anak-anak dengan stay at home mom akan tumbuh lebih baik.
Faktanya: Menurut penelitian Ellen Galinsky dari Families and Work Institute dalam bukunya, Ask the Children: What America’s Children Really Think About Working Parents, anak-anak yang orangtuanya bekerja memiliki ikatan bonding yang sama dibandingkan dengan anak-anak yang orangtuanya tidak bekerja. Bahkan anak-anak yang orangtuanya bekerja biasanya akan lebih baik secara sosial maupun emosional. Mereka cenderung lebih terbuka, mudah beradaptasi, dan lebih mandiri. Perkembangan fisik dan intelektual mereka juga sebanding dengan anak-anak dengan orangtua yang tinggal di rumah. Perkembangan anak justru dipengaruhi oleh bagaimana Sang Mama mengasuh anak-anaknya, apakah Sang Mama cukup responsif dan sensitif saat mengasuh anak-anaknya.

Mitos: Saat saya memutuskan untuk berhenti bekerja, semuanya akan baik-baik saja.
Faktanya: Sebagian wanita yang terbiasa bekerja, dan kemudian secara tiba-tiba langsung memutuskan berhenti bekerja, biasanya akan merasa tertekan. Selain itu, kondisi finansial Sang Mama dan anak jadi rentan saat mama tak bekerja. “Misalnya saja kemudian Anda dan suami harus bercerai. Maka sebagai seorang single mother yang tak bekerja, perceraian akan membuat Anda dan anak Anda kesulitan secara finansial,” ujar Joan Williams, penulis buku Unbending Gender: Why Family and Work Conflict and What to Do About It.

Mitos: Apapun keputusannya, Anda tahu kalau itu adalah keputusan terbaik bagi Anda.
Fakta: Wajar kalau Anda merasa ragu dengan pilihan yang akan Anda buat, karena memang tak akan pernah ada yang ideal. Bila Anda memilih menjadi stay at home mom, Anda mungkin akan merasa terisolasi dan khawatir kalau karier Anda akan hancur. Sedangkan jika Anda memilih untuk tetap bekerja, Anda akan kerap merasa bersalah karena tak dapat mengikuti perkembangan Si Kecil. “Anda akan merasakan banyak perasaan negatif, namun bukan berarti Anda mengambil keputusan yang salah,” jelas Michele Kremen Bolton, penulis buku The Third Shift: Managing Hard Choices in Our Careers, Homes, and Lives as Women.

 “Setiap mama sebaiknya mencoba untuk merasakan terlebih dahulu bagaimana rasanya kembali bekerja setelah melahirkan, dan berada di rumah untuk mengurus bayinya setidaknya selama dua bulan, sebelum kemudian ia mengambil keputusan yang menurutnya merupakan pilihan terbaik,” saran Chris Essex, co-director dari Center for Work and the Family. (Tammy Febriani/LD/Photo: Istockphoto.com), 

Shares